#71 14: Jejak Harimau Perang

September 11, 2014   

ADAPUN yang kumaksud dengan jaringan ini bukanlah sekadar karena mereka adalah pelanggan para wanita penghibur asuhan Ibu Pao. Sebaliknya, Ibu Pao adalah induk semang luar biasa yang tak sekadar terkenal karena berperan besar menjodohkan para petinggi dengan putri bangsawan, misalnya, melainkan karena dalam asuhannya juga terdapat putri-putri bangsawan itu sendiri!

Ya, bahkan putri bangsawan pun ingin memiliki harta kekayaan sendiri, karena meskipun kehidupan seorang putri bangsawan dapat disebut berkecukupan, mereka tidak memiliki kebebasan. Sedangkan kebebasan itu, meski harus dimulai dengan pikiran, tak jarang harus didukung dengan uang. Para bangsawan memang dihidupi dana istana, tetapi kebutuhan mereka tentunya lebih banyak lagi. Dana istana lebih dari cukup untuk makan dan minum, tetapi tidak akan cukup misalnya untuk membeli kuda, perlambang kekayaan, kegagahan, dan kehormatan masyarakat Chang'an, dan apalah artinya gelar kebangsawanan tanpa kuda? Maka untuk memenuhinya para bangsawan mencari sumber keuangan tambahan. Namun memang jarang diungkap secara terbuka bahwa para putri bangsawan memiliki kebutuhan yang sama. Adapun bedanya, yang disebut harta bagi para putri yang selalu terkungkung dalam pingitan ini adalah kebebasan itu sendiri, termasuk kebebasan bergaul dan bercinta dengan kalangan bukan bangsawan di luar istana.

Gejala ini dapat dibaca oleh Ibu Pao dengan sangat baik, dan ia pun dapat menemukan siapa saja yang mampu membayar kebangsawanan putri-putri ini meski hanya untuk beberapa saat saja. Bagi putri-putri itu, ternyata bukan harta kekayaanlah yang terutama mereka cari, melainkan kekayaan hidup dalam dunia yang lebih bebas, sebagai imbangan kehidupan di dalam istana, yang meskipun sepintas lalu tampak bergelimang kemewahan, tetapi penuh peraturan dan adat yang dirasakan menekan.

"Tempat penyimpanan senjata mestika? Ada beberapa sebenarnya, yang resmi maupun tidak resmi, yang menjadi milik negara atau milik keluarga istana, dan ini pun masih dibagi lagi, apakah itu merupakan mestika kesayangan Yang Mulia atau bukan. Selain di Istana Daming di Istana Xingqing pun terdapat tempat penyimpanan senjata mestika."

Tanpa sadar kugaruk-garuk kepalaku meski tidak gatal sama sekali. Sepertinya kini begitu mudah mengetahui tempat penyimpanan senjata yang selama ini gelap, tetapi jika ternyata begitu banyak pembagiannya, di bagian manakah Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu disimpan?

"Tenanglah," ujar Ibu Pao, "seorang putri asuhanku sangat pandai bersilat. Seorang guru rahasia telah secara diam-diam mengajarinya. Ia sangat suka bertualang. Pasti ia tertarik untuk menyelidiki keberadaan pedang itu..."

"Ah, benarkah?"

Tidak bisa kusembunyikan kegembiraanku, tetapi aku juga khawatir. Untuk mendapatkan kepercayaan Ibu Pao aku telah berterus-terang pula kepadanya tentang tujuanku.

"Tentu," kata Ibu Pao, "tetapi jika berhasil, ia akan meminta bayaran."

Aku terkesiap. Memang, tidak salah jika untuk suatu keterangan rahasia seseorang akan meminta imbalan. Semakin sulit mendapatkannya, semakin besar imbalan yang diminta.

"Besarkah bayaran yang akan dimintanya?"

"Itu tergantung kemampuanmu memenuhinya, bahkan ia mungkin minta bayaran di muka."

Aku tertegun. Namun aku percaya kepada Ibu Pao. Dengan berbagai cara aku telah mengujinya, dan memang kurasa aku dapat mempercayainya, seperti selama ini telah diceritakannya sejumlah rahasia kepadaku dan karena itu tak akan pernah dapat kuungkap kembali, termasuk dalam penulisan riwayatku yang dimaksudkan selengkap-lengkap dan serinci-rincinya ini.

Begitulah Ibu Pao beranjak ketika tiga wanita penghiburnya sudah selesai menjalankan tugas, mabuk, dan menyanyi-nyanyi. Ia minta diberitahu jika aku dan Yan Zi jadi pindah dari Penginapan Teratai Emas, dan aku berjanji akan memberitahunya karena memang melihat peluang yang bagus.

Cahaya temaram ketika Ibu Pao dan ketiga wanita penghiburnya menghilang di ujung jalan dan lentera-lentera mulai menyala. Dari ujung jalan yang sama tampak Yan Zi menyeruak keramaian dengan kepala tertunduk.

Aku menghela napas panjang. Kami memang tidak pernah bicara lagi tentang Elang Merah, tetapi kepergiannya telah menyebabkan rasa kehilangan yang sangat mendalam.

"Kita telah mendapatkan jejak Harimau Perang," katanya.

Aku tidak mengucapkan sepatah kata. Namun pandanganku tentunya tampak bertanya-tanya.

Yan Zi kemudian bercerita. Kata-katanya meluncur seperti cara bicara orang-orang Negeri Atap Langit. (bersambung)
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 5:10 PM
#71 14: Jejak Harimau Perang 4.5 5 Unknown September 11, 2014 ADAPUN yang kumaksud dengan jaringan ini bukanlah sekadar karena mereka adalah pelanggan para wanita penghibur asuhan Ibu Pao. Sebaliknya, Ibu Pao adalah induk semang luar biasa yang tak sekadar terkenal karena berperan besar menjodohkan para petinggi dengan putri bangsawan, misalnya, melainkan karena dalam asuhannya juga terdapat putri-putri bangsawan itu sendiri! ADAPUN yang kumaksud dengan jaringan ini bukanlah sekadar karena mereka adalah pelanggan para wanita penghibur asuhan Ibu Pao. Sebaliknya, I...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak