#47 Pelelangan Senjata Mestika Istana

August 18, 2014   

ITUKAH yang menjelaskan kenapa aku harus terus-menerus diburu untuk dibunuh dengan segala cara, sebelum ilmu silat yang kukuasai betul-betul dianggapnya sangat tinggi, sehingga mustahil dikalahkannya pula?

Padahal, dalam perkiraanku, tak dapat kubayangkan sekarang ini siapa yang dapat mengalahkan para naga...

Tentu Sepasang Naga dari Celah Kledung, yang menolak bergabung sebagai naga kesepuluh, telah mewariskan kepadaku Ilmu Pedang Naga Kembar, yang sengaja diciptakan untuk menghadapi ilmu silat tingkat naga, bahkan telah kukuasai pula Jurus Penjerat Naga yang jurusnya sama sekali tak seperti jurus ciptaan Pendekar Satu Jurus itu. Namun dalam kenyataannya itu semua belum pernah diuji untuk menghadapi pendekar tingkat naga yang sebenarnya. Meski sedikit banyak telah menguasai Ilmu Ba­yangan Cermin dan Jurus Tanpa Bentuk, aku tak berani menjamin betapa ilmu silat para naga dapat kuatasi pula. Suatu pepatah di Negeri Atap Langit berbunyi:

kekeliruan setipis rambut
dapat menyesatkan
sampai 1000 li


Aku masih memikirkan hal itu di Penginapan Teratai Emas, ketika tampak olehku Yan Zi dan Elang Merah tiba dari penyelidikan mereka dengan wajah murung.

Kutatap mereka dengan pandangan bertanya-tanya.

"Kami dari Pasar Timur," kata Elang Merah, "kami dengar kabar bahwa istana bermaksud melelang senjata-senjata mestika yang dianggap tidak terlalu penting untuk menghemat biaya."

"Apakah itu diumumkan?"

"Tidak, tapi kami dengar orang-orang membicarakannya."

Yan Zi menggigit bibir. Mengikuti cerita Kaki Angin tentang bagaimana gudang senjata mestika dijaga, aku bisa mengerti jalan pikiran untuk mengabaikan daya keampuhan senjata mestika, dan mempertimbangkannya hanya dari sisi kemangkus-sangkilan pembiayaannya sahaja. Artinya, hanya senjata mestika yang mutlak harus ada sebagai bagian dari kesahihan istana saja yang harus dipertahankan, dirawat, dan dijaga. Sisanya, begitulah katanya, bisa dilelang, dan dapat kutebak bahwa pihak istana ber­harap orang-orang kayalah yang akan membelinya berapa pun harganya. Sungguh cara tepat untuk berhemat sekaligus men­datangkan uang!

Namun benarkah berita ini? Selama ini jaringan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang selalu menyampaikan berita yang penting kami ketahui lebih cepat dan lebih dahulu sebelum tersebar ke mana-mana. Elang Merah bahkan berpikir, cerita tentang pe­lelangan ini mungkin hanya gagasan orang kaya saja, yang meskipun bukan bangsawan tetapi dengan uangnya berusaha membeli apa pun untuk meningkatkan derajatnya. Mendapatkan senjata mestika, yang semula tersimpan di istana, kurasa akan sangat menarik minat mereka.

Pada mulanya adalah gagasan, tetapi kini adalah kabar angin yang bertiup kencang. Apakah Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri termasuk yang akan dilelang? Jika latar belakang pedang itu -- yang tentu semestinyalah merupakan rahasia -- diketahui pula, jelas akan menjadi rebutan dalam pelelangan, dan harganya akan membubung tinggi pula. Kuketahui bahwa dalam hal senjata mestika, riwayatnya akan diuraikan sebelum pelelangan. Apakah kiranya yang disampaikan juru lelang tentang Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu? Mungkinkah seseorang menyebutkan riwayat selengkapnya, bahwa pasangan pedang itu, yakni Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan, kini dipegang perempuan pendekar Yan Zi Si Walet dan disebutkan sebagai anak Yan Guifei - yang ternyata tidak mati saat diberitakan terbunuh karena dicekik - dari pemimpin pemberontakan An Lushan yang selalu disebutkan telah diangkat anak oleh perempuan yang sangat dicintai Maharaja Daizong itu?

Meski aku mempunyai banyak alasan untuk meragukan cerita Angin Mendesau Berwajah Hijau, ketika meminta bantuanku untuk menjaga Yan Zi ketika mengambil kembali pedang itu, tidaklah kuragukan bahwa cerita semacam ini akan cukup menggemparkan. Namun aku juga bertanya-tanya bagaimana caranya pedang itu akan dilelang dan dibeli, jika disebutkan betapa katanya pedang itu sungguh-sungguh berat sekali?

"Kita harus mengambil pedang itu sebelum dilelang," kata Yan Zi dengan wajah tegang.

"Tapi kita belum mendapat hasil penyelidikan tentang tata cara penjagaan," kataku.

"Bunuh saja mereka semua," tukasnya, "jika kita masuk bertiga, tidak ada yang bisa menghalangi kita."

Kalimat seperti ini memang layak datang dari pemegang Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan, yang pantulan cahayanya saja dengan segera menjadi benda padat tertajam di dunia ketika mengenai benda padat lainnya. (bersambung)


Lau, op.cit., h. 31.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 8:29 PM
#47 Pelelangan Senjata Mestika Istana 4.5 5 Unknown August 18, 2014 Meski sedikit banyak telah menguasai Ilmu Ba­yangan Cermin dan Jurus Tanpa Bentuk, aku tak berani menjamin betapa ilmu silat para naga dapat kuatasi pula. Suatu pepatah di Negeri Atap Langit berbunyi: kekeliruan setipis rambut dapat menyesatkan sampai 1000 li ITUKAH yang menjelaskan kenapa aku harus terus-menerus diburu untuk dibunuh dengan segala cara, sebelum ilmu silat yang kukuasai betul-betul...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak