#62 12: Tuan Li dan Puan Giok

September 2, 2014   

SEBULAN telah berlalu setelah kepergian Elang Merah. Kami masih berada di Chang'an, kota raya yang selalu meriah, tetapi yang tidak memberikan kegembiraan sama sekali kepada kami. Pelelangan senjata mestika istana telah dilakukan, dan seperti yang telah kuduga, yang dilelang ternyata senjata-senjata yang tidak terkenal dan tidak terlalu penting. Kami meng ikuti pelelangan yang berlangsung di lapangan sepak bola di sisi timur Istana Daming. Tentu kami tidak dapat ber lagak menjadi salah satu calon pembeli karena kami tidak bermaksud menun jukkan diri memiliki pundi-pundi uang emas sebagai syarat melewati gerbang, supaya pantas mengikuti pelelangan. Kami mengikutinya dari atas genting Istana Daming. Dengan ilmu bunglon kami menjadi sewarna dengan genting, dan dengan cara itu kami lolos dari ke tajaman mata para pengawal istana maupun Pengawal Burung Emas yang berada di mana-mana.

Segera dapat kami ketahui bahwa Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri tidak berada di sana. Jadi kami masih tetap harus mencurinya dari gudang penyimpanan senjata mestika di dalam istana, sedangkan peta rahasia menuju gudang tersebut maupun rahasia cara-cara penjagaan dan pengawalannya belum kami dapatkan.

Hati kami masih terasa hancur sepeninggal Elang Merah, tetapi kami tidak boleh membiarkan diri kami larut meskipun duka itu masih saja tertanam sangat dalam. Kami tetap bekerja, menyelidik dan mencari keterangan, serta masih bekerja sama dengan jaringan Yang Mulia Paduka Bayangbayang melalui penghubungnya yang bernama Kaki Angin.

Sementara itu aku berusaha mengurai keruwetan yang berakhir dengan tewasnya Elang Merah.

Setidaknya terdapat lima jaringan mata-mata yang terlihat dan terlibat disini. Jaringan mata-mata Yang Mulia Paduka Bayang-bayang, jaringan mata-mata Kerajaan Tibet, jaringan mata-mata Khaganat Uighur, jaringan mata-mata Golongan Murni, dan jaringan mata-mata Negeri Atap Langit sendiri. Adapun yang membuatnya ruwet adalah penggunaan berbagai macam perkumpulan rahasia yang bukan tak mungkin bertumpang tindih untuk mengintai, membuntuti, mencuri, dan juga membunuh secara gelap, sehingga tak mungkin dilacak.

Perkumpulan rahasia itu sendiri di samping permainan kerahasiaannya yang bisa begitu ketat, justru dalam ke longgarannya bisa sangat membingungkan siapa pun yang berusaha melacak jejaknya. Misalnya suatu perkumpulan rahasia membayar seorang pedagang keliling untuk mengawasi sebuah rumah, mengamati siapa saja yang keluar masuk, apa saja pe rilaku yang tak biasa dan lain sebagainya, maka pedagang keliling ini sebagai penjual jasa bisa berhubungan dengan siapa pun yang bersedia membayar harga yang diajukannya. Melacak kem bali jejak pedagang keliling tersebut, jelaslah bahwa siapa yang telah mem bayarnya untuk suatu tugas tertentu tidak mudah dipastikan. Apa lagi jika dengan suatu cara sengaja dibuatnya mem bingungkan. Lebih membingung kan lagi jika seperti pe dagang yang cu rang dijualnya pengetahuan-rahasia yang sama kepada beberapa pihak sekaligus tanpa ma sing-masing mengetahuinya!

Jaringan mata-mata berbagai negara, berbagai perkumpulan rahasia yang banyak ragamnya, dan terdapatnya para penjual jasa pengintaian, pencurian, dan pembunuhan yang bergerak sendiri tanpa ikatan, membuat suatu rahasia yang sengaja diumpankan untuk menyesatkan akan dengan mudah menyebabkan kekacauan. Bentuk kekacauan yang nyata adalah rahasia umum yang sebetulnya tidak pernah ada, tetapi dipercaya sebagai kenyataan berharga, hanya karena siapa pun dari pihak mana pun mengira betapa hanyalah dirinya yang mengetahui terdapatnya suatu rahasia.

Tentu aku percaya bahwa rahasia yang tetap tinggal sebagai rahasia selamanya, yang tidak akan pernah terbuka, sebetulnya memang ada. Namun kuketahui pula betapa sangat tidak mudah mengetahui rahasia yang ber hasil dibongkar dan terbuka atau rahasia yang sengaja dibiarkan dapat terbongkar demi penyesatan belaka.

Demikianlah kuingat-ingat kembali berbagai peristiwa semenjak kami memasuki Chang'an, yang kiranya menunjukkan bahwa ternyata kami sudah dikenali. Bahwa jaringan matamata Yang Mulia Paduka Bayang-bayang mengenali kami, bahkan seperti mengawal perjalanan kami jauh sebelum memasuki Chang'an, tentu memang sudah seharusnya karena kami memang sudah bekerja sama dengan mereka. Namun ketika pengurus Penginapan Teratai Emas mengira aman saja menyebut nama-nama kami secara terbuka dalam penyambutannya, waktu itu aku sudah berpikir apakah dia tidak terlalu gegabah. (bersambung)
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 10:27 PM
#62 12: Tuan Li dan Puan Giok 4.5 5 Unknown September 2, 2014 SEBULAN telah berlalu setelah kepergian Elang Merah. Kami masih berada di Chang'an, kota raya yang selalu meriah, tetapi yang tidak memberikan kegembiraan sama sekali kepada kami. Pelelangan senjata mestika istana telah dilakukan, dan seperti yang telah kuduga, yang dilelang ternyata senjata-senjata yang tidak terkenal dan tidak terlalu penting. SEBULAN telah berlalu setelah kepergian Elang Merah. Kami masih berada di Chang'an, kota raya yang selalu meriah, tetapi yang tidak memb...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak