#35 Penginapan Teratai Emas

August 6, 2014   

PENGINAPAN itu dicat dalam perpaduan warna merah, kuning, dan kuning emas. Pada dinding di depan pintu masuk terpajang sepasang lian atawa kertas memanjang dari atas ke bawah yang bertuliskan aksara Negeri Atap Langit. Dengan pengetahuanku yang terbatas dapat kubaca bahwa yang kiri berbunyi Shou San atau Gunung Panjang Umur, sedangkan yang kanan berbunyi Fu Hai atau Lautan Rejeki. Agaknya penginapan itu merupakan salah satu pusat jaringan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang. Begitu memasuki penginapan yang bagiku terasa mewah ini, Yan Zi dan Elang Merah sempat kulihat saling berbisik dan tersenyum-senyum sambil melirik kepadaku.

Ketika kutatap mereka dengan bertanya-tanya, mereka tampak semakin geli, dan menutupi mulut dalam usaha keras menahan tawa. Sebetulnya aku sangat penasaran, tetapi karena tahu bahwa mereka berdua tidak akan pernah mengatakannya, dan terutama tidak merujuk kepada suatu bahaya, aku tidak merasa perlu menanggapinya lebih jauh.

Pengurus penginapan, seorang pria yang berjubah biru dan berturban hitam, dengan bagian leher melingkar, serta alas kakinya yang disebut sepatu terlihat mungil di balik jubah panjangnya, menyambut kami seperti yang sudah lama menunggu-nunggu. Alas kaki yang disebut sepatu itu tidak berpipa tinggi seperti yang juga kukenakan, karena mata kakinya pun tidak terlindungi, meski kaki yang memasuki sepatu itu mengenakan pembungkus yang disebut kaus kaki. Dari dalam terdengar denting petikan pipa atau wuxian, nyanyian, dan suara orang tertawa-tawa.

Dengan agak tergopoh-gopoh ia berkata sambil menjura.

"Puan Pendekar Yan Zi Si Walet, Puan Pendekar Elang Merah, dan Tuan Pendekar Tanpa Nama, betapa Penginapan Teratai Emas mendapat kehormatan atas kedatangan nama-nama besar, selamat datang dan salam hangat dari Yang Mulia Paduka Bayang-bayang."

Aku tertegun. Tidakkah begitu gegabah mengucapkan hubungan kami dengan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang secara terbuka? Betapapun ucapan semacam itu hanya mungkin diberikan dalam wilayah yang dianggap aman. Pemerintah Wangsa Tang tampaknya saja berkuasa mutlak, tetapi suatu wilayah rawan menyeruak di dalam ibu kotanya. Apakah pernah jatuhnya Chang'an ke tangan persekutuan Kerajaan Tibet dan Khaganat Uighur pada 765 tidak menjadi pelajaran? Betapapun, seperti aku telah mempertimbangkan pernyataan pesta kemenangan atas musuh arak-arakan sebagai korban siasat pengelabuan, aku pun harus menjaga kemungkinan bahwa kebebasan tempat ini bisa saja merupakan jebakan.

Adalah Sun Tzu juga yang berkata:

Dalam ketentaraan,
tidak ada hubungan yang lebih rapat,
daripada hubungan dengan mata-mata.
Tidak ada hadiah lebih besar,
daripada hadiah untuk mata-mata.
Tidak ada pekerjaan lebih rahasia,
daripada pekerjaan mata-mata. 1


Dengan demikian, apakah yang sebenarnya mungkin kuketahui dari dunia kerahasiaan para mata-mata? Betapapun, kemungkinan bahwa tempat ini justru dengan itu memang aman, juga harus kupertimbangkan.

Kami bertiga balas menjura, tetapi Elang Merah yang berkata-kata.

"Kami hanyalah tiga pengelana yang kelaparan dan kelelahan, Tuan, sudilah kiranya basa-basi ditiadakan, karena penugasan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang tampaknya harus segera didahulukan."

Dengan ini sebetulnya Elang Merah menunjukkan kekesalannya atas sambutan yang berlebihan, dan memang kata-katanya itu mendapatkan perhatian. Orang itu bicara terbungkuk-bunguk dengan wajah ketakutan.

"Ah baiklah kalau begitu Puan dan Tuan, silakan menuju ke ruang yang telah kami sediakan, dan kami akan segera pula menyediakan hidangan."

Sementara mereka berbicara, dari ruang dalam tempat kudengar denting pipa, nyanyian, dan suara orang tertawa-tawa itu mendadak muncul seseorang yang menyibak tirai dengan wajah merah karena mabuk arak beras.

Ia melangkah gontai dan menunjuk-nunjuk kami. Menyanyi-nyanyi juga dengan secawan arak beras di tangannya. Menyanyikan sebuah puisi.

Secepat panah menghempas arus
Sungai Pa; di permukaannya perahu-perahu
meluncur ke depan bagaikan terbang; sekarang
ia tentu telah pergi sejauh 10.000 li
sepuluh bulan ini; lantas kapan
ia akan kembali kepadaku? 2


Yan Zi berceloteh dengan geli.

"Kenapa harus mabuk kalau membawakan puisi Li Bai?"

Orang itu berhenti sejenak dari nyanyiannya. Seperti sadar sebentar ketika mendengar suara Yan Zi. Lantas tertawa-tawa sambil masuk ke dalam lagi.

"Hihihihihi! Ada perempuan! Hihihihihi! Ada perempuan!"

Aku belum mengerti. Apa salahnya jika ada perempuan? (bersambung)


1 Ibid., h. 118.

2 Terjemahan sajak "The Girl of Pa", sajak Li Bai yang diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Rewi Alley, dalam Li Pai: 200 Selected Poems (1980), h. 191. Pa adalah bagian timur Sichuan sekarang.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 12:33 PM
#35 Penginapan Teratai Emas 4.5 5 Unknown August 6, 2014 PENGINAPAN itu dicat dalam perpaduan warna merah, kuning, dan kuning emas. Pada dinding di depan pintu masuk terpajang sepasang lian atawa kertas memanjang dari atas ke bawah yang bertuliskan aksara Negeri Atap Langit. PENGINAPAN itu dicat dalam perpaduan warna merah, kuning, dan kuning emas. Pada dinding di depan pintu masuk terpajang sepasang lian atawa ...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak