#2 Seorang Pendekar yang Tidak Bernama

July 2, 2014   

PADA kegelapan dini hari bulan Magha tahun 693 Saka atau 771 Masehi1 di suatu wilayah di Kerajaan Mataram, seorang perempuan melahirkan di dalam sebuah rumah berdinding kayu dan berlantai batu. Itulah satu di antara sejumlah catatan terserak yang selama ini dihubungkan dengan hari kelahiran Pendekar Tanpa Nama. Lembar catatan itu berakhir dengan pertanyaan perempuan berambut panjang tersebut kepada suaminya, ''Kita namakan siapa anak ini, Kaka?"2

Kelanjutan atas asal-usulnya itu sendiri belum pernah menjadi lebih jelas. Dalam arti barangkali saja sebetulnya ia memiliki nama, bahkan dapat dipastikan betapa orang tua tentu akan memberikan suatu nama kepada anaknya. Namun catatan atas suatu peristiwa, yang selama ini dihubung-hubungkan dengan kelanjutan riwayat bayi tersebut, ternyata juga tidak menyebutkan suatu nama, ketika disebutkan betapa pada bulan Margasirsa tahun 694 purnama tertutup mega-mega, pasukan berkuda berderap menuruni bukit untuk menyerbu sebuah gubuk dengan maksud merampas bayi yang berada di dalamnya.

Lembar catatan itu berakhir dengan ucapan pemimpin pasukan berkuda yang telah membakar gubuk tersebut.

''Bayi itu tidak ada! Kejar ke sana! Kejar!''

Tidak ada nama yang disebutkan, selain catatan bahwa bayi yang dicari itu telah diselamatkan sepasang abdi lelaki berkain panjang dengan bunga di kepalanya dan abdi perempuan dengan rambut tersanggul yang juga berkain panjang. Seorang lelaki berambut panjang terurai, yang berkalung, berikat pinggul, dan berkelat bahu, menyerahkan lempir lontar kepada abdi lelaki itu.

''Tunjukkan ini, ia pasti mengenalnya, dan tentu akan bersedia menyembunyikan kalian bersama bayi itu."

Abdi lelaki itu memasukkan lempir lontar tersebut ke dalam kantung kulit bergambar kura-kura di atas teratai. Bayi itu sendiri, dibungkus kain sutera bersulam benang emas, telah berada dalam dekapan abdi perempuan. Tercatat bahwa ketika pasukan berkuda itu tiba, keduanya sudah keluar gubuk dan hilang ditelan gelap.

Gubuk itu berada di sebuah ladang di tepi sungai kecil. Selain lelaki berkelat bahu yang memerintahkan abdinya lari membawa bayi tersebut, terdapat pula seorang perempuan yang rambutnya terurai, berkalung, dan berkelat bahu. Disebutkan betapa perempuan itu terbaring di atas dipan dengan lemah dan meskipun di samping gubuk terdapat dua ekor kuda, yang ternyata juga sudah lelah, ia tidak ingin menghindari pasukan berkuda yang menyerbu itu.

Dalam suatu lempir keropak yang digurat dengan pengutik, tertulis betapa lelaki itu berlutut dan memeluk istrinya ketika pasukan tersebut tiba dan membakar rumah gubuk itu sampai habis tanpa sisa.

Siapakah pasangan yang menyerahkan bayi itu untuk diselamatkan oleh kedua abdinya tersebut? Busana keduanya telah dicatat tidak sesuai dengan rumah gubuk sederhana di tepi sungai itu. Kedua ekor kuda yang lelah di samping rumah menunjukkan betapa mereka sedang dalam pengejaran. Mengapa pasukan berkuda itu mengejarnya? Pasukan berkuda yang masih terus memburu mereka itu pasukan penguasa yang resmi atau pasukan pemberontak? Kepada siapakah bayi itu dibawa dan apakah pesan yang tertulis pada lempir keropak itu? Catatan pada lempir-lempir keropak lain yang ditulis dalam hubungannya dengan Pendekar Tanpa Nama, sampai catatan ini ditulis, tidak dapat menunjukkan asal-usul dan tidak dapat juga menunjukkan siapa namanya.

Bahkan kejelasan tentang nama ini juga tidak terdapat dalam tulisan Pendekar Tanpa Nama sendiri... (bersambung)


1 Selanjutnya, demi kenyamanan pembaca, akan disebutkan dalam tahun Masehi saja, tetapi bulan tetap dalam penanggalan Jawa Kuna.

2 Sebutan seorang istri kepada suaminya dalam Kawi (Jawa Kuna).
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 2:19 PM
#2 Seorang Pendekar yang Tidak Bernama 4.5 5 Unknown July 2, 2014 Seorang Pendekar yang Tidak Bernama - (Seri 2) dari Cerbung (Cerita Bersambung) Naga Jawa di Negeri Atap Langit Karya Seno Gumira Ajidarma PADA kegelapan dini hari bulan Magha tahun 693 Saka atau 771 Masehi 1 di suatu wilayah di Kerajaan Mataram, seorang perempuan melahirkan di...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak