Aku dan Panah Wangi setiap hari melatih diri dengan Ilmu Silat Aliran Shannan, bahkan mengajak pula 50 padri pengawal Muhu untuk belajar menafsirkannya, karena kuinginkan siapa pun di antara kami jika mendadak bentrok dengan Harimau Perang, sudah menguasainya. Dari berbagai bentrokan selintas-pintas yang pernah kualami dapat kukatakan betapa kelebihan Harimau Perang sebetulnya adalah penguasaannya atas jurus-jurus yang tidak dikenal, sehingga lawan yang tidak mengetahui dengan jurus apa serangannya bisa ditangkal, segera saja tewas olehnya.
Namun bukan lagi Harimau Perang yang menjadi perhatianku sekarang, melainkan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang. Tidakkah dia orangnya yang dengan begitu licik telah membuat kekacauan di mana-mana, semua itu tanpa pernah memperlihatkan dirinya? Ilmu Pemisah Suara dan Ilmu Pemecah Suara sungguh merupakan nama yang mengecoh untuk Ilmu Pemindahan Tubuh maupun Ilmu Pemecahan Tubuh. Ilmu Pemindahan Tubuh adalah pembalikan dari Ilmu Pemisah Suara, bahwa tubuhnyalah yang bisa berjarak dari suaranya. Tetapi Ilmu Pemecahan Tubuh lebih dari sekadar pembalikan dari Ilmu Pemecah Suara, yakni tak dapat diketahui sumber suaranya ketika berbicara, karena ilmu ini membuat seseorang dalam satu ketika bisa berada di mana-mana.
Dengan mempelajari dan menyusun kembali Ilmu Silat Aliran Shannan, bukan hanya sebagai jurus-jurus yang dilukiskan secara terbatas oleh Anggrek Putih, melainkan dari cara jurus-jurus itu dikirimkan kepadanya. Sejak awal aku sudah membedakan antara cara jurus-jurus itu dilukiskan pada kain putih, dengan cara jurus-jurus itu dikirimkan oleh Guru Besar Aliran Shannan yang tidak dapat diketahui sedang berada di mana.
Memperhatikan Anggrek Putih melukiskan jurus-jurus itu maupun memperhatikan jurus-jurus itu sendiri, yang telah diputus-putus oleh Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang, aku merasa telah mendapatkan seni belajar yang menunjukkan bahwa jurus-jurus terbaik tidak datang dan dihafalkan, melainkan ditafsirkan dan digubah kembali oleh para pembelajarnya sendiri. Namun kukira aku pun menemukan, seperti dimungkinkan oleh penafsiranku, bahwa Ilmu Silat Aliran Shannan tidaklah terletak pada jurus-jurus yang dilukiskan oleh Anggrek Putih, melainkan pada cara-cara segenap jurus itu dikirimkan setiap hari.
Tentu cara-cara ini tidaklah tampak seperti diajarkan, melainkan dijejaki dari bagaimana caranya jurus-jurus itu telah diterima. Tidak mudah, nyaris mustahil, tetapi selama ada jejak, itu berarti selalu ada yang bisa dirunut kembali. Dari jejak ke jejak terbacalah cara dan keterbacaan itulah yang menjadi jalur menuju sumber-sumber dari mana datangnya jurus. Ini tentu sesuatu yang lebih merupakan pendekatan menuju pengetahuan daripada pengetahuan itu sendiri. Namun pendekatan itulah yang menentukan bagaimana sesuatu itu menjadi pengetahuan atau sesuatu yang bukan pengetahuan.
Dhammapada berkata:
kupanggil Brahmana ia yang mengetahui kehancuran,
dan penjelmaan kembali manusia di mana-mana,
yang terbebas dari ikatan, harta, dan matanya telah terbuka 1
"Apa yang harus kita lakukan nanti?"
Panah Wangi sudah membayangkan sebuah pertemuan dengan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang semula dapat menemui kami, tetapi tak dapat kami temui; yang tak dapat kami dengar, tetapi dapat mendengar kami; yang tak dapat kami lihat, tetapi dapat melihat kami; yang telah menggerakkan segalanya, tanpa dapat kami ketahui; yang membuat dirinya bagaikan dewa, dan kami hanya manusia.
"Kita tidak usah bicara apa-apa," kataku.
Memang aku membayangkan sesuatu, tetapi aku tidak mau mengatakannya sekarang.
Kulihat Anggrek Putih masih melukis. Kukira bukan kebetulan bahwa sebagai perantara Ilmu Silat Aliran Shannan keadaannya bisu tuli. Apakah kira-kira yang berada dalam pikirannya? Benarkah dirinya juga bisu dan tuli di dalam hati dan pikirannya? Karena tentunya tidak mungkin, kini aku berpikir betapa pasti ada sesuatu yang dilakukannya, dan betapa gelisahnya diriku jika sama sekali tidak dapat mengetahuinya! (bersambung)
1. Lucien Stryk, World of the Buddha: A Reader-from Three Baskets to Modern Zen [1969 (1968)], h. 64.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak