#57 11: Duka Mengguyur Tubuh dan Jiwa

August 28, 2014   

ORANG - orang berpenyakit kusta itu memang menyembunyikan dirinya di sebuah petak yang padat di sisi timur Chang'an, agak ke selatan, tepat di balik tembok kota, tempat terdapatnya kuil Buddha dan Vihara Dao yang berdampingan menghadap ke utara. Di tempat inilah pernah terjadi pembunuh Kepala Menteri Wu bersembunyi di balik semak-semak bambu setelah melakukannya. Namun keramaian tempat ini berlangsung terutama karena banyaknya orang yang mendatangi dan berkerumun di rumah seorang peramal yang mampu membaca wajah. Demikianlah, berdasarkan wajahnya, seseorang dapat diramalkan peruntungan masa depannya. Sementara kuil Buddha itu sendiri juga penuh dengan manusia karena menyediakan panggung hiburan. 1

Di antara kerumunan kudengar tiupan kangling, bunyi-bunyian pengusir roh jahat yang terbuat dari tulang paha manusia 2. Sepintas lalu tersamar seperti bagian upacara di kuil itu, tetapi sebenarnya merupakan penanda bagi arah yang harus kami ikuti untuk menemukan jalan rahasia menuju persembunyian orang-orang berpenyakit kusta. Petunjuk itu tidak membuatnya lebih mudah karena bunyi kangling bagi kami adalah bunyi penyamaran yang sepintas lalu masih terdengar seperti yang biasanya berbunyi dalam upacara keagamaan. Untuk ini tentu hanya Elang Merah yang bisa diandalkan. Ia melangkah cepat di antara orang-orang yang berkerumun di depan rumah tukang ramal. Jadi, Elang Merah memang tidak mendapatkan peta dari mata-mata Tibet itu melainkan hanya sebuah petunjuk, dan semoga saja bukan sebuah petunjuk yang keliru!

''Awas!'' Yan Zi berteriak memperingatkan dan kulihat Elang Merah dengan sebat menghindari tusukan gelap dari belakang. Penyerang gelap itu berbusana bhiksu! Melihat pisau yang melengkung, untuk sekilas aku teringat pengalamanku di Kuil Pengabdian Sejati, bahwa para pembunuh juga mengenakan jubah bhiksu dan bahwa pisau mereka juga melengkung, meski aku tak yakin bahwa ia berasal dari perkumpulan rahasia Kalapasa.

Di tengah keramaian, peristiwa itu tidak terlihat oleh mata orang awam. Elang Merah berhasil menotok jatuh pisau itu, yang sebelum jatuh ke tanah ditendangnya kembali ke atas untuk ditangkapnya sendiri dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya bergerak menotok aliran jalan darah di berbagai bagian tubuh. Namun, kecuali bahwa pisau melengkung yang seperti sengaja dibuat untuk menarik keluar seluruh isi perut itu berhasil ditangkapnya, segenap totokannya ternyata berhasil ditangkis dengan sempurna!

Hanya karena Yan Zi segera mengirim serangan totokan dari jarak jauh sajalah, maka bhiksu yang belum dapat diketahui asli atau gadungan itu roboh ke tanah seperti karung melesak dan segera menimbulkan kegemparan.

"Tinggalkan! Tinggalkan!"

Yan Zi kali ini bicara dengan Ilmu Bisikan Sukma, tentu agar aku juga bisa mendengarnya. Elang Merah sendiri sudah berkelebat menghilang.

"Ke belakang Vihara Dao itu!"

Agaknya memang dari sanalah suara kangling itu berasal. Dalam sekejap kami bertiga sudah berada di sana, bahkan sudah ada yang menunggu! Sebetulnya kangling memang digunakan untuk upacara Buddha, dan justru karena tak seharusnya terdengar dari Vihara Dao, maka tidak anehlah jika suara tiupan kangling yang ini merupakan penanda bagi Elang Merah. Namun Elang Merah memasuki kuil dengan pedang terhunus karena belumlah dapat diketahuinya sekarang betapa dirinya akan disambut oleh kawan atau lawan.

"Masuklah," katanya pula melalui Ilmu Bisikan Sukma, yang menandakan bahwa keadaan di dalam memang aman.

Sembari menuju ke arah Vihara Dao, kulihat orang-orang membawa pembunuh berjubah bhiksu yang sudah lumpuh itu ke kuil Buddha. Jika memang ia bhiksu gadungan, jelas di sanalah nanti nasibnya akan ditentukan. Bahkan aku percaya nasibnya itu dapat saja sudah tertentukan sebelum tiba di pengadilan kerajaan, yang jika terjadi pun besar kemungkinan akan memberinya hukuman cekik dengan puntiran tali sampai dirinya mengalami kematian.

Di dalam Vihara Dao, karena cahaya yang terang benderang di luar, aku mendadak ditelan kegelapan, sehingga dengan sengaja aku memejamkan mata tetapi memasang Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang. Dari sanalah aku tahu di luar vihara ternyata kami sudah dikepung banyak orang!

"Meimei! Awas!" Yan Zi terdengar berteriak.

Sebilah pisau terbang berkelebat dari luar menembus kegelapan langsung menuju punggung Elang Merah! (bersambung)


1 Data terdapat dalam penjelasan diagram "Tang Changan" No. 67 dalam Benn, op.cit., h. xviii.

2 Eva Rudy Jansen, The Book of Buddhas: Ritual Symbolism used on Buddhist Statuary and Ritual Objects (2002), h. 22.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 3:13 PM
#57 11: Duka Mengguyur Tubuh dan Jiwa 4.5 5 Unknown August 28, 2014 ORANG - orang berpenyakit kusta itu memang menyembunyikan dirinya di sebuah petak yang padat di sisi timur Chang'an, agak ke selatan, tepat di balik tembok kota, tempat terdapatnya kuil Buddha dan Vihara Dao yang berdampingan menghadap ke utara. ORANG - orang berpenyakit kusta itu memang menyembunyikan dirinya di sebuah petak yang padat di sisi timur Chang'an, agak ke selatan, te...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak