#72 Membuntuti Harimau Perang

September 12, 2014   

SEPERTI cara bicara orang Negeri Atap Langit, kata-katanya tumpah seperti air hujan.

"Aku mengikuti mereka berdua sepanjang jalan besar sampai ke halaman kuil orang-orang Ta ch'in 1. Saat itu muncul seseorang dari kuil orang-orang Muhu 2 yang ciri-cirinya seperti yang selama ini dikau sebutkan sebagai Harimau Perang, meski dikau belum pernah berhadapan muka dengannya. Ia tampak tinggi dan tegap seperti orang-orang hu jen 3. Rambutnya panjang sampai ke punggung, dengan dua pedang melengkung panjang saling melintang. Mereka bicara sebentar dan kedua orang itu lantas pergi lagi. Aku tidak mengikuti mereka karena kutahu dirimu bisa berada di sini karena mengikuti jejak Harimau Perang ini. Ia masuk lagi ke dalam kuil Muhu itu setelah menoleh ke sana dan kemari, yang memperkuat dugaanku sebagai orang yang bergerak dalam jaringan rahasia. Kurasa ia pun mengamati keberadaanku di halaman itu, maka aku pun berjalan terus sampai ke Kuil Dao di petak sebelahnya dan berbelok masuk lorong ke utara, sehingga hilang dari pandangannya, tetapi waktu aku mau kembali lagi kulihat dari dalam lorong ia melangkah di jalan besar ke arah barat. Mau ke mana? Aku segera menuju ke ujung lorong setelah ia menghilang. Aku bermaksud mengikutinya, tetapi aku tahu dia akan berhadapan dengan tembok kota dan hanya akan berbelok ke selatan atau ke utara. Jadi kutunggu dia sampai ke ujung jalan, dan setelah itu aku harus mengikutinya dengan cara lain. Ya, aku hanya berani mengintai dengan sebelah wajah keluar dari tembok tempat kuil Buddha di pojok petak paling barat itu, untungnya para bhiksu berseliweran tanpa peduli, karena orang yang kuduga Harimau Perang itu tentu waspada sekali. Ia menuju ke utara, dan pilihannya atas jalan di samping tembok kota itu pun cerdik sekali karena memang sepi. Biasanya orang menghilangkan jejak di tempat ramai, tapi orang itu akan sulit mengetahui siapa di antara orang banyak yang mengikutinya. Di tempat sepi, memang tampak jelas ia berjalan menuju ke mana, tetapi ia juga akan tahu dengan pasti siapa yang mengikutinya!" (bersambung)


1 Sebutan warga Tang bagi (gereja) Kristen Nestorian yang masuk ke Chang'an sejak 635 Masehi, ketika Alopen, Uskup Persia, mengawali misinya di sana. Dari Nestorian Christianity in the Tang Dynasty.mht/The Keikyo Institute. Berasal dari Dale A. Johnson, Jesus on the Silk Road (2008), h. 18-26. Diunduh 25 Oktober 2012.

2 Sebutan bagi pemeluk Zoroaster di Tiongkok. Apabila kedua "agama" Persia lain, Nestorianisme dan Manicheisme adalah agama Kristen atau setidaknya memiliki dasar Kristen, maka Zoroasterianisme (Zoroastrisme, Parsisme, Mazdaisme, yang disebut Suoluoyasidejiao) adalah agama "asli" Persia yang telah mempengaruhi Manicheisme dan Buddhisme --setidaknya dalam kepercayaan atas Buddha Amitabha, Cahaya Buddha. Para pemeluk Zoroastrianisme disebut kaum Mazdayasnia karena mereka memuliakan dewa tertinggi Ahura Mazda. Pendiri agama dualistik ini adalah Zarathustra, yang hidup sekitar 1000 tahun Sebelum Masehi di Persia dan menuliskan doa-doa keagamaannya dalam bahasa Zend-Avesta, bentuk lama bahasa Parsi. Pencipta dunia dalam kepercayaan itu adalah Ahura Mazda, padanannya adalah Angra Mainyu, yang merupakan gabungan kegelapan dan kejahatan. Dualisme kosmik ini terhubungkan oleh etika dan dunia mental-spiritual atas dunia material manusia. Segenap hidup dan pemikiran bertugas untuk selalu berada dalam keadaan perang antara keburukan dan kejahatan. Titik pusat Zoroastrianisme adalah kecenderungan eskatologis yang mengandaikan kedatangan pengadilan terakhir dan kebangkitan kembali secara fisik. Pantheon Zoroastrianisme terdiri atas malaikat-malaikat dan setan-setan seperti Mithras, suatu kepercayaan yang belakangan mempengaruhi Yahudiisme dan Kekristenan. Dualisme buruk dan jahat tercerminkan dalam ajaran Mani, pendiri Manicheisme, seperti juga dalam ajaran-ajaran Buddha tentang surga dan neraka, berasal dari dualisme Persia atas dua dewa Hormuzd dan Ahriman. Api adalah lambang yang baik, dan karena cahayanya maka orang-orang Parsi disebut pemuja api, yang juga disebutkan oleh warga Dinasti Tang sebagai baihuojiao atau huoxianjiao. Selama masa dinasti-dinasti selatan dan utara, Zoroastrianisme tumbuh di negara-negara kota di Jalur Sutra. Semasa Dinasti Qi Utara pada abad VI suatu 'istana jajahan' (honglusi) didirikan sebagai kedutaan Persia. Para pegawai kedutaannya juga mencatat para jemaat Zoroaster (safu) di Tiongkok. Pusat administrasi pemeluk Zoroaster berada di bawah kantor yang disebut sabaofu. Perkembangan Zoroastrianisme oleh misionaris dilarang, sejak tahun 841 semua agama asing dilarang, dan meskipun sejumlah jemaat masih ada sampai masa Dinasti Song, Zoroastrianisme kehilangan dasar dan punah. www.chinaknowledge.com.

3 Istilah orang-orang Dinasti Tang terhadap orang-orang Iran Sogdian yang pengaruhnya sangat besar terhadap kaum bangsawan. Mereka menguasai Jalur Sutra sebagai pedagang besar dan seniman penghibur. Dalam sejarah Dinasti Tang disebutkan bahwa, '"... makanan bangsawan disebut makanan hu, bebunyian bangsawan disebut bebunyian hu, dan perempuan bangsawan berbusana dengan jubah hu paling eksotik yang bisa dibeli dengan uang". Disebutkan bahwa Kotaraja Chang'an dicat dengan warna-warna hu. Dari "The Persian Prince Pirooz" dalam tangdynastytimes.com, diunduh 24 Oktober 2012.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 5:03 PM
#72 Membuntuti Harimau Perang 4.5 5 Unknown September 12, 2014 SEPERTI cara bicara orang Negeri Atap Langit, kata-katanya tumpah seperti air hujan. "Aku mengikuti mereka berdua sepanjang jalan besar sampai ke halaman kuil orang-orang Ta ch'in." SEPERTI cara bicara orang Negeri Atap Langit, kata-katanya tumpah seperti air hujan. "Aku mengikuti mereka berdua sepanjang jalan bes...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak