#54 Berita dari Mata-Mata Tibet

August 25, 2014   

Dengan kemampuan yang dimiliki Ilmu Pemisah Suara maupun Ilmu Pemecah Suara untuk bercakap-cakap dari tempat yang jauh, tentu itu berarti Yang Mulia Paduka Bayang-bayang dapat mendengar percakapan siapa pun dari tempat yang jauh pula, sehingga harus diatasi dengan ilmu seperti Ilmu Bisikan Sukma. Adapun dengan Ilmu Bisikan Sukma, kami dapat bercakap-cakap tanpa diketahui siapa pun yang tidak kami inginkan mengetahuinya meskipun memiliki ilmu yang sama, karena ilmu ini memungkinkan kami menguncinya untuk hanya didengar kami bertiga.

Demikianlah setiap kali memasuki sebuah lorong, Elang Merah tanpa menarik perhatian bersiul-siul seperti sekadar bersenandung, padahal siulan itu adalah bahasa sandi yang akan ditanggapi. Setelah menyelusuri lorong-lorong di bagian barat, yang memang diutamakannya karena penuh dengan gelandangan maupun pengembara yang tinggal di kotaraja untuk sementara, siulan itu bersahut di Pasar Barat, tempat terdapat lajur-lajur penjualan alat-alat pertukangan dan perkebunan, pakaian jadi, tali kekang, pelana, anak timbangan, alat-alat pengukur, kain tenunan, barang-barang dari Parsi, kios anggur, dan kedai-kedai. Di antara para penjaja yang menawarkan minuman, nasi, jagung, dan tempat penitipan barang berharga, terdengar siulan sambutannya. Elang Merah melihat sekeliling dan hanya terlihat para pejabat pemerintah yang menjadi pengawas pasar di tempat kerja mereka sedang memperhatikannya 1. Kami terkesiap, tapi segera memahami betapa mereka hanya terpaku kepada wajah Elang Merah yang cantik.

"Orang cantik mau ke mana?"

Bahkan mereka mau mengganggu pula. Namun Yan Zi dengan tingkahnya yang sengaja dibuat kekanak-kanakan segera berdiri di depan Elang Merah sambil berkacak pinggang.

"Jangan ganggu kakakku ya! Dia sudah ada yang punya!"

Para pejabat pasar itu tertawa melihat tingkah Yan Zi.

"Nah, kalau kamu, sudah ada yang punya belum adik manis? Huahahahaha!"

Yan Zi memang berwajah jauh lebih muda dari umurnya, bahkan sebetulnya juga lebih tua dari Elang Merah, tetapi penampilannya meyakinkan.

"Ayo Kak kita pergi, jangan lama-lama di sini," katanya lagi dengan tingkah yang sungguh kekanak-kanakan.

Kami berlalu di antara kerumunan untuk menghindari perkara.

"Ikuti daku," kata Elang Merah dengan Ilmu Bisikan Sukma lagi.

Elang Merah telah menemukan orang yang menanggapi siulannya dengan siulan sandi pula, dan sekarang menggamit kami untuk mengikutinya. Lelaki yang bajunya lusuh seperti pengembara miskin itu muncul dari kolam di sisi barat laut dan menuju ke arah gedung wali kota di samping pasar, sehingga berendeng dengan kami.Ia segera bertukar kata dalam bahasa Tibet dengan Elang Merah.

"Elang Merah terlalu lama tak berkabar, apa yang diperlukannya sekarang?"

Namun Elang Merah segera menggunakan bahasa rahasia yang tidak dapat kumengerti. Yan Zi memandangku dengan kilasan cahaya tanya, tetapi aku menyatakan lewat pandanganku bahwa seharusnyalah kami tetap mempercayai Elang Merah.

Perbincangan mereka lekas selesai dan tanpa seorang pun tahu telah terjadi percakapan penting di tengah keramaian pasar, kami pun berpisah arah. Orang itu berbalik menuju ke arah pohon xiong, yang kemudian akan kuketahui bahwa di bawahnya sering dilakukan pelaksanaan hukuman mati 2.

"Peta menuju ke tempat persembunyian para penderita kusta itu akan diberikan besok saat ada hukuman mati," katanya, "Besok ada orang dihukum cekik, kita akan menyaksikannya dan menerima petunjuk itu. Di tempat para penderita kusta itulah seorang mata-mata Kerajaan Tibet menyimpan peta seluk beluk Istana Daming."

"Cara-cara penjagaannya?"

"Itu kita tanya besok," kata Elang Merah lagi dalam lirikan Yan Zi.

Namun pikiranku terpaku pada hukuman cekik. Kenapa orang dihukum cekik? Sebetulnya di kotaraja, di dekat Pasar Barat itu hukuman pancung sering dilakukan, karena dalam kepercayaan orang-orang di Negeri Atap Langit, logam atau dalam hal ini golok sang algojo, dianggap mengandung unsur barat. Meski begitu, seperti juga hukuman pancung ternyata juga bisa dilakukan di tempat-tempat lain seperti Pasar Timur, halaman-halaman istana, lapangan bola, dan peristirahatan di jalan pos, hukuman yang bukan pancung pun bisa dilakukan di Pasar Barat seperti hukuman cekik tersebut.

Berbahaya atau tidak berbahaya untuk negara Wangsa Tang rupanya ingin memberi kesan bahwa kekuasaannya sungguh kokoh, karena ujaran Sun Tzu ini diketahui oleh khalayak Chang'an:

Seseorang bertahan ketika
kekuatannya tidak cukup.
Seseorang menyerang ketika
kekuatannya berlebihan. 3


(bersambung)


1 Data pasar ini penjelasan peta Chang'an dalam Benn, ibid., h. xv-xvi.

2 Ibid., h. xvi.

3 Martina Sprague, Lessons in The Art of War: Martial Strategies for the Successful Fighter (2011), h. 126.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 5:01 PM
#54 Berita dari Mata-Mata Tibet 4.5 5 Unknown August 25, 2014 Dengan kemampuan yang dimiliki Ilmu Pemisah Suara maupun Ilmu Pemecah Suara untuk bercakap-cakap dari tempat yang jauh, tentu itu berarti Yang Mulia Paduka Bayang-bayang dapat mendengar percakapan siapa pun dari tempat yang jauh pula, sehingga harus diatasi dengan ilmu seperti Ilmu Bisikan Sukma. Dengan kemampuan yang dimiliki Ilmu Pemisah Suara maupun Ilmu Pemecah Suara untuk bercakap-cakap dari tempat yang jauh, tentu itu berarti Ya...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak