#340 Jurus Pembunuh Dewa

June 8, 2015   

"BAIKLAH selesaikan saja jurusnya itu! Hmmhh! Jurus! Seperti ilmu silat saja!"

Bagi pemimpin para petugas Dewan Peradilan Kerajaan, kalimat itu hanyalah berarti sebagai cara untuk menghindari korban lebih banyak, setelah kehilangan lima orang yang tewas pada penyerangan pertama, dan sepuluh orang terlumpuhkan pada penyerangan kedua. Ia seharusnyalah tahu bahwa penyerahan diri Anggrek Putih adalah suatu keuntungan baginya, karena dengan kejadian tersebut, bahkan 500 orang pun sangat mungkin akan mengalami nasib yang sama, jika memaksakan kehendak melalui cara yang juga masih sama.

Namun justru karena kemungkinan itulah aku berpikir mengapa Anggrek Putih tidak memilih untuk melawan saja dengan kemampuannya yang sulit ditandingi seperti itu? Mengapa ia lebih memilih untuk menyelesaikan sebuah jurus yang disebut jurus terakhir tai chi ? Kuingat bagaimana pemimpin rombongan Dewan Peradilan Kerajaan itu menggerutu. Memang benar bahwa seseorang itu mempelajari tai chi sebagai bentuk olah pernapasan, dan dengan penataan ketenangan yang didapatnya akan melangkah kepada olah kejiwaan, bukan untuk bertarung. Tiada jurus dalam tai chi, baik itu digunakan untuk menyerang, maupun untuk bertahan, tetapi kenapa melalui perempuan paro baya yang serumah dengannya itu secara tegas disebut sebagai jurus?

Aku tersentak ketika menyadari betapa penyebutannya sebagai jurus tidak mungkin merupakan kebetulan. Penyebutannya merupakan sebuah pesan! Pesan apa? Kepada siapa?

Selama ini yang telah berlaku sebagai murid terhadap Anggrek Putih hanyalah diriku dan Panah Wangi, dalam arti bahwa kami berguru kepada Guru Besar Ilmu Silat Aliran Shannan yang selalu mengirimkan pengembangan jurus-jurusnya ke dalam kepala Anggrek Putih, yang tidak akan bisa berhenti melukiskannya di atas kain putih. Namun selama keberadaan Guru Besar Ilmu Silat Aliran Shannan ini hanyalah sebagai dongeng, sebetulnya adalah Anggrek Putih itu satu-satunya tempat kami mempelajari Ilmu Silat Aliran Shannan ini bukan? Sebenarnyalah kami telah berguru kepada Anggrek Putih yang bisu tuli. Pada gilirannya, mungkinkah tidak terlalu keliru jika Anggrek Putih melihat dirinya sendiri sebagai guru bagi kami?

"Jurus terakhir itu ditujukan kepada kita," ujar Panah Wangi dengan bisikan yang seolah-olah merupakan bisikan terpelan di dunia.

Ini bagaikan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaanku sendiri selama ini, seberapa cukupkah Ilmu Silat Aliran Shannan yang telah kami pelajari untuk mengalahkan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang? Seperti yang pernah kuceritakan, meskipun segenap jurus yang kudapatkan adalah perkembangan terakhir, yang bahkan tidak didapatkan oleh Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang, terjamin akan bisa menangkah jika menghadapi kelipatan pembelajaran yang jauh lebih lama sebelumnya?

"Inilah jawaban atas pertanyaanmu dulu," bisik Panah Wangi lagi, ''disebut jurus terakhir karena bukan jurus yang selalu diulang untuk diperbaiki, tetapi merupakan jurus baru. Jadi mungkin jurus inilah yang akan menentukan kelebihan, dan juga kemenangan kita."

Penyergapan mendadak para petugas Dewan Peradilan Kerajaan yang tidak terduga ini, tentu mengacaukan susunan pembelajaran yang biasa dilakukan Anggrek Putih, yakni dengan melukiskan jurus-jurus sebagai titik-titik, garis-garis, dan bercak-bercak pada kain putih. Anggrek Putih mengajukan syarat bagi penyerahan dirinya jika bagi para petugas terdengar seperti bagian terakhir rangkaian gerak tai chi, bagi Anggrek Putih tentunya adalah jurus baru Ilmu Silat Aliran Shannan. Melalui ucapan ibu paro baya yang menjadi sandera, pengertian dan kata jurus itu berhasil diungkapkan kembali dengan keras oleh pemimpin pasukan Dewan Peradilan Kerajaan. Maksudnya menghina, tetapi melaluinya justru terbuka jalan rahasia.

Nagarjuna berkata:

segalanya dinyatakan kosong

karena tidak ada yang tidak berasal;

dari musabab dunia, hukum musabab,

betapapun hanya sementara

meskipun di sinilah terletak jalan tengah 1

Begitulah Anggrek Putih seperti masih melanjutkan gerak tai chi, tetapi ia telah mengelabui semua orang karena bergerak dengan dua kecepatan dalam waktu bersamaan. Dalam gerakan lambat semua orang melihat Anggrek Putih mengalirkan dirinya dalam keheningan tai chi. Dalam gerakan yang lebih cepat dan tiada lain selain cepat, begitu cepat sehingga tiada seorang pun yang bisa melihatnya, kecuali diriku dan Panah Wangi, gadis bisu tuli itu memperagakan jurus terbaru Ilmu Silat Aliran Shannan dalam gerak yang bagi kami terlihat lambat, amat sangat lambat, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih lambat. Jurus yang sangat kami perlukan, untuk mencari, menemukan, dan mungkin terpaksa membunuh Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang kesaktiannya seperti dewa... (bersambung)

1. Melalui Lucien Stryk, World of the Buddha [1969 (1958)], h.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 8:44 PM
#340 Jurus Pembunuh Dewa 4.5 5 Unknown June 8, 2015 Nagarjuna berkata: segalanya dinyatakan kosong karena tidak ada yang tidak berasal; dari musabab dunia, hukum musabab, betapapun hanya sementara meskipun di sinilah terletak jalan tengah - World of the Buddha [1969 (1958)] "BAIKLAH selesaikan saja jurusnya itu! Hmmhh! Jurus! Seperti ilmu silat saja!" Bagi pemimpin para petugas Dewan Peradilan Keraja...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak