ANGGREK Putih ternyata selalu bangun lebih pagi dari kami. Hari masih gelap ketika ia bersiap menyambut matahari pagi dengan latihan olah pernapasan yang disebut tai chi. Namun tai chi sebenarnya adalah juga olah kejiwaan. Diperlukan daya pengendalian diri terbaik agar gerak mendukung aliran napas ke seluruh tubuh, yang diperlihatkan oleh ketenangan gerakan, yang mengalir perlahan tanpa kelambanan selain keteraliran yang betapapun pelan adalah lawan kebuntuan, lawan kehampaan, lawan kematian...
Maka, gerak pernapasan menjadi gerak kehidupan tanpa harus berdegup melainkan sekadar mengalir, mengalir, dan mengalir ketika degupan terleburkan menjadi aliran sebagai bentuk kehidupan terbaik selama itu mengalir dan tiada lain selain mengalir, dalam ketenangan tiada tergoyahkan yang sama sekali bukanlah berhentinya gerakan untuk menjelma diam melainkan aliran waktu dalam ruang keabadian yang tak terlampaukan. Dalam keadaan bisu dan keadaan tuli, betapa keheningan yang dicapai Anggrek Putih itu tergandakan.
Ada kalanya Anggrek Putih menepukkan tangan dan secepat kilat menendang. Namun, bahkan sebelum disadari, Anggrek Putih hanyalah kembali menjadi aliran ketenangan, yang mengalir dan mengalir tiada lebih dan tiada kurang menunjukkan keberadaan ketenangan. Apabila pernapasan dan gerakan berhasil melebur ke dalam ketenangan, dan ketenangan dalam keberalirannya mencapai keheningan berdasarkan kendali kejiwaan, maka pengendali yang bernapas dan bergerak itu pun tidak lagi sekadar berada di dalam ruang dan di dalam waktu, melainkan mengada bersama ruang dan bersama waktu. Saat itulah tubuhnya melebur-hablur pada ruang dan waktu dan tunduk kepada kehendak apa pun dalam pembayangan pengendali.
Masih kupandang Anggrek Putih dalam gerak tai chi. Betapa banyak rahasia tersimpan dalam diri seorang gadis bisu tuli. Apakah yang kupandang ini memang seperti yang kupandang, ataukah terlalu banyak yang telah berlangsung selama aku memandangnya tanpa pernah mengetahuinya? Mungkinkah jurus-jurus yang disebut-sebut dikirimkan oleh Guru Besar Aliran Shannan itu hanya melalui saja dirinya dan menjadi lukisan bercak-bercak titik-titik garis-garis tanpa disadarinya, ataukah sepenuhnya dalam pengendaliannya untuk tetap merahasiakan atau mengungkapnya? Artinya, mungkinkah jurus-jurus itu tidak dikirim melainkan diambilnya?
Guru Hung-jen bertanya kepada Hui-neng:
"Dikau datang dari Lingnan, dan lebih jauh lagi
dikau seorang barbar,bagaimana dikau bisa menjadi Buddha?"
Hui-neng pun menjawab:
"Meskipun khalayak terbedakan sebagai orang utara atau orang selatan, baik utara maupun selatan tidak ada dalam sifat-Buddha. Dalam ketubuhan raga, yang barbar dan yang pendeta berbeda. Namun apakah bedanya dalam sifat-Buddha mereka?" 1
Betapapun aku tidak boleh mengabaikan keberadaannya di Kuil Muhu itu. Bahkan kukira kami semua telah menjadi abai dari kesadaran yang seharusnya kami camkan sejak lama. Kukira kami semua masih selamat, hanya karena Anggrek Putih mengetahui bahwa kami tidaklah berada di pihak yang salah.
Panah Wangi dengan berbisik-bisik bertanya kepadaku.
"Pendekar Tanpa Nama, apakah dikau yakin bahwa Anggrek Putih bisu tuli," katanya, ''Apakah dia sungguh-sungguh tidak bisa berbicara dan tidak bisa mendengar kita berbicara?"
Namun aku menjawab dengan nada biasa.
"Persoalannya bukan apakah Anggrek Putih bisa berbicara atau tidak bisa berbicara, bisa mendengar atau tidak bisa mendengar, melainkan bagaimana caranya dengan ketuliannya itu ia bisa mendengarkan kita, dan dengan kebisuannya itu tetap berbicara kepada kita."
Panah Wangi belum menanggapi.
"Bagaimana caranya Anggrek Putih dengan segala kebisutuliannya memahami kita, dan menyampaikan apa yang ingin dikatakannya kepada kita," kataku lagi.
Panah Wangi mengangguk.
"Kehendaknya tidak terhalangi," katanya.
"Kehendaknya sama sekali tidak terhalangi," kataku pula, ''Ia tahu bagaimana caranya agar Harimau Perang tidak dapat mempelajari Ilmu Silat Aliran Shannan, dan ia tahu pula cara menyampaikannya kepada kita, berdasarkan semua perkembangan yang dipahaminya belaka."
Betapapun, jika bahasa Anggrek Putih yang bisu tuli itu setara dengan bahasa orang yang bisa mendengar dan bisa berbicara, mungkinkah seperti juga bahasa kebanyakan orang Anggrek Putih mempermainkan bahasanya sendiri?
"Apakah maksud Pendekar Tanpa Nama, gadis bisu tuli itu mempermainkan kebisutuliannya?"
Aku tidak perlu menjawabnya, karena Panah Wangi tentu terlalu cerdas untuk tidak memahaminya.
Kami beranjak dan siap mengikuti Anggrek Putih mengalir dalam keheningan semesta tai chi, ketika kelebat cahaya kilat menyambar ke arah gadis bisu tuli itu! (bersambung)
1. Berdasarkan ajaran Hui-neng (683-713) dalam teks Kitab Dasar Pemimpin Keenam yang ditulis oleh muridnya, Fa-hai, dan ditemukan di gua-gua Mogao, Dunhuang. Baca Lucien Stryk, World of the Buddha [1969 (1968)], h. 335.
#336 68: Mengalir Bersama Tai Chi
June 4, 2015 - Posted by Unknown in Bagian 68
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 4:27 PM
#336 68: Mengalir Bersama Tai Chi
4.5
5
Unknown
June 4, 2015
"Meskipun khalayak terbedakan sebagai orang utara atau orang selatan, baik utara maupun selatan tidak ada dalam sifat-Buddha. Dalam ketubuhan raga, yang barbar dan yang pendeta berbeda. Namun apakah bedanya dalam sifat-Buddha mereka?" - Kitab Dasar Pemimpin Keenam - World of the Buddha [1969 (1968)]
ANGGREK Putih ternyata selalu bangun lebih pagi dari kami. Hari masih gelap ketika ia bersiap menyambut matahari pagi dengan latihan olah pe...
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak