#58 Para Pembunuh yang Sakit Kusta

August 29, 2014   

NAMUN Elang Merah sangat sebat, ia menangkap pisau terbang itu dengan giginya, lantas dengan sekali sentakan kepalanya pisau itu pun meluncur kembali ke arah pemiliknya!

"Ugh!"

Pisau menancap tepat pada jantung seorang pelempar pisau terbang yang dengan ilmu meringankan tubuh bertengger di atas pohon bambu. Matanya pasti tajam sekali sehingga dapat menembus kegelapan dari tempat yang terang, tetapi kini tubuhnya terkulai layu, merosot dan tertahan karena terjepit batang-batang pohon bambu yang tumbuh subur dan menyemak di luar vihara. Di bawahnya Yan Zi bergerak cepat membantai para pengepung dengan Ilmu Pedang Mata Cahaya yang memang diciptakan baginya. Tubuh Yan Zi langsung menghilang tetapi pantulan cahaya dari Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan yang dipegangnya menyambar dengan terarah bagaikan benda padat, sehingga tubuh para pengepung itu berpentalan dengan tubuh terkoyak memuncratkan darah, bagaikan disayat pedang yang tajam, begitu tajam, bagaikan tiada lagi yang lebih tajam...

"Biar kuatasi yang di luar, kalian selesaikan saja urusan di dalam," ujar Yan Zi melalui Ilmu Bisikan Sukma yang terkunci hanya untuk kami bertiga.

Kulihat sepintas orang-orang berbaju ringkas sudah bergelimpangan dengan berbagai senjata yang terserak di sana-sini, sementara orang-orang yang berkerumun di depan rumah peramal itu hanya menatap dari kejauhan dan tidak berani mendekat. Di antara orang-orang yang bergelimpangan itu ada juga yang masih mengerang-erang dan meregang nyawa. Betapapun belum semua pengepung itu kehidupannya telah dituntaskan. Yan Zi masih menghadapi setidaknya lima bayangan berkelebat yang tentunya berilmu lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang telah bergelimpangan, terkapar maupun tengkurap di atas tanah yang kini debunya bertebaran dihembus angin.

Aku tahu betapa Pengawal Burung Emas akan segera datang dan karena itu kami memang harus menyelesaikan urusan. Dalam kegelapan kulihat sebuah ruang tempat orang-orang berpenyakit kusta itu dikumpulkan. Ada yang tergolek seperti sudah mati, ada yang berbaring, ada yang bersimpuh, ada yang bersandar pada dinding tak bergerak, tetapi kali ini semua mata mereka me­noleh ke arah kami. Terhadap segala mata manusia yang menatap kita, dalam terang apalagi dalam gelap, bagaimanakah caranya kita mengetahui seseorang akan atau tidak akan berbuat jahat?

Elang Merah menatap mereka satu per satu. Siapa di antara mereka yang tadi meniup kangling?

"Elang Merah..."

Terdengar suara yang lemah dari sebuah sudut. Dengan Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang kuketahui bahwa tempatnya berada di sudut yang paling jauh.

"Kemarilah, peta itu ada padaku..."

Elang Merah seperti mau melangkah, tetapi aku menggamitnya, karena dengan Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang kudengar tangan-tangan bergerak menggenggam gagang pisau belati. Jika ia masuk ke dalam ruangan sampai ke tempat suara itu berasal dan tangan-tangan bergerak merajamnya maka ia akan tewas terajam. Dengan Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang pula dapat kuketahui betapa jari-jari tangan yang menggenggam gagang pisau itu banyak yang tidak utuh lagi...

Di antara orang-orang berpenyakit kusta terdapat suatu perkumpulan rahasia yang kini siap menjebak Elang Merah, yang mengira bahwa ia sedang berhubungan dengan jaringan mata-mata Tibet, tetapi yang kini mengancam keselamatannya dalam kegelapan ruang.

"Jangan ke sana," kataku dengan Ilmu Bisikan Sukma, "ini jebakan."

Namun Elang Merah tetap melangkah.

"Jangan khawatir," katanya, yang dalam Ilmu Bisikan Sukma hanya akan terdengar oleh diriku dan Yan Zi yang sedang bertarung di luar sana, "daku sudah mengetahuinya."

Elang Merah kemudian tidak sekadar melangkah, melainkan mencabut pedangnya dan dalam kegelapan itu melesat.

Di sudut tergelap dari yang gelap itu, terlihat letik api dari perbenturan logam yang segera disusul lenguh tertahan tubuh-tubuh yang terbelah pedang.

"Siapa dia yang mengira begitu mudah memperdayai Elang Merah?" teriaknya lantang.

Dalam kegelapan, dapat kuketahui betapa dalam sekejap telah dibantainya tak kurang dari sepuluh penggenggam pisau di balik jubah penderita kusta itu, yang jika diturutinya saja panggilan tadi, semua akan menerkam dan merajamnya dari belakang. (bersambung)
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 2:07 PM
#58 Para Pembunuh yang Sakit Kusta 4.5 5 Unknown August 29, 2014 Di antara orang-orang berpenyakit kusta terdapat suatu perkumpulan rahasia yang kini siap menjebak Elang Merah, yang mengira bahwa ia sedang berhubungan dengan jaringan mata-mata Tibet, tetapi yang kini mengancam keselamatannya dalam kegelapan ruang. NAMUN Elang Merah sangat sebat, ia menangkap pisau terbang itu dengan giginya, lantas dengan sekali sentakan kepalanya pisau itu pun meluncu...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak