#352 Siapa Menggerakkan Bayangan?

June 20, 2015   

HUJAN deras menghapus sisa lembayung senja di kejauhan. Senja belum berakhir tetapi sisa keremangan yang diguyur hujan meningkatkan perasaan yang semula hanya rawan menjadi gawat. Mereka yang siap mengadu jiwa telah beradu pandang, dan kini tatapan dipertajam karena kederasan hujan yang mengaburkan pandangan sangat mungkin segera dimanfaatkan lawan.

Harimau Perang dan Panah Wangi tegak berhadapan terhalang hujan. Dalam kuda-kuda masing-masing, mata mereka menyipit berjuang menembus hujan, yang dalam kederasannya sekarang nyaris tidak memperlihatkan apa pun. Para padri pengawal meningkatkan kewaspadaan karena inilah peluang besar Harimau Perang untuk menghilang.

Namun dalam kemungkinan menghilang, aku tidak terlalu khawatir, karena ke mana pun Harimau Perang menghilang sekarang, Panah Wangi akan bisa menyusulnya. Aku lebih khawatir kepada ilmu-ilmu silat Harimau Perang yang lain, seperti ilmu pedang untuk dua pedang panjang melengkung itu, yang cukup jarang terlihat, meskipun aku pun merasa betapa kekhawatiranku mungkin berlebihan. Bukankah Panah Wangi telah mengenal Harimau Perang sebelum bernama Harimau Perang di dalam pasukan orang-orang Karluk?

Hujan deras yang semakin deras kini ditambah dengan kilat berkeredap dan petir menggelegar. Kedua pihak yang bertarung, untuk sesaat dapat melihat wajah masing-masing, sehingga ketika cuaca kembali menggelap dapat mereka pastikan ke mana harus melihat. Pertarungan memang seperti belum dimulai, tetapi dalam pertarungan silat, beradu pandang sudah merupakan bagian dari pertarungan. Aku agak khawatir apakah Panah Wangi akan terus mencari mata Harimau Perang?

Betapapun beradu pandang dalam pertarungan silat tidak selalu harus berarti pandangan mata beradu pandangan mata. Masih kuingat Sepasang Naga dari Celah Kledung mengajarkan, ''Jangan tancapkan matamu pada suatu bagian dari lawan. Dikau perlu melihat gerakan lawan tanpa melihatnya. Ini untuk mencegah lawan membaca pikiranmu, dan tetap menangkap setiap gerakan lawan. Dikau tidak dapat melihat pohon besar jika pikiranmu hanya terpusatkan pada selembar daun. Sekali dikau merebut peluang, dengan harga berapa pun dikau harus menjaganya." 1

Kilat kembali berkeredap disusul guntur menggelegar. Terlihat olehku Panah Wangi melihat ke arah lain. Ini melegakan hatiku karena apa yang akan dilakukannya tidak akan terbaca oleh Harimau Perang. Namun ketika sekilas kutatap Harimau Perang, ternyata ia melakukan siasat yang sama! Mereka setara!

Sun Tzu berkata:

mengetahui masalah seperti ini adalah satu hal:

memahami kapan dan di mana

untuk bertindak atasnya adalah hal lain 2

Harimau Perang bergerak menggeser kedudukannya. Panah Wangi pun bergerak menggeser kedudukannya. Keduanya sudah basah kuyup. Para padri pengawal, semuanya juga basah kuyup, tetapi tetap terpaku di tempatnya. Siap dengan segala senjata dan sihir mereka. Apakah Harimau Perang masih memiliki peluang berbuat licik, licin, dan curang? Kuharap ia tidak akan pernah melakukannya lagi, pada saat-saat terakhir dari peluangnya untuk meninggalkan dunia ini sebagai pendekar. Namun jika ia bertarung dengan jujur, dan betapapun sangat kuhormati pertarungan secara ksatria, diriku sangat tidak menghendaki Harimau Perang memenangkan pertarungan ini dan menewaskan Panah Wangi!

Kilat berkeredap lagi, kulihat kini keduanya memejamkan mata! Mereka mungkin melakukannya karena derasnya hujan memang tidak memperlihatkan apa pun, sehingga lebih mempercayai dan lebih mengandalkan pendengarannya, tetapi kukira ini adalah cara melawan siasat: "Jika dikau memperlihatkan kemampuan untuk membaca pikiran lawan, dia akan begitu terganggu sehingga dirinya gentar, membuat kesalahan, dan memberimu kesempatan mengalahkannya." 3

Namun siasat ini sebetulnya hanyalah pilihan yang tidak mengubah langkah dari siasat lainnya: ''Jika dikau tidak dapat melihat ke dalam kepala lawan, dikau harus bersikap seolah-olah dapat melakukannya, dan membuat gerakan yang menandakan dirimu akan secepatnya menyerang. Ini akan membuat lawan memperlihatkan tanggapannya, memungkinkan dikau mengubah seketika itu juga cara dikau menyerang, menjebak, dan memergokinya dalam keadaan tidak siap. Inilah yang disebut menggerakkan bayangan." 4

Pergeseran mereka sudah berhenti karena masing-masing tampak seperti telah maklum betapa tidak mungkin lagi saling mengelabui. Tiada lagi siasat, tinggal mengadu kecepatan dan ketepatan pada saat yang menentukan.

Aku pun ikut memejamkan mata agar bisa mengikuti pertarungan ini melalui Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang.

Namun suara hujan yang deras mendadak berubah, seperti mereda dan akan berhenti... (bersambung)

1. Kazumi Tabata, Mind Power: Strategies of Martial Arts (2010), h. 100.

2. Sun Tzu, The Art of War, diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Stephen F. Kaufman (1996), h. 68.

3. Dipinjam dari siasat Musashi dalam Boye Lafayette De Mente, Samurai Srategies: 42 Martial Secrets from Musashi's Book of Five Rings (2008), h. 122.

4. Ibid., h. 122, dengan rujukan kepada Miyamoto Musashi, The Book of Five Rings (1645), diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Victor Harris [1982 (1974)], h. 76.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 4:34 PM
#352 Siapa Menggerakkan Bayangan? 4.5 5 Unknown June 20, 2015 mengetahui masalah seperti ini adalah satu hal: memahami kapan dan di mana untuk bertindak atasnya adalah hal lain - The Art of War HUJAN deras menghapus sisa lembayung senja di kejauhan. Senja belum berakhir tetapi sisa keremangan yang diguyur hujan meningkatkan perasaan...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak