Sekarang aku mengerti mengapa rahasia itu dianggap harus tetap tinggal sebagai rahasia, dan siapa pun yang berkemungkinan mengungkapnya, meski tiada tahu-menahu mengenai isi rahasia itu sendiri, harus dibunuh. Jadi baik tiga orang kebiri malang itu, dan siapa pun yang telah membocorkan rahasia itu keluar dalam tiga bagian tersebut, kemungkinan besar sudah mati, demi terjaganya suatu rahasia yang kelak akan menjelma nyata, menjadi kenyataan yang bukan lagi merupakan rahasia tanpa harus dibocorkan pula.
"Dikau boleh menunjuknya, ketika sudah terungkap dengan sendirinya," ujar Ibu Pao. "Sebelum itu dikau adalah penyimpan rahasia yang terikat untuk tidak menghancurkan dan membunuh rahasia itu sendiri.
"Bandingkanlah dirimu dengan penyimpan rahasia takdir. Tidak mungkinlah memberitahukan kepada seseorang perihal takdirnya bukan? Takdir itu hanya bisa dan boleh diketahui setelah terjadi. Mengungkapkannya sama dengan meletakkan diri di depan mesin penghancur dunia itu sendiri."
Aku mengangguk-angguk. Jadi sejumlah manusia menempatkan diri sebagai penentu sekaligus bagian dari takdir! Siapakah kiranya di dunia ini manusia yang bisa menentukan takdir sekaligus ditentukan oleh takdir itu sendiri?
"Apakah ini tentang Pangeran Song?"
Ibu Pao hanya tersenyum, lantas menyampaikan segala sesuatu yang perlu kuketahui, yang bukan merupakan rahasia pada Pangeran Song.
Putra mahkota yang mencintai seni dan sangat menghormati guru-gurunya itu, sehingga bahkan sebagai pangeran, ia tidak menghalangi dirinya untuk membungkuk, dalam tugasnya sehari-hari sangat dekat dengan dua nama, yakni Wang Pi, seorang pelukis aksara nan piawai; dan Wang Shuwen, seorang pemain Go.
Wang Shuwen memberi saran kepada Pangeran Song atau Li Song agar jangan memancing kecurigaan Maharaja Dezong lebih jauh, sejak dituduhnya Putri Gao, mertua Li Song, melakukan guna-guna terhadap maharaja. Adapun caranya, Li Song dianjurkan tidak menggugat daftar pembelanjaan istana oleh orang-orang kebiri, yang membayar dengan nilai rendah atau tidak membayar sama sekali. Jika dilakukan, disebutnya maharaja akan mencurigai putra mahkota berusaha menarik kecintaan orang banyak, dengan mengorbankan maharaja.
Atas anjuran Wang Shuwen pula, Li Song mengumpulkan para pejabat muda yang dianggap mampu menjadi pejabat penting atau panglima pada masa depan, seperti Wei Zhiyi, Lu Chun, Lü Wen, Li Jingjian, Han Ye, Han Tai, Chen Jian, Liu Zongyuan, Liu Yuxi, Ling Zhun, dan Cheng Yi, sebagai persiapan untuk naik tahta pada masa depan. Mereka ini bagaikan pemerintah bayangan. Keberadaan mereka dalam pemerintahan Wangsa Tang mengundang pencibiran para pejabat kebiri penting dalam masa kekuasaan Maharaja Dezong seperti Ju Wenzhen, Liu Guangqi, dan Xue Yingzhen. Namun dalam lingkaran Pangeran Song, sebetulnya terdapat pula orang kebiri Li Zhongyan. Tidak kurang menjadi masalah adalah kehadiran Selir Niu dalam lingkaran Pangeran Song. 1
"Kedudukan permainan kekuasaan seperti inikah yang membentuk rahasia itu?"
Ibu Pao mengangguk.
"Tidakkah segala sesuatu bisa diperkirakan dari kedudukan itu, sehingga tidak perlu ahli nujum, yang sebetulnya hanyalah para penipu?"
"Jika dikau cukup terpelajar tentu bisa memperkirakannya, mengapa tidak? Namun bahkan yang amat terpelajar sekalipun tidak akan berani dan tidak akan merasa perlu memastikannya, meski mengerahkan segala daya terbaik demi perkiraan-perkiraannya."
"Jadi mengapakah para penggubah, pemilik, dan pembentuk rahasia, yang setiap pembocornya akan dibunuh itu, justru menciptakan kepastian-kepastian seperti mengadakan takdir?"
Ibu Pao tersenyum mencibir, dan menjawab sambil mengangkat telunjuknya.
"Kehendak," katanya, "kehendak untuk memiliki dan menguasai dunia."
Mozi berkata:
orang besar tidak terikat
untuk membuat kata-katanya dipercaya
atau membuat tindakannya berlaku.
ia berpihak kepada kebajikan
tidak ada lain 2
Semua pengetahuan itulah yang kusampaikan kepada Pangeran Song, termasuk tentang rahasia, tetapi bukan isi rahasia itu sendiri.
Kami berdua menunggang unta berbulu tebal dalam perjalanan tetirah ke wilayah di sebelah utara Chang'an. Kami berjalan perlahan hanya berdua saja, tetapi dalam jarak dua li di belakang kami, 500 prajurit pasukan berkuda mengikuti.
Pangeran Song menatap pemandangan di hadapannya. Padang tundra terbentang dibatasi gunung-gemunung berlapis salju.
Kubaca wajahnya. Ia terlalu terpelajar untuk tidak mengerti. (bersambung)
1. Mengacu kepada Wikipedia tentang Kaisar Dezong maupun Kaisar Zhunzong. Diunduh Jumat, 26 Juni 2015. 11:34.
2. Fung Yu-lan, The Spirit of Chinese Philosophy (1943), diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh E. R. Hughes (1947), h. 14.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak