PANAH Wangi muncul pada senja hari dengan wajah muram.
"Dia lolos di balik cahaya kekuningan," ujarnya.
Saat aku bertarung dengan pendekar dari wilayah timur, Panah Wangi tiba dengan membawa Anggrek Putih di kuil Kaum Penyembah Api, tanpa pernah mengira betapa seseorang berambut lurus panjang, dengan tubuh tinggi dan tegap, telah berada di dalam kuil, bersembunyi di dalam kegelapan.
"Waktu aku masuk ia sudah menekan Padri Das dengan dua ujung pedangnya," kisah Panah Wangi.
"Serahkan perempuan tidak berguna itu, nanti kubiarkan padri yang satu ini hidup," kata sosok yang wajahnya tidak dapat dilihat baik karena tertutup rambut yang terurai ke depan maupun karena sudah berada dalam kegelapan.
Panah Wangi segera memperhatikan Anggrek Putih.
"Ia tidak tampak seperti senang, mulutnya mengeluarkan suara-suara aneh, tangannya mencengkeram lenganku dengan erat sekali seperti meminta perlindungan."
"Ia tidak suka dengan Harimau Perang!"
"Bukan hanya tidak suka, melainkan ketakutan dan membencinya, bagaikan terlalu banyak kejadian buruk yang telah dialaminya bersama Harimau Perang itu!"
Panah Wangi melanjutkan ceritanya.
"Jika perempuan malang ini kamu sebut tiada berguna untukmu, mengapa pula harus aku serahkan kepadamu? Lepaskan padri itu dan marilah kita bertarung."
Mengikuti tata kehormatan dunia persilatan, sosok berambut lurus panjang bertubuh tegap bersenjatakan sepasang pedang panjang melengkung itu seharusnya melayani tantangan Panah Wangi. Namun, siapakah manusia yang wajahnya selalu tertutup rambut dan tabir kegelapan ini, yang di tempat terang tabirnya tiada hilang, yang bahkan ketika digambarkan pada selebaran pencarian kejelasannya pun tiada berhasil didapatkan?
"Hmmhh!"
Hanya itulah jawaban yang terdengar, yang segera disusul oleh suatu gerak tipu untuk merebut Anggrek Putih. Namun, Panah Wangi bukan anak kemarin sore yang baru dua tiga langkah memasuki dunia persilatan. Dalam sekejap mata tiada kurang dari 198 gerak tipu sosok berambut panjang itu telah dimentahkan, sehingga dengan sepasang pedang panjangnya ia tidak mau lagi melakukan gerak tipu. Diserangnya Panah Wangi dengan jurus-jurus mematikan yang segera berbenturan ratusan kali dalam tangkisan tongkat pengemis Panah Wangi.
Tongkat pengemis yang dipegang Panah Wangi memang bukan sembarang tongkat pengemis, karena sebetulnya ibarat pedang dengan sarungnya saja, yakni bila ditarik bagian yang dipegang ternyata akan muncul pedang pipih dengan dua sisi tajam. Meskipun menyamar sebagai pengemis, periksa dulu senjata apa yang perlu ditinggal dan apa yang perlu tetap dibawa.
Di dalam bangsal Kuil Penyembah Api yang gelap, letik api tampak banyak sekali bagai pesta kembang api, menandakan terjadinya ratusan perbenturan antara satu pedang melawan sepasang pedang dalam waktu yang singkat, begitu singkat, bagaikan tiada lagi yang lebih singkat, karena memang ruangan kembali menggelap. Dalam kegelapan, segala sesuatunya berlangsung tanpa dapat dilihat, sampai mata kembali terbiasa melihat dalam gelap, dan dalam cahaya lampu damar yang muram tampak Padri Das terkapar tanpa nyawa. Luka sayatan panjang dan dalam saling bersilang di dadanya.
Panah Wangi tidak kelihatan lagi, mengejar siapa pun dia yang berada di balik sosok tegap berbahu lebar berambut lurus panjang, yang wajahnya seperti selalu diliputi tabir kegelapan itu.
"Di luar hari masih terang, kulihat dia berlari di atas tembok dari petak ke petak menuju ke arah Taman Terlarang," kisah Panah Wangi. "Kuawasi dia dengan cara melompat dari wuwungan ke wuwungan yang kedudukannya lebih tinggi, sehingga bisa mengambil jalan pintas dan hampir mencegatnya di tembok yang membatasi barak Pasukan Siasat Langit dengan Taman Terlarang.
"Namun dia lolos masuk ke Taman Terlarang, kulepaskan seribu panah yang akan merajamnya, tetapi disampoknya semua tanpa menoleh dengan kedua pedangnya berganti-ganti. Kukejar masuk ke Taman Terlarang. Sekitar 20 anggota Pasukan Hutan Bersayap menyambutku. Langsung kuistirahatkan mereka dengan panah di dahinya, tetapi saat itu kulihat pembunuh kejam yang mungkin juga telah menindas Anggrek Putih terlalu lama, menghilang ke balik cahaya senja pertama."
Aku tertegun. Jika Harimau Perang masuk dan menghilang di Taman Terlarang, apakah kiranya yang akan dia lakukan di sana? Tidakkah segala usahanya di sana telah dihancurkan, sementara Pasukan Hutan Bersayap kini bertugas resmi untuk menangkapnya? (bersambung)
#313 Lolos di Balik Cahaya Kekuningan
May 12, 2015 - Posted by Unknown in Bagian 63
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 4:49 PM
#313 Lolos di Balik Cahaya Kekuningan
4.5
5
Unknown
May 12, 2015
Saat aku bertarung dengan pendekar dari wilayah timur, Panah Wangi tiba dengan membawa Anggrek Putih di kuil Kaum Penyembah Api, tanpa pernah mengira betapa seseorang berambut lurus panjang, dengan tubuh tinggi dan tegap, telah berada di dalam kuil, bersembunyi di dalam kegelapan.
PANAH Wangi muncul pada senja hari dengan wajah muram. "Dia lolos di balik cahaya kekuningan," ujarnya. Saat aku bertarung den...
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak