Itulah kata-kata Peri yang Baik dari Danau Qinghai, bhiksuni yang tidak berkepala gundul tetapi berambut terurai panjang dan serbaputih warnanya, yang tewas oleh Jurus Tanpa Bentuk dalam pertarungan kami, di tempat persinggahan pada salah satu dari lima sungai yang melintang antara Sha dan Chang'an.
Tangan orang lain itu adalah tangan penyebar teluh. Korbannya begitu banyak, ribuan jumlahnya, bergelimpangan di jalanan dan mengambang di sungai. Begitu banyak sehingga tersangkut-sangkut di antara perahu-perahu dan semak-semak tiada bisa bergerak, sehingga Peri yang Baik dari Danau Qinghai itu menerbangkannya ke langit tanpa bisa kuketahui ke manakah kiranya dan bagaimana caranya mayat-mayat itu akan berjatuhan.
Namun saat itu pun, meski kemarahanku sampai ke ubun-ubun, aku masih berpikir bahwa Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang adalah manusia yang paling sulit dicari. Saat itu aku masih menafsirkan Ilmu Pemisahan Suara dan Ilmu Pemecahan Suara secara terbatas, yakni dari sudut pandang pemahaman suara itu saja. Baru setelah mempelajari Ilmu Silat Aliran Shannan, dan Ilmu Pemindahan Tubuh maupun Ilmu Pemecahan Tubuh dari Anggrek Putih, maka aku dapat menafsirkannya dari sudut pandang tubuh yang mengeluarkan suara itu.
Ilmu itu bukanlah tentang suara, melainkan tentang tubuh, dan jika setelah menguasainya Panah Wangi dapat memburu ke mana pun Harimau Perang pergi, demikian pula diriku dapat menyusuri jejak Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang ke mana pun ia menuju dan seberapa banyak pula ia memecah dirinya. Apakah ia menjadi sepuluh, seratus, atau seribu, di tempat mana pun aku dapat menyusul dan membunuhnya.
Adapun yang tidak mudah adalah menentukan yang manakah di antara kembarannya yang banyak itu adalah Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang sesungguhnya. Jika aku dapat menemukan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang sejati, asli, dan tiada terkembarkan, yang hanya darah dan hanya daging, dan menusuk jantungnya, maka seluruh bayang-bayang lain akan memudar untuk mengikuti dan melebur ke dalam roh Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang sedang melebur pula ke dalam roh dunia ini.
Jika hal ini tidak dapat dilakukan, maka aku harus menghabisi dulu seluruh bayang-bayang yang lain itu, apakah jumlahnya seribu, beribu-ribu, ataukah selaksa dan berlaksa-laksa, semuanya harus dibunuh, habis tuntas tanpa sisa. Apakah ratusan ribu Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itu berkumpul di satu tempat, apakah itu di suatu lapangan di dalam kota, di suatu lembah atau padang luas di luar kota, ataukah tersebar merayapi dan mendaki dinding-dinding jurang yang terjal di mana pun adanya, apakah itu di Shannan, Jiannan, Lingnan, Jiangnan, Huainan, Henan, Hebei, Guannei, sama saja, satu per satu maupun serentak, tetap harus dibunuh.
Jika itu dapat dan telah dilakukan, maka barulah dapat diketahui betapa sisa satu manusia yang berwujud Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itulah yang asli sejati, yang berdarah, berdaging, dan barangkali atau seharusnya berhati, dapat dan semestinyalah bisa dibunuh.
Namun ini semua menjadi mustahil, manakala adalah suatu kenyataan pula betapa setiap kali Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang akan bisa tetap memecah diri, memecah diri, dan memecah diri lagi, menjadi berapa orang pun sesuka hatinya, dan semuanya harus diulang dari awal lagi!
Apakah Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang tidak bisa mati? Tentu bisa, selama aku bisa menemukan aslinya, yang bersama atau tidak bersama-sama, harus tetap dibunuh, tetapi bagaimana cara menemukannya? Jika mengetahui kemungkinan betapa seseorang yang berilmu sama, bahkan barangkali melebihinya, sedang mencari, melacak, dan memburu dirinya, kukira tidak mungkin Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang akan membiarkan dirinya ditemukan dengan mudah.
Mungkinkah memancing Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang seperti memancing Harimau Perang?
Sun Tzu berkata:
jalan tercepat mungkin
bukan yang terpendek.
medan tersulit untuk diatasi
mungkin bukan yang paling merugikan. 1
Aku menemui kembali Perdana Menteri Zheng Yuqing untuk menjalankan siasatku ini. Meskipun baginya serba-serbi dunia persilatan tidak bisa diterima dengan akal, selama Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang pasukannya pernah mengepung dan menderitakan Chang'an berbulan-bulan bisa dilumpuhkan, hidup atau mati, ia menyatakan setuju. (bersambung)
1. Sun Tzu, The Art of War, penafsiran dalam Bahasa Inggris oleh Stephen F. Kaufman (1996), h. 69.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak