#42 8: Jam Malam di Kota Chang'an

August 13, 2014   

TERINGATLAH aku kepada minyak wangi otak naga atau long nao xiang yang telah membuat potongan-potongan mayat orang kebiri di dalam karung waktu itu tidak berbau sama sekali. Aku jadi teringat jaringan orang kebiri yang telah banyak kudengar ceritanya itu sebagai jaringan tempat segala rahasia berlalu dan berlalang. Bagaimana caranya masuk ke dalam jaringan itu? Aku pun teringat lagi betapa telah kudengar pada malam berkabut di lautan kelabu gunung batu waktu itu bagaimana mereka yang menertawakan orang-orang kebiri tewas sekali tebas oleh Harimau Perang.

Aku kini penasaran, jauh lebih penasaran dari sebelumnya, siapakah sebenarnya Harimau Perang?

***

Perpaduan antara tembok dengan gerbang berpenjaga yang membatasi petak-petak dan diberlakukannya jam malam, menjadi kunci keamanan yang sangat berguna di Kotaraja Chang'an.

Apabila matahari telah terbenam akan terdengar bahana genderang yang ditabuh sampai 400 kali sebagai penanda bahwa gerbang-gerbang istana harus ditutup; yang setelah dilakukan akan disusul dengan tabuhan genderang kedua sebanyak 600 kali sebagai penanda bahwa kali ini gerbang pada petak-petak maupun gerbang kota harus ditutup. Jumlah pukulan genderang sebanyak itu memang sengaja untuk memberi kesempatan agar orang-orang mendapat cukup waktu untuk kembali ke tempat tinggal mereka sebelum gerbang-gerbang segenap petak tertutup. Menjelang fajar para penabuh genderang kembali bekerja, kali ini mereka mesti menabuhnya sampai 3.000 kali, yang merupakan penanda dibukanya kembali gerbang-gerbang itu.

Pada setiap jalan juga terdapat genderang yang ditabuh saat jam malam tiba. Peraturan melarang warga untuk bepergian menggunakan jalan-jalan utama di luar petak pada jam malam, tetapi mereka tidak dilarang keluar rumah pada malam hari di dalam petak-petak tersebut. Dengan perkecualian bagi pejabat pemerintah yang membawa surat izin, arak-arakan pengantin, maupun mereka yang mencari tabib ketika orang yang sakit tak mampu melakukan perjalanan, semuanya dengan permintaan izin terlebih dahulu dari kepala setiap petak, yang juga berlaku bagi mereka yang harus keluar petak untuk menyampaikan kabar kematian, mereka yang melanggarnya akan mendapat hukuman.

Siapa pun yang oleh Penjaga Burung Emas, begitu para penjaga kota ini disebut, tepergok berkeliaran di luar petak pada jam malam akan dihukum dengan pukulan batang kayu sampai 20 kali. Jika Penjaga Burung Emas memergoki seseorang di jalan utama di luar petak dan orang itu tidak menanggapi panggilan atau pertanyaannya, maka penjaga itu akan memetik tali busurnya. Jika orang malang ini tidak menjawab panggilan keduanya ini, penjaga akan melepas anak panah peringatan ke salah satu sisinya. Jika ia masih saja dengan segala kedunguannya tidak menjawab, maka penjaga malam itu harus memanah untuk melumpuhkannya, hidup atau mati. 1

Peraturan semacam itu telah mengamankan kotaraja sejak lama, meski seusainya Pemberontakan An-Shi pada 763 bangunan petak ini runtuh bersama tata permainan kekuasaan yang lama. Sebelumnya hanya para bangsawan, para menteri, dan pejabat tinggi pemerintah saja yang secara sah dapat membangun gerbang bagi rumah gedung yang langsung terbuka ke arah jalan-jalan utama Chang'an di luar petak; setelahnya, warga lain yang tidak pernah menikmati keistimewaan sebelumnya mengikuti gugatan. Mereka mulai meruntuhkan tembok-tembok petak dan melanggar batas di jalan untuk membangun permukiman mereka.

Tahun 797, ketika aku berada di situ, penduduk yang membuka gerbangnya ke jalanan kadang-kadang tidak lagi terlalu patuh kepada peraturan jam malam, yakni membukanya sebelum fajar dan menutupnya setelah malam tiba. Akibatnya, antara lain, mudah sekali bagi pencuri untuk lari dan bersembunyi di tempat tinggal mereka itu. Pemerintah berusaha mengatasi masalah ini dengan memasang pembatas sementara, kecuali tentu saja jika penghuninya adalah para bangsawan dan para menteri. 2

Namun ini tidak berarti malam di Chang'an menjadi waktu yang bebas, karena para Penjaga Burung Emas itu betapapun bukanlah orang-orang sembarangan.

Ada kalanya kudengar bagaimana para Penjaga Burung Emas itu berhasil menangkap dan melumpuhkan pencuri, tetapi sebetulnya belum tentu pencuri, melainkan penyusup atau mata-mata yang terdesak untuk keluar petak pada jam malam, yang untuk tidak menimbulkan kepanikan atas terdapatnya pasukan musuh di luar kota, memang lebih menguntungkan diumumkan sebagai pencuri -- padahal penyusup itu tidaklah akan masuk ke dalam kotaraja pada jam malam hanya dengan kemampuan mengendap-endap sahaja. (bersambung)


1 Disebutkan pula bahwa pada 808 seorang kebiri yang bekerja di istana, yang berkeliaran dalam keadaan mabuk dan melanggar jam malam dipukuli sampai mati. Maharaja juga memindahkan Penjaga Burung Emas yang bertanggung jawab dan mengusirnya dari ibu kota. Tengok Charless Benn, China's Golden Age: Everyday Life in the The Tang Dynasty (2002), h. 51.

2 Dari laporan Komisioner Patroli Jalanan tahun 831, penulis mengandaikannya mungkin saja sudah terjadi pada 797. Ibid., h. 52-3.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 3:29 PM
#42 8: Jam Malam di Kota Chang'an 4.5 5 Unknown August 13, 2014 Perpaduan antara tembok dengan gerbang berpenjaga yang membatasi petak-petak dan diberlakukannya jam malam, menjadi kunci keamanan yang sangat berguna di Kotaraja Chang'an. TERINGATLAH aku kepada minyak wangi otak naga atau long nao xiang yang telah membuat potongan-potongan mayat orang kebiri di dalam karung wa...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak