#355 Rahasia dan Kekuasaan

June 23, 2015   

HARI menjelang pagi, ketika kulihat satu demi satu para tabib itu keluar dari tenda dan pulang ke tempat masing-masing. Pangeran Song keluar paling akhir, terlihat maupun tidak terlihat, selalu ada pengawal di sekitarnya. Ia sudah menaiki kuda putihnya dan bersiap kembali ke Istana Daming, ketika terlihat olehnya diriku bersila di atas batu di kejauhan.

Ia bisa mengutus pengawalnya untuk memintaku datang, tetapi ia membelokkan kudanya ke arahku, sehingga aku pun melenting berdiri. Aku merasa agak kaku karena merasa asing dengan tata cara kerajaan mana pun, tetapi ia memberi tanda bahwa diriku tidak perlu terlalu peduli dengan basa-basi. Setibanya di depanku ia melompat turun, dan mencari batu untuk duduk.

"Pendekar Tanpa Nama duduk saja tanpa beban, karena sebagai musafir merdeka dari dunia persilatan, Andika sebetulnya terbebas dari ketatnya peraturan bagi warga kami, bahkan juga dari peraturan dunia ini," katanya, ''Marilah kita bicara dengan setara."

Dunia persilatan, tempat kami bisa berkelebat, menghilang dan muncul kembali seperti yang kami suka, tentu saja adalah dunia yang begitu bebas dan merdeka, kecuali bahwa setiap kesalahan dalam tarikan napas dan setiap gerak yang terkecil sekalipun taruhannya adalah nyawa. Salah menatap dan memandang, nyawa hilang; salah bergerak dan melangkah, nyawa hilang; bahkan tidak melakukan apa pun, tetapi tanpa sengaja melepaskan kewaspadaan, nyawa bisa hilang.

Aku tidak mengucapkan sepatah kata, tetapi memperlihatkan sikap mendengarkan, dan Pangeran Song pun menunjukkan sikap bahwa dirinya mengerti betapa aku memang sedang mendengarkan.

"Setiap kali teringat tentang diri Andika, wahai Pendekar Tanpa Nama, dan Andika adalah perbincangan tiada hentinya di dunia persilatan, selalu terpikir untuk membicarakan suatu persoalan, yang mungkin tidak terlalu penting bagi Andika, tetapi terlalu penting bagi Negeri Atap Langit.

"Namun pertama kali biarlah Andika terima dahulu berita tentang Pendekar Panah Wangi, bahwasanya nyawa pendekar dari Karluk itu telah tertolong, meski masih perlu waktu baginya agar bisa pulih kembali seperti semula. Mungkin bisa setahun lamanya, dan bekas sayatan silang itu tidak akan pernah hilang kecuali dengan khasiat Batu Naga yang rupa-rupanya sudah tidak terdapat lagi di Chang'an.

"Tenda besar ini akan terus terpasang di sini sampai para tabib memberi izin untuk menggerakkan tubuh Panah Wangi, dan selama itu seratus pengawal akan secara bergiliran berjaga. Hanya para tabib dan para perawat yang dapat keluar masuk dengan pemeriksaan ketat, tetapi bagi Andika, bahkan hari ini pun dapat menengoknya, karena rupanya hanya Andika yang menjadi orang terdekat Panah Wangi selama ini."

Pangeran Song berhenti sejenak, seperti mencoba membaca wajahku. Aku menundukkan kepala, seperti mendengarkan dengan khusuk dan menanti sambungan perbincangan, karena aku memang tidak ingin dirinya membaca apa pun dari wajahku.

"Beginilah soalnya Pendekar Tanpa Nama, meski diri Andika tampak tidak terlibat, tetapi para petugas rahasia kami mengerti betapa sejumlah rahasia, baik masih sebagai rahasia maupun bukan sebagai rahasia lagi, telah menjadi pengetahuan Andika. Tentu kami ketahui pula bahwa Andika terikat tata kehormatan pendekar untuk tidak mengungkap ataupun mengungkapkannya, sehingga meskipun penasaran, kami tidak berminat memaksa.

"Namun dengan peluang pertemuan kita, baiklah kusampaikan kepada Andika, Pendekar Tanpa Nama, bahwa Istana Daming sedang mengalami ancaman mengerikan, dari sebuah persengkongkolan jahat yang sangat licin dan sulit dibongkar, padahal..."

Pangeran Song terus berbicara, tetapi aku sudah tahu isinya. Sementara ia berbicara, terbayangkan olehku saling-silang di Istana Daming antara berbagai kelompok yang memanfaatkan berbagai jaringan, tetapi kemudian berbagai jaringan ini sendiri persaling-silangannya sama sekali tidak sama dan sebangun dengan persaling-silangan berbagai kelompok, yang masing-masingnya memiliki kepentingan dalam permainan kekuasaan itu. Garis besarnya adalah antara kepentingan pemerintah yang sehari-hari bekerja; sekelompok orang-orang kebiri yang dengan meminjam tangan maharaja, tetapi dengan alasan belum jelas, bermaksud ikut menentukan jalannya pemerintahan itu; keluarga istana yang terbelah antara pendukung Pangeran Li Song dan Pangeran Li Yi, yang nyaris diangkat menjadi putra mahkota; dan orang-orang dalam, termasuk putri-putri istana, pendukung panglima wilayah mana pun yang memberontak, asal menggantikan kekuasaan Wangsa Tang.

Langit sedikit demi sedikit mulai berubah ketika Pangeran Song memintaku membantunya dengan cara apa pun, karena mengira diriku mengetahui suatu rahasia penting yang menentukan. Namun yang berada dalam pikiranku hanyalah Panah Wangi... (bersambung)
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 3:14 PM
#355 Rahasia dan Kekuasaan 4.5 5 Unknown June 23, 2015 Pangeran Song keluar paling akhir, terlihat maupun tidak terlihat, selalu ada pengawal di sekitarnya. Ia sudah menaiki kuda putihnya dan bersiap kembali ke Istana Daming, ketika terlihat olehnya diriku bersila di atas batu di kejauhan. HARI menjelang pagi, ketika kulihat satu demi satu para tabib itu keluar dari tenda dan pulang ke tempat masing-masing. Pangeran Song keluar...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak