#8 Berlayar Menguak Dunia

July 8, 2014   

PERJUMPAANNYA dengan keluarga pengembara Kadatuan Srivijaya dari Samudradvipa yang menjual kemahiran bersilat, telah mengalihkan perhatiannya. Sementara kisah yang didengarnya dari seorang tua di sebuah kedai, tentang dua kali serbuan Wangsa Syailendra ke Tanah Kambuja, dari kota-kota Pandhuranga dan Kauthara di pantai Annam sampai Teluk Tongkin di utara, pada tahun 767 dan 787, semakin mengarahkannya ke pantai utara Yawabhumi.

Pemuda tanpa nama ini hanya ingin mengembara dan membuka matanya untuk melihat dunia, tetapi keterlibatannya dalam berbagai pertarungan ketika harus turun tangan membela yang lemah dan tidak berdaya, terlalu sering membuat penyamarannya nyaris terbuka.

Dalam adu tenaga seperti panco, yang sebetulnya dengan mudah akan bisa dimenangkannya, ia harus tampak seperti terdesak dan selalu hampir kalah, melawan seorang pelaut berbadan raksasa, meski tak juga akhirnya kalah, karena betapapun mengandalkan tenaga dalam, tanpa seorang pun mengetahuinya.

Diawali sebuah bentrokan antara para pelaut Srivijaya dan orang-orang Mataram di pelabuhan yang berhasil dicegahnya, pemuda tanpa nama ini diterima untuk menumpang sebuah kapal dagang, asal membayarnya dengan bekerja. Setelah berada di tengah samudera barulah diketahuinya bahwa nakhoda kapal itu siapa. Dalam bahasanya sendiri, Pendekar Tanpa Nama ketika sudah berusia 100 tahun pada 871, menulis dalam riwayat hidupnya:

Jadi nakhoda kapal kami itulah Naga Laut! Betapa buta mataku ternyata meski selama ini telah melihatnya. Dialah tokoh sempalan dari Muara Jambi yang tidak sudi menyerah, sebaliknya karena Jambi-Malayu menyerah kepada Srivijaya, maka lelaki berdestar yang kelak akan disebut sebagai Naga Laut melepaskan ikatan dirinya dengan Jambi-Malayu sebagai negara, meski tidak bisa menolak asal-usulnya sebagai anak negeri Muara Jambi.

''Samudera terbentang milik setiap pelaut," ujarnya mengenai gagasan tentang betapa lautan lepas merupakan wilayah yang bebas.

Nama Naga Laut lantas berkibar di lautan, justru sebagai momok bagi kapal-kapal Srivijaya. Ia menyerang, menjarah, menenggelamkan, dan membakar kapal-kapal Srivijaya. Sengketa ini tidak selalu dipahami orang-orang luar, dan kapal Naga Laut yang tidak bisa dibedakan dari kapal-kapal Srivijaya sering disamakan begitu saja. Hanya kadang-kadang Naga Laut menaikkan umbul-umbulnya, yang berwarna kuning dan bergambar naga, karena ia ingin menunjukkan betapa Srivijaya yang jaya bahkan tak bisa mengatasi masalah yang ditimbulkan olehnya. Salah satu ciri Naga Laut yang membedakannya dengan sembarang bajak laut adalah tidak pernah melakukan pemerkosaan kepada korban; memang menjarah tapi hanya membunuh mereka yang berbahaya, yaitu yang mengangkat senjata untuk membunuh; dan tujuan sebenarnya jelas ditunjukkan, yakni merongrong kewibawaan Srivijaya.

Kemudian diketahui bahwa Naga Laut menjarah kapal-kapal Srivijaya tidak untuk kepentingan dirinya sendiri. Seusai menjarah, kapalnya akan berlayar di antara pulau-pulau terpencil, di balik teluk dan tanjung tersembunyi, atau memasuki muara dan menyusuri sungai-sungai besar memasuki pedalaman; selain untuk bersembunyi, menambah perbekalan, dan memperbarui peralatan, ternyata juga untuk membagi-bagi harta jarahan tersebut. Tidak heran jika namanya diteriakkan dengan nada riang.

Juga harus disebutkan, untuk menghidupi dirinya sendiri Naga Laut tidak pernah menikmati atau memanfaatkan harta rampasan mana pun dari kapal-kapal yang dibajak dan dijarahnya. Untuk menghidupi diri mereka sendiri, Naga Laut dan awak kapalnya berdagang rempah-rempah, seperti yang dilakukan oleh setiap pelaut yang kapalnya merupakan kapal lintas samudera pada masa itu.

Baru kuperhatikan sekarang bahwa pada umbul-umbul itu memang terdapat garis merah terputus-putus yang membentuk gambar seekor naga. Seolah-olah ia ingin menunjukkan kepada armada Kadatuan Srivijaya, di lautan lepas, siapakah sebenarnya yang berhak atas pengakuan dan wibawa naga.

Bersama kapal Naga Laut inilah sebenarnya, dari seorang pencari kerja yang tidak punya nama, pemuda tidak bernama ini mulai disebut sebagai Pendekar Tanpa Nama, karena dalam ancaman bahaya, bagi dirinya maupun sesama, begitu sulit untuk tetap berpura-pura menjadi orang awam tanpa daya. Usaha penyelamatan Putri Asoka, keturunan terakhir bangsawan Jambi-Malayu yang diburu orang-orang Srivijaya, bentrokan dengan perompak Samudragni yang dibayar untuk itu, dan pertarungan menghadapi Pendekar Dawai Maut di atas permukaan laut sedikit demi sedikit memperlihatkan kemampuan dirinya. (bersambung)
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 3:33 PM
#8 Berlayar Menguak Dunia 4.5 5 Unknown July 8, 2014 Berlayar Menguak Dunia - (Seri 8) dari Cerbung (Cerita Bersambung) Naga Jawa di Negeri Atap Langit Karya Seno Gumira Ajidarma PERJUMPAANNYA dengan keluarga pengembara Kadatuan Srivijaya dari Samudradvipa yang menjual kemahiran bersilat, telah mengalihkan perhatianny...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak