#63 Jaringan di Dalam Jaringan

September 3, 2014   

AKU mencoba mengingat keadaan sekitar kami waktu itu. Seingatku tidak ada seorang pun yang melihat dan memperhatikan kami karena tamu-tamu asyik dengan arak beras, bunyi-bunyian, dan perempuan-wanita penghibur di pangkuannya sambil tertawa-tawa. Satu-satunya yang menatap kami seingatku cukup mabuk, menyanyi-nyanyikan puisi Li Bai. Jika semua yang kusebut berada di ruang terbuka di lantai bawah, dan cukup jauh jaraknya dari teras lantai atas tempat kami bisa memandang ke bawah, maka yang berada di hadapan kami itu muncul dari balik tirai sebuah kamar di lantai atas.

Sekarang aku berpikir, apakah dia memang mabuk atau hanya berpura-pura mabuk? Aku tidak boleh mengabaikan orang mabuk. Apalagi orang mabuk yang hapal di luar kepala puisi-puisi Li Bai! Sementara itu, apa jaminannya bahwa orang-orang yang sepertinya tenggelam dalam kegembiraan dan kemabukan di lantai bawah, dengan segenap bunyi-bunyian yang tetap terpetik serta tertiup sempurna dalam kehingarbingarannya, sebetulnya tidak berpura-pura saja dan mengawasi kami melalui pendengarannya?

Segalanya lantas kucurigai, dan segala sesuatu yang tampaknya tak penting kini muncul kembali. Misalnya sekarang kuingat bahwa ternyata salah satu wanita penghibur yang menyanyi sembari dipangku dan menghadap ke arah kami itu menatap kepadaku dengan tajam!

Di tempat hiburan seperti yang terdapat di Penginapan Teratai Emas itu, pandangan tajam seorang wanita penghibur kepada seorang lelaki bukanlah sesuatu yang harus terlalu diperhitungkan. Itulah yang membuatku sama sekali tidak mempertimbangkannya sebagai sesuatu yang dapat bahkan patut dicurigai. Namun kini aku teringat kembali pandangan itu, pandangan yang mengamati dan mengawasi!

Mungkinkah pandangan itu berhubungan dengan serangan gelap di teras Penginapan Teratai Emas yang belum dapat dipastikan kejelasannya? Menurut Kaki Angin, tugas untuk membunuh kami itu jelas kerahasiaannya sangat penting, sehingga pembunuhan yang gagal itu harus dibayar dengan nyawa petugasnya, oleh tangan pemberi tugasnya sendiri!

Kami mengatakan kepada Kaki Angin bahwa kami lebih baik pindah dari Penginapan Teratai Emas.

"Baik," katanya, "tapi biarlah tetap kami yang mencari gantinya."

Kami tertegun, tetapi juga tidak bisa membantah, karena Chang'an adalah kotaraja sekaligus kota raya dengan penduduk begitu banyak yang seluk beluknya tidak terlalu mudah segera dikuasai. Kami tentu tertegun karena merasa tidak bebas dan bagaikan akan selalu berada dalam pengamatan, meski yang dimaksudkan Kaki Angin tentu memberikan perlindungan.

Selama ini kami selalu dipandu oleh Elang Merah, tetapi kini kami diandaikan hanya dapat mengandalkan jaringan mata-mata Yang Mulia Paduka Bayang-bayang, yang memang seharusnyalah menjadi satu-satunya hubungan.

"Dalam pengintaian yang sangat penting adalah ketekunan dan kesabaran," ujar Kaki Angin, "Jika saja Elang Merah sedikit bersabar...."

Ia tidak meneruskan kata-katanya. Yan Zi menatapku. Kudengar ia berujar melalui Ilmu Bisikan Sukma. "Barangkali mereka yang menjebak Meimei," katanya, "Kita habisi saja dia sekarang."

Tangannya seperti sudah siap mencabut pedang, tetapi melalui pandangan mata kukatakan, "Jangan."

Dalam hatiku aku sangat bersedih atas sikap Yan Zi, yang seperti selalu menuruti kata hati tanpa pikirannya lebih dulu menguji. Jika ia tidak bisa lebih hati-hati, lawan akan mudah menjebaknya meski ilmu silatnya sangat tinggi.

Memang aku sempat berpikir bahwa jika Elang Merah bukan korban pertentangan di dalam jaringan mata-mata Kerajaan Tibet sendiri, bisa juga terjadi pihak Yang Mulia Paduka Bayang-bayang berusaha menunjukkan keberatannya bahwa kami telah berusaha mencari jalan rahasia sendiri. Kemungkinan manakah di antara keduanya yang sebenarnya terjadi? Mungkinkan salah satu di antaranya telah meminjam tangan Golongan Murni, yang rajah di dahinya bukanlah jaminan bahwa mereka tidak meminjam tangan perkumpulan rahasia yang lain lagi.

Namun juga masuk akal bahwa jaringan mata-mata Golongan Murni itulah yang berhasil merembes ke dalam jaringan mata-mata Kerajaan Tibet, yang dimungkinkan karena sudah terdapat perpecahan, dan barangkali saja sudah membunuh semua pendukung jaringan yang setia, sehingga Elang Merah sejak awal sebenarnya memang sudah masuk perangkap.

Pembunuh Elang Merah memang sudah tewas, tetapi siapa yang harus dianggap paling bertanggung jawab? (bersambung)
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 1:17 PM
#63 Jaringan di Dalam Jaringan 4.5 5 Unknown September 3, 2014 AKU mencoba mengingat keadaan sekitar kami waktu itu. Seingatku tidak ada seorang pun yang melihat dan memperhatikan kami karena tamu-tamu asyik dengan arak beras, bunyi-bunyian, dan perempuan-wanita penghibur di pangkuannya sambil tertawa-tawa. AKU mencoba mengingat keadaan sekitar kami waktu itu. Seingatku tidak ada seorang pun yang melihat dan memperhatikan kami karena tamu-tamu a...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak