#342 Mengalahkan dan Menguasai

June 10, 2015   

PANAH Wangi turun perlahan-lahan dengan bobot bulu burung. Di bawahnya 25 petugas Dewan Peradilan Kerajaan yang sejak tadi telah dipermalukannya, menanti dengan kehendak sepenuhnya untuk membunuh, merajam, dan melumatnya. Mereka lupakan sudah kecantikan tiada tara yang menjadi perbincangan di mana-mana itu, dari kedai ke kedai, dari pasar ke pasar, dari pojok jalan yang satu ke pojok jalan yang lain, di bawah setiap selebaran di segenap sudut Kotaraja Chang'an, yang kemudian dibawa kafilah para pedagang asing sepanjang Jalur Sutra menuju negeri-negeri yang jauh.

Mereka lupakan semua dongeng terindah tentang keindahan Pendekar Panah Wangi yang selalu menghukum mati alias membunuh para pemerkosa maupun calon pemerkosa. Disebut calon hanya karena digagalkan oleh Panah Wangi, jika tidak pasti sudah menelan korban, jadi harus tetap dihukum juga. Khalayak tiada lebih dan tiada kurang mengerti sepenuhnya apa makna tertancapnya anak panah pada bagian tubuh yang akan dan sudah digunakan untuk memperkosa, dan khalayak menyepakatinya. Namun tidak begitu dengan para petugas Dewan Peradilan Kerajaan, karena dalam dongeng itu diri mereka selalu disertakan sebagai pelengkap penderita, yakni sebagai pihak resmi yang dengan segala kelengkapan sejak lama tidak berhasil menangkapnya. Hari ini mereka ingin membuktikan yang sebaliknya.

Demi keberhasilan penangkapan, telah mereka persiapkan jurus-jurus berpadanan untuk menjebak Panah Wangi. Segalanya tepat sesuai perhitungan, bahwa setelah setiap kali dicecar dengan serangan lima pedang, Panah Wangi akan selalu siap menghadapi jenis serangan yang sama, seperti dibuktikannya dengan setiap kali lolos dari cecaran lima pedang dan melenting kembali. Namun ia tidak diharapkan akan siap untuk serangan yang amat sangat berbeda, seperti sergapan 25 pedang dengan jurus berpadanan, yang tidak memberi celah bagi siapa pun untuk lolos dari sergapan itu.

Jika sebelumnya Panah Wangi selalu mendapatkan celah dalam serangan lima pedang dari lima arah dalam waktu bersamaan, sekarang setiap celah itu ditutup oleh 20 pedang dalam waktu yang tidak bersamaan, melainkan berturut-turut. Akibatnya, setiap kali lolos setidaknya empat kali pada satu dari lima celah Panah Wangi selalu terancam.

Panah Wangi pun melayang turun dan begitu menginjak bumi tiada lagi celah untuk lolos selain mati. Bagaikan sayap-sayap dewa maut berturut-turut 25 pedang dalam lingkaran sabit terayun untuk merajam Panah Wangi. Dua puluh lima pedang membabat dalam antrean kilat menuju ke satu arah dengan satu tujuan, yang tiada lain dan tiada bukan adalah membelah tubuh Panah Wangi menjadi 25 bagian...

Tak sampai sekejap mata, kedua puluh lima pedang itu berturut-turut tiba pada tujuannya. Semua orang yang berkerumun menyaksikan pertarungan di dalam petak itu menahan napas, akankah perempuan pendekar yang cantik jelita dan gagah perkasa ini berubah menjadi potongan-potongan daging yang bersimbah darah?

Saat itulah terdengar letupan. Panah Wangi lenyap. Meninggalkan asap letupan yang segera hilang disapu angin.

Orang-orang berdesis dan berdecak. Para petugas Dewan Peradilan Kerajaan tampak kebingungan dan kehilangan akal, saling memandang dengan wajah bertanya-tanya.

Sun Tzu berkata:

hadapi satu pasukan seolah satu orang

berlakukan mereka kepada tugasnya

tanpa kata-kata yang menjelaskan

hadapkan mereka dengan kemajuan

tetapi jangan jelaskan bahayanya 1

Hujan turun jauh lebih deras dari biasanya. Pada pagi yang begitu dingin dan berangin sangat kencang, begitu kencang, bagaikan tiada lagi yang lebih kencang, titik hujan menjadi serpihan es yang terlalu tajam dan harus dihindarkan, sehingga dengan segera pula membubarkan kerumunan, mengosongkan petak, tetapi menyisakan para petugas Dewan Peradilan Kerajaan yang harus membawa tubuh kawan-kawan mereka yang tewas maupun tak berdaya karena tertotok. Sekilas, hanya sekilas, di antara orang-orang terakhir yang menyingkir, kulihat Pangeran Song dalam busana penyamaran sebagai rakyat biasa.

Apakah yang dilakukannya di sini? Apakah karena berita kehadiran Panah Wangi yang dikepung di petak ini?

Aku masuk ke dalam kuil dan seperti telah kuduga Panah Wangi berada di sana, bahkan tidak seperti biasanya yang mampu menahan diri, ia berlari memelukku.

"Kita berhasil! Kita berhasil!"

Ia telah menguasai ilmu silat yang sama dengan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang! (bersambung)

1. Sun-Tzu, The Art of War, diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh John Minford [2009 (2002)], h. 82.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 6:24 PM
#342 Mengalahkan dan Menguasai 4.5 5 Unknown June 10, 2015 Sun Tzu berkata: hadapi satu pasukan seolah satu orang berlakukan mereka kepada tugasnya tanpa kata-kata yang menjelaskan hadapkan mereka dengan kemajuan tetapi jangan jelaskan bahayanya - The Art of War PANAH Wangi turun perlahan-lahan dengan bobot bulu burung. Di bawahnya 25 petugas Dewan Peradilan Kerajaan yang sejak tadi telah dipermaluka...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak