#345 Tanggung Jawab Pembunuhan

June 13, 2015   

BEGITULAH Harimau Perang bagaikan tidak lagi bisa berkutik. Ketika kami datang, kami saksikan ia tersandar lemas di pojok tembok, seperti menanti pukulan terakhir. Padahal, seperti dibisikkan seorang padri pengawal Kaum Muhu, belum ada bentrokan terjadi, dan tidak boleh terjadi karena Harimau Perang masih harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setelah itu barulah ia boleh dihukum, yang dalam hal ini tampaknya tiada lain selain hukuman mati.

Ia tampak lemas meskipun belum terjadi bentrokan, sebagai akibat pengejaran dan perburuan berbulan-bulan yang melelahkan dan menyiksa, karena ketepatan pelacakan empat anggota perkumpulan rahasia Kalakuta, yang lebih dari mampu terhindar dari penyesatan dan penjebakan, sehingga Harimau Perang selalu berada dalam kedudukan nyaris terkepung dalam jarak yang amat tipis, dan hanya karena Harimau Perang sangat licin saja masih terus-menerus bisa terhindar dari maut.

Artinya Harimau Perang dari saat ke saat nyaris tidak bisa bernapas, bahkan ibarat kata juga nyaris tidak bisa berkedip, apalagi makan dan minum. Apabila ternyata ini memang berlangsung berbulan-bulan tanpa pernah agak sedikit berjarak sama sekali, memang tidak perlu bentrokan apa pun untuk membuat siapa pun tampak sangat kurang berdaya dalam keterpojokan seperti itu. Sementara penderitaan yang sama tidak terjadi pada pengejarnya, bukan saja karena jumlah empat orang berarti tenaga perburuan juga terbagi empat, tetapi kehidupan dalam dunia kerahasiaan juga berarti keberadaannya dalam pekerjaan rahasia, tiada lebih dan tiada kurang adalah seperti ikan di dalam air.

Apakah Harimau Perang bukan seorang petugas rahasia? Tidak dapat diingkari betapa Harimau Perang memang seorang mata-mata, tetapi dunia kerahasiaan mata-mata yang membermaknai kerahasiaan dalam pengertian luas, sangatlah berbeda dengan dunia kerahasiaan perkumpulan rahasia yang menjalankan tugas-tugas penyusupan. Bukan berarti perbedaan makna kerahasiaannya tidak dapat dirangkap oleh satu orang, tetapi perbedaan itulah yang telah membuat Harimau Perang terdesak karena gelanggang pertarungannya adalah gelanggang pertarungan para penyusup.

Harimau Perang tidaklah asing dengan dunia penyusupan, ilmu silatnya pun tidak diragukan, tetapi orang-orang Kalakuta sedang membalaskan dendam atas kematian mengenaskan teman-temannya, yang tewas bukan oleh suatu pertarungan yang adil, melainkan serangan mendadak dan tidak terduga, justru oleh orang yang sedang mereka kawal dan lindungi. Dalam dunia perkumpulan rahasia, ini setara dengan pengkhianatan, ditambah kemungkinan betapa mereka nyaris teradudombakan denganku, bahkan salah satu kawan mereka tewas ketika mencoba membunuhku yang mereka kira telah membunuh kawan-kawan mereka, seperti yang telah disampaikan Harimau Perang.

"Mengadu domba kami dengan Pendekar Tanpa Nama, yang seperti tidak bisa dibunuh kecuali dewa sendiri yang mencabut nyawanya, serta menguasai Jurus Tanpa Bentuk pula, sama dengan menjerumuskan kami ke dalam jurang kematian. Mengapa dikau melakukannya wahai Harimau Perang? Membunuh demi pembunuhan itu sendiri ataukah membunuh demi suatu tugas tiada terhindarkan seperti yang selalu kami lakukan?

"Persoalannya bukanlah dikau membunuh atau dibunuh, melainkan mengapa dikau membunuh atau dibunuh! Dikau membunuh tanpa suatu kehormatan yang bisa dipertanggungjawabkan. Kecuali dikau dapat menjawab apa yang menjadi tanggunganmu sekarang, maka kami akan mengirim dirimu ke neraka sekarang, sepotong demi sepotong! Jangan mimpi dikau bisa mengelabui kami seperti mengelabui Pendekar Panah Wangi, muncul dan menghilang adalah pekerjaan kami sehari-hari!"

Pertanyaanku sekarang mendapat jawaban. Setiap kali terdesak, terpepet, dan terkepung dalam perburuan berbulan-bulan yang sangat melelahkan dan sangat menyiksa itu, Harimau Perang sudah menghilang dalam letupan dan meninggalkan asap yang segera lenyap tertiup angin, tetapi selalu berhasil diikuti oleh para anggota perkumpulan rahasia Kalakuta itu, yang pada akhirnya bukan hanya mengikuti, melainkan bisa mencegatnya ke mana pun ia menghilang dan menuju, bahkan setelah menghilang terkadang masih dipegang dan ditarik kembali.

Meskipun akhirnya tetap lolos berkat kelicinannya yang luar biasa, dapat kubayangkan kelelahan dan ketersiksaan ketika dikejar dan diburu nyaris tanpa jarak dan tanpa kesempatan mengambil napas sama sekali seperti itu. Setelah berbulan-bulan nyaris tanpa makan, kecuali jika sempat menyambar kue kukus dari keranjang penjaja ketika sedang berkelebat dalam pelarian yang langsung dimasukkan ke dalam mulut maupun kurang tidur, kecuali terlelap sebentar dalam persembunyian sebelum terpergok kembali, sekarang semua itu sudah berakhir.

Orang-orang Kalakuta itu mengangkat senjatanya yang sangat beracun. Mata Harimau Perang terpejam, bukan karena takut, tetapi karena sudah tidak berdaya membukanya lagi. (bersambung)
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 7:38 PM
#345 Tanggung Jawab Pembunuhan 4.5 5 Unknown June 13, 2015 Begitulah Harimau Perang bagaikan tidak lagi bisa berkutik. Ketika kami datang, kami saksikan ia tersandar lemas di pojok tembok, seperti menanti pukulan terakhir BEGITULAH Harimau Perang bagaikan tidak lagi bisa berkutik. Ketika kami datang, kami saksikan ia tersandar lemas di pojok tembok, seperti me...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak