#56 Terhukum yang Mengaku Tidak Bersalah

August 27, 2014   

SUASANA menjadi sangat kacau ketika kemudian banyak orang berdatangan dari Pasar Barat karena mendengar keributan itu. Terdengar teriakan orang terinjak, anak kecil menangis, dan perempuan menjerit. Sebagian orang terdesak dan terlempar ke kolam.

"Bakar!"

Suatu bagian pasar lantas menyala, kepanikan menjadi-jadi, tetapi aku tetap waspada ketika di tengah kekacauan itu sejumlah orang berlompatan menuju ke arah kereta tahanan, seperti akan membebaskan orang yang seharusnya dihukum cekik itu.

"Cepat! Lepaskan aku!" Orang hukuman itu berteriak-teriak pula.

Apa yang harus kami lakukan?

"Tenang! Tenang!"

Kudengar Elang Merah melalui Ilmu Bisikan Sukma.

"Jangan terlibat apa pun, kita masih menunggu!"

Ya, kami masih menunggu mata-mata Tibet itu, yang akan memberikan peta jalan menuju ke tempat persembunyian orang-orang berpenyakit kusta di Chang'an. Baru jika kami menemukan tempat itu, dan menemukan pula mata-mata Tibet di antara orang berpenyakit kusta. Apakah ia hanya bersembunyi di sana ataukah memang berpenyakit kusta, belumlah jelas bagiku.

Kulihat seseorang berdiri di atas kereta tahanan dengan tangan terayun ke belakang siap membelah papan sebelah atas dengan kapak, sementara teman-temannya yang lain berdiri melingkar dan membelakanginya, seperti menjaga agar tiada seorang pun akan dapat menggagalkan rencana kawan mereka.

Maka kapak itu pun terayun. Ternyata hanya untuk terpental!

"Siapakah orangnya yang begitu nekad membebaskan orang hukuman yang telah diputuskan mati oleh pengadilan kerajaan?"

Orang yang telah kehilangan kapaknya itu hanya bisa terbelalak ketika suatu bayangan berkelebat tanpa bisa dihindarinya! Ia melayang jatuh dengan dada terbelah dan menyemburkan darah.

"Pengawal Burung Emas..."

Kudengar di celah kekacauan orang-orang berdesis.

Anggota Pengawal Burung Emas yang sudah berada di atas kereta tahanan itu merendahkan tubuh sembari berputar menyabetkan pedangnya, maka enam orang yang belum sempat menoleh ke belakang itu pun tewas seketika, masih berdiri, dan tanpa kepala!

Enam orang lagi melayang ke arah Pengawal Burung Emas sembari mengayunkan golok dan kelewang mereka, tetapi bahkan ketika masih berada di udara pada masing-masing dada mereka segera tertancap pisau terbang yang membuat nyawa mereka melayang seketika...

Hampir bersamaan tubuh-tubuh mereka ambruk mengelilingi kereta tahanan.

Huru-hara itu pun segera terhenti ketika kemudian hamba hukum yang gagah perkasa itu berteriak sambil masih berdiri di atas kereta tahanan, mengangkangi kepala orang hukuman itu.

"Berhenti kalian!"

Suaranya menggelegar. Tubuhnya tinggi besar. Ia seperti dapat menguasai wilayah itu hanya dengan pandangan matanya. Mungkin ia bukan hanya anggota Pengawal Burung Emas. Mungkin ia seorang kepala regu. Bahkan mungkin saja Panglima Barisan Pengawal Burung Emas itu sendiri. Suasana mendadak sepi.

Dengan ujung pedangnya ia mengangkat dagu orang hukuman itu.

"Dikau dibawa kemari untuk menjalani hukuman mati," katanya, "Tahukah dikau? Dikau dihukum cekik sampai mati dengan tali yang dipuntir karena setelah diadili dikau dinyatakan bersalah dan diputuskan untuk dihukum mati?"

Orang hukuman itu pun menjawab.

"Tapi aku tidak bersalah, aku telah difitnah!"

Saat itulah kudengar Elang Merah lewat Ilmu Bisikan Sukma.

"Mari kita pergi dari sini," katanya, yang tentu didengar pula oleh Yan Zi.

Semula kuharap aku bisa mengikuti akhir kisah sang orang hukuman, tetapi Elang Merah yang seperti selalu mengetahui apa yang kupikirkan telah memberikan jawaban.

"Orang itu tetap akan mendapatkan hukumannya, apakah Pendekar Tanpa Nama mau menyaksikannya?"

Kukira tidak. Aku pun berkelebat.

***

Senja yang turun di Chang'an menyalakan lampion-lampion di sepanjang jalan Kotaraja Chang'an. Pesta raya di antara begitu banyak pesta di jalanan yang nyaris tak pernah putus di Chang'an, tidak lagi bisa tampak meriah bagiku yang teringat nasib orang hukuman itu tadi siang. Yan Zi dan Elang Merah yang seperti mengerti betapa terganggunya perasaanku sengaja tidak berkata sepatah kata. Namun mereka tetap berada di dekatku. Mereka berjalan di depanku, saling berpelukan dan bercanda.

Segala keceriaan dan keramaian hanyalah kekosongan bagiku. Hanya saja sesekali Elang Merah menoleh ke belakang seperti memeriksa keadaanku. Saat itu aku sungguh tak tahu, betapa tak banyak lagi waktunya bersamaku... (bersambung)
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 5:02 PM
#56 Terhukum yang Mengaku Tidak Bersalah 4.5 5 Unknown August 27, 2014 SUASANA menjadi sangat kacau ketika kemudian banyak orang berdatangan dari Pasar Barat karena mendengar keributan itu. Terdengar teriakan orang terinjak, anak kecil menangis, dan perempuan menjerit. Sebagian orang terdesak dan terlempar ke kolam. SUASANA menjadi sangat kacau ketika kemudian banyak orang berdatangan dari Pasar Barat karena mendengar keributan itu. Terdengar teriakan or...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak