#68 Selalu Mengira Istrinya Tidak Setia

September 8, 2014   

DIKISAHKAN oleh Ibu Pao bahwa malam sebelumnya Giok telah bermimpi tentang Li yang diantar oleh seorang asing berjubah kuning, dan dalam kunjungan itu orang tersebut meminta Giok melepas sepatu. Pagi harinya ia menghubungkan mimpi itu dengan ibunya dan menafsirkan sepatu sebagai keselarasan yang dalam bahasa Negeri Atap Langit berbunyi sama1, bermakna Li akan datang kepadanya tetapi untuk berpisah selamanya.

Maka Giok pun meminta ibunya agar membantu untuk memangkas rambut, yang dituruti tanpa kesungguhan yang berarti, karena Ibu Cheng menganggap sakit Giok yang parah membuat pikirannya pun kurang sehat.

Saat Li akhirnya betul-betul tiba, tenaga Giok yang semula bagaikan lumpuh mendadak bangkit kembali. Begitu terdengar teriakan itu ia segera beranjak dari ranjang, berdandan cepat, dan keluar menemui Li bagaikan orang tersihir. Sejenak ditatapnya Li dengan penuh kemarahan di matanya, lantas diangkatnya kedua tangan menutupi wajahnya, bagaikan tak mampu lagi memandangi bekas kekasihnya itu. Betapapun ia tetap melirik ke arah Li dari balik lengan bajunya. Matanya kini mengungkapkan kesedihan dan celaan tak terhingga. Dalam dendamnya yang membuat dia bangkit, ia tak dapat menyembunyikan kerapuhan tubuh karena sakitnya, yang menimbulkan belas siapa pun yang hadir di situ.

Namun saat itu mereka semua terkejut, karena dengan cepat suatu perjamuan telah digelar. Didapat keterangan bahwa segalanya disediakan oleh orang asing yang sangat santun itu. Setelah semuanya duduk berjajar, Giok yang duduk menyamping dan menatap Li beberapa saat, mengambil cawan berisi anggur dan menuangkannya ke lantai.

"Diriku hanyalah seorang perempuan bernasib buruk," ratapnya, "tetapi dirimu adalah manusia tanpa hati. Daku akan segera mati karena patah hati dalam usia muda, tidak akan bisa lagi menolong ibuku yang tercinta. Selamat tinggal kitab-kitab dan segala alat bebunyianku! Daku juga harus mengucapkan terima kasih kepadamu, duhai kekasihku yang tidak setia, menjelang datangnya penderitaan dalam api penyucian. Jadi, selamat tinggal Tuan Li! Setelah aku mati, betapapun aku akan menjadi roh jahat dan kembali ke dunia ini untuk menyengsarakan dikau dan istrimu, sehingga tidak satu hari pun dikau akan pernah mengalami kedamaian dan kebahagiaan."

Sembari mencekal lengan Li dengan tangan kiri, Giok melemparkan cawan anggurnya ke lantai, yang kemudian pecah menjadi beratus-ratus serpihan. Giok mengerang, meratap, dan merintih, lantas berhenti usia hidupnya. Ibu Cheng meletakkan tubuh putrinya ke pangkuan Li, mendesaknya agar berusaha menghidupkan Giok kembali, tetapi usahanya sia-sia.

Tuan Li Kesepuluh pun tenggelam ke dalam duka dan menampakkan kesedihannya atas kematian Giok. Pada malam penguburan Li melihat Giok muncul di balik tirai yang menutupi peti mati. Diceritakan betapa ia tampak cantik seperti ketika masih hidup, mengenakan hu fu tua dengan warna biji delima, baju atasan ungu, dan selendang merah serta hijau, memegang pita yang terdapat di bajunya. Giok mengisyaratkan kepadanya bahwa ia menghargai perasaan Li ketika melihat dirinya meninggalkan dunia, dan meskipun dirinya sekarang hanyalah roh, ia masih merasakan sesal dan iba kepada Li. Lantas Giok pun lenyap dan tidak pernah memunculkan diri kepada Li lagi. Pada hari berikutnya tubuh Giok dikuburkan di pemakaman Chang'an, sepanjang jalan Li melangkah di belakang peti mati...

Sebulan kemudian Li menikahi Lu, sepupunya, tetapi tidak pernah bisa melupakan sepenuhnya cinta yang lalu. Ia tidak bahagia. Pengantin baru ini segera berangkat ke Kabupaten Cheng tempat Li selama ini ditugaskan.

Suatu malam, di ranjang, Li mendadak terbangun oleh suara di balik tirai, dan ketika melihat keluar dia melihat seorang lelaki muda memberi isyarat kepada istrinya dari belakang bayangan jendela. Ia melompat dari tempat tidur, mencari seseorang yang tampaknya menyusup, tetapi yang ternyata telah menghilang. Sejak saat itu ia selalu curiga, selalu mengira istrinya tidak setia, dan hubungan mereka lantas menjadi dingin. Namun dengan campur tangan kawan-kawannya, ia dibujuk untuk melupakan peristiwa tersebut. (bersambung)


1 Dalam W. W. Yen, Stories of Old China (1990), catatan kaki dari kisah nyata semasa Dinasti Tang yang diterjemahkan dari tulisan Chiang Fang, "The Heartless Lover" itu seperti berikut: The character for 'shoe' and that for 'harmony' have the same sound.,h. 17. Adapun bunyi itu adalah "ping".
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 5:53 PM
#68 Selalu Mengira Istrinya Tidak Setia 4.5 5 Unknown September 8, 2014 DIKISAHKAN oleh Ibu Pao bahwa malam sebelumnya Giok telah bermimpi tentang Li yang diantar oleh seorang asing berjubah kuning, dan dalam kunjungan itu orang tersebut meminta Giok melepas sepatu. Pagi harinya ia menghubungkan mimpi itu dengan ibunya dan menafsirkan sepatu sebagai keselarasan yang dalam bahasa Negeri Atap Langit berbunyi sama 1, bermakna Li akan datang kepadanya tetapi untuk berpisah selamanya. DIKISAHKAN oleh Ibu Pao bahwa malam sebelumnya Giok telah bermimpi tentang Li yang diantar oleh seorang asing berjubah kuning, dan dalam kun...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak