Telah berulang-ulang pula kusampaikan bahwa meskipun pemberontakan yang dipimpin oleh An Lushan pada 755 itu telah berakhir tahun 763, tetapi kekacauan yang diakibatkannya masih terus berlangsung pada masa pemerintahan Maharaja Dezong. Namun sejak awal pemerintahannya Dezong memperlihatkan dirinya sebagai maharaja yang ulet dan hemat. Ia memperbaiki cara pemerintah memantapkan keuangannya dengan memperkenalkan peraturan pajak baru. Usahanya ini menghancurkan kuasa panglima-panglima wilayah, dan kesalahan dalam pengelolaannya, justru mengakibatkan sejumlah pemberontakan yang nyaris menghancurkan dirinya sendiri maupun Wangsa Tang.
Sejak peristiwa itu ia menangani para pejabat wilayah dengan lebih hati-hati, tetapi yang menjadikan para panglimanya tidak terperiksa. Ini justru menyebabkan kepercayaannya tinggal kepada orang-orang kebiri, dan kuasa orang-orang kebiri pun lantas membesar berkali-kali lipat. Dezong dikenal selalu memiliki ketakutan atas bayangannya sendiri, tentang pejabat-pejabat tinggi yang memegang kekuasaan terlalu besar. Maka kepada perdana menteri dan menteri-menterinya, Dezong hanya akan memberikan kekuasaan terbatas.
"Siapa?" Panah Wangi mengulangi pertanyaannya.
"Dou Wenchang dan Huo Xianming," jawab Si Bajing Loncat.
"Orang-orang kebiri?"
"Siapa lagi?"
Maka Bajing Loncat pun wajib menyampaikan apa yang didengarnya dari Zheng Yuqing kepada dua petinggi kebiri itu.
"Tetapi tidak semuanya kusampaikan kepada dua unta itu."
Tentu inilah yang dimaksudkan Si Bajing Loncat sebagai cara membalaskan dendam jika berada di pusat kekuasaan. Mungkinkah bekas begal ini melakukannya dengan suatu rencana tertentu? Apakah segala sesuatunya di pusat kekuasaan itu sekadar dikacaukannya tanpa peduli hasilnya, ataukah apa yang tampaknya seperti kekacauan sebetulnya menutupi suatu rencana matang penuh kehati-hatian?
Sun Tzu berkata:
jika dikau tak bisa memilih pertarunganmu
dikau harus kembali
kepada siasat yang meningkatkan kekuatanmu
dengan memecah-belah kekuatan lawan 1
dikau harus kembali
kepada siasat yang meningkatkan kekuatanmu
dengan memecah-belah kekuatan lawan 1
Angin membawa pergi asap dari unggun. Bajing Loncat sudah bercerita sepanjang siang dan sekarang ia sudah tidak mau berbicara lagi. Mungkin karena sudah menceritakan semuanya, mungkin pula karena merasa sudah bercerita terlalu banyak. Sepanjang pagi untuk sementara ia tampak menikmati kedudukannya sebagai orang yang menyimpan banyak sekali rahasia, tetapi yang ketika sebagian besar rahasia itu sudah disampaikannya, tampak seperti orang yang tiba-tiba saja kehilangan banyak kekayaannya.
Maka menjadi pertanyaan dalam benakku, apakah yang belum diungkapnya? Apakah yang tidak terungkap memang tidak perlu terungkap karena sangat amat tidak penting, ataukah karena memang merupakan rahasia yang begitu penting, sehingga setelah semuanya disampaikan tetap saja rahasia ini tidak mungkin diungkapkan?
Begitulah kami merasa rahasia itu ada, tetapi kami tidak bertanya-tanya lagi karena juga merasa sudah sampai kepada batasnya. Betapapun Bajing Loncat itu telah bercerita tanpa tekanan apa pun, dan kami pun merasa betapa perjalanan kami tidaklah sia-sia.
Kami berpamitan dan menjura.
"Bapak, kami akan kembali ke Chang'an sekarang juga, mohon maaf telah mengganggu kehidupan Bapak sejenak. Kami bersyukur Bapak telah berbicara banyak dan kami ucapkan terima kasih atas segala sesuatu yang kini bagi kami telah menjadi pengetahuan."
Bajing Loncat juga menjura dengan wajah setulus-tulusnya, sungguh dirinya bagi kami tidak tampak seperti seorang maharaja, karena wajahnya sungguh seperti wajah seorang petani saja.
"Janganlah berkata-kata seperti itu," katanya, "aku mengerti sepenuhnya betapa kalian datang dengan segala kesulitan dan ancaman marabahaya, hanyalah untuk menyelamatkan diriku. Sungguh beruntung aku mengetahui kedua pembunuh bayaran itu datang, jika saja yang mengayunkan pedang dengan tangan kiri itu sedikit bersabar, yakni mengayunkan pedangnya tidak bersamaan dengan datangnya tombak, tetapi setelah diriku berkelit menghindari tombak itu, tentu kepalaku sudah tidak berada di tempatnya lagi sekarang.
"Nah, berangkatlah, pergilah, aku pun harus mengucapkan terima kasih kepada kalian berdua, karena telah membuat nyawaku berharga dan membuatku sungguh merasa betapa hidupku ini ternyata tidaklah sesia-sia yang kusangka. Sekali lagi terima kasih dan jangan pernah lupa rahasia tentang rahasia yang kusampaikan tadi."
Dia telah berbicara begitu banyak. Rahasia yang mana? Namun Bajing Loncat telah menjawabkan untuk kami.
"Rahasia yang terbagi antara tiga orang kebiri." (bersambung)
1. Martina Sprague, Lessons in the Art of War (2011), h. 145.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak