#52 Bahasa Mata Para Pendekar

August 23, 2014   

BENARKAH Yan Zi menolak dukungan jaringan mata-mata Kerajaan Tibet hanya karena menganggap negeri itu musuh abadi Negeri Atap Langit? Mengingat sepanjang hidupnya ia dibesarkan dengan pemahaman bahwa Wangsa Tang yang memerintah Negeri Atap Langit adalah musuhnya, anggapan itu sangat kuragukan. Jadi Yan Zi mengetahui sesuatu yang tidak kuketahui, tetapi mengapa ia tidak bisa memberitahukannya kepadaku secara terbuka, ketika hubungan kami bertiga telah merupakan senyawa yang tak dapat dipisahkan apa pun juga? Yan Zi dan Elang Merah selalu tidur sekamar, seranjang, dan dapat dikatakan nyaris selalu saling bersentuhan, apakah kiranya yang masih mungkin menimbulkan kecurigaan?

Akan halnya Elang Merah, tawarannya sungguh begitu wajar, sangat amat wajar, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih wajar, dengan catatan bahwa kami sungguh-sungguh mempercayai betapa memang tidak ada kepentingan apa pun pada dirinya selain membantu pengambilan bagian kiri dari pasangan Pedang Mata Cahaya - dan kepada seorang perempuan pendekar yang telah bersumpah setia mengikuti ke mana pun langkahku pergi karena berutang jiwa, mengapa pula aku harus tidak percaya? Meskipun Kotaraja Chang'an ini sangatlah amat menarik untuk ditinggali pula, aku tidak ingin berada di sini selamanya karena tak pernah berhasil mengambil Pedang Mata Cahaya.

Jika Harimau Perang ternyata tidak ada di kota ini, atau telah berangkat pergi tanpa kejelasan yang dapat kuketahui, aku tahu betapa sulit memburu jejaknya lagi.

Akhirnya aku bisa mengambil napas dalam - dalam, menatap Yan Zi, sekalian saja mempertanyakannya.

"Mengapa tidak jika itu bisa membantu kita? Mengapa dikau keberatan Yan Zi?"

Untuk sekilas kulihat cahaya tatapan yang tak bisa kuterjemahkan maknanya, sebelum Yan Zi menjawab cepat.

"Keberatan? Siapa yang mengatakan keberatan? Mengapa tidak, Meimei?"

Meimei adalah panggilan untuk adik perempuan dari xiaomei yang berarti "adik kecil". Kudengar memang begitulah sekarang Yan Zi menyebut Elang Merah. Aku tidak ingin memikirkan lebih jauh makna kedekatan mereka selain sebagai saudara saja.

"Tentu, mengapa tidak, Zizi?"

Zizi ini hanya bunyi tanpa arti dari permainan nama Yan Zi, tetapi bagi Yan Zi tampaknya bermakna besar sekali. Meimei dan Zizi, hmm, rasanya aku tidak menjadi bagian dari mereka jika keduanya sudah saling memanggil seperti itu.

Saat itu aku belum tahu betapa cahaya tatapan Yan Zi yang sekilas tadi sesungguhnyalah tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Betapapun tak dapat kutolak diriku untuk berpikir keras. Yan Zi tahu bahkan melalui tatapannya apa yang ingin disampaikannya dapat diketahui oleh diriku maupun Elang Merah.

Aku terkesiap. Ini bukan soal apakah jaringan mata-mata itu bekerja untuk Kerajaan Tibet. Yan Zi hanya tidak ingin didengar!

Aku mengangguk kepadanya tanda mengerti, lantas kutatap Elang Merah, yang segera pula mengerti. Namun siapakah yang mendengarkan kami?

Yan Zi pun memberitahu dengan caranya sendiri.

"Meimei, tentu mudah meminta bantuan jaringan tapi bagaimana dengan kesepakatan bersama Yang Mulia Paduka Bayang-bayang? Bukankah dikatakan adalah mereka yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelidikan dan pencarian keterangan?"

Ah, memang begitu! Namun karena tiada seorang pun kuyakini menguping perbincangan kami, dan tidak akan mungkin ter­jadi tanpa kami pergoki, aku segera teringat Yang Mulia Paduka Bayang-bayang itu sendiri. Bukankah kami telah berbicara dengannya tanpa kami ketahui ia berada di mana, sementara ia mendengar segala perkataan kami pula? Kuingat ia berbicara dengan Ilmu Pemisah Suara, artinya bisa berada di tempat yang jauh sambil tetap mendengar, dan karena itu dapat berbicara dengan kami di dalam gua; dan juga dengan Ilmu Pemecah Suara, sehingga ketika suaranya dapat terdengar di mana-mana, dapat diandaikan ia mendengar pula segala suara.

Itukah yang membuat Yan Zi mengajak bicara melalui tatapan mata dan hanya tatapan mata? Kukira aku tidak akan terlalu keliru memperkirakan itu, tetapi belum merupakan jawaban atas kilasan cahaya mata Yan Zi yang tak dapat kuterjemahkan tersebut.

Elang Merah belum juga menjawab. Ia menuang teh dari teko ke cangkir kecil yang digenggamnya, dan menghirupnya perlahan-lahan. (bersambung)
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 11:19 PM
#52 Bahasa Mata Para Pendekar 4.5 5 Unknown August 23, 2014 BENARKAH Yan Zi menolak dukungan jaringan mata-mata Kerajaan Tibet hanya karena menganggap negeri itu musuh abadi Negeri Atap Langit? Mengingat sepanjang hidupnya ia dibesarkan dengan pemahaman bahwa Wangsa Tang yang memerintah Negeri Atap Langit adalah musuhnya, anggapan itu sangat kuragukan BENARKAH Yan Zi menolak dukungan jaringan mata-mata Kerajaan Tibet hanya karena menganggap negeri itu musuh abadi Negeri Atap Langit? Mengin...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak