#76 15: Pesan Ibu Pao

September 16, 2014   

PADA masa Maharaja Suzong dibentuklah pasukan tentara yang beranggotakan suku-bangsa dari berbagai negeri di luar Negeri Atap Langit seperti Turkestan, Kashgar, Kucha, dan Khotan untuk mengatasi berbagai pemberontakan. Di antara pasukan yang terdiri atas orang-orang asing ini termasuk orang-orang Ta ch'in dan Muhu, yang berkat pengaruh Panglima Kuo Tzu-I yang dikenal cemerlang itu terhadap kalangan istana, kaum Ta ch'in bisa menikmati perlindungan Suzong.

Masa terberatnya ketika agama Buddha yang berkembang pesat diserang pada masa Maharani Wu Zetian, pendiri Wangsa Zhou yang hanya bertahan dari 690 sampai 705. Maharani Wu Zetian mendirikan Wangsa Zhou karena istana dikuasai kaum Dao. Jika Buddha saja ditekan dari segala sisi, sampai-sampai 260.000 bhiksu dan bhiksuni diharuskan mencabut sumpah dan kembali jadi orang biasa, maka,

...tentang orang-orang Ta ch'in dan Muhu, diminta kembali ke kehidupan biasa, kembali ke panggilan hidup semula, dan kembali membayar pajak, atau jika mereka orang asing harus dikembalikan ke tempat asalnya.

Maklumat dari istana itu juga menyebut jumlah 3.000 orang sebagai pemeluk Ta ch'in dan Muhu. 1

"Tapi apakah benar Harimau Perang itu orang Ta ch'in? Kita tidak tahu apa pun mengenai pengemis itu."

"Tentang itu ada ceritanya sendiri," sambung Yan Zi, yang segera berbicara tanpa bisa diputus lagi.

***

Pembaca yang Budiman, baiklah kuceritakan kembali saja cerita Yan Zi itu, karena kata-katanya yang mengalir bukan saja bisa membuat Pembaca bingung, tetapi juga bisa kehilangan alur ceritanya sama sekali. Meskipun diriku jelas bukan juru cerita nan piawai, betapapun kiranya dapatlah kutentukan mana yang lebih perlu bagi Pembaca atau tidak dari segenap cerita Yan Zi itu.

Syahdan, dari lorong itu Yan Zi melangkah kembali ke arah kuil Ta ch'in seperti yang dimaksud pengemis itu, yakni dari mana ia datang. Namun di tengah jalan pendengarannya segera menangkap ada langkah di antara banyak langkah lain yang terus mengikuti dirinya. Di kota raya seperti Chang'an, langkah-langkah tiadalah terbilang banyaknya. Untuk mengetahui bahwa langkah-langkah itu memang mengikutinya, Yan Zi berbalik lagi ke utara, lantas menuju ke timur, sebelum akhirnya berjalan memutari sebuah petak di selatan Istana Barat, petak bangunan-bangunan milik istana juga, tempat segenap perlengkapan yang dibutuhkan istana dibuat. Menjelang senja tempat itu sudah kosong, lorong-lorongnya sepi, sehingga langkah mana pun yang mengikutinya tentu bukanlah kebetulan.

Alih-alih memancing, rupa-rupanya justru Yan Zi yang terpancing memasuki lorong sepi itu, ketika di hadapannya muncul dua orang bercaping lebar dengan pedang di pinggang. Tanpa menoleh ke belakang, Yan Zi mengerti betapa dua orang bercaping lebar lain telah siap mencegat jika dirinya berbalik, dengan tangan menggenggam gagang pedang di pinggang masing-masing.

Yan Zi berhenti, dan empat orang yang mengepungnya itu pun ikut berhenti.

"Hmmhh!" Yan Zi menunjukkan sikapnya dengan meludah, "Siapa kalian?"

Salah seorang di hadapannya ganti meludah.

"Alangkah sombongnya seseorang yang tidak dikenal seperti Puan," katanya, "Justru kami yang harus bertanya, siapakah Puan yang sejak tadi begitu usil mengikuti majikan kami."

Yan Zi serentak tertawa terbahak-bahak.

"Majikan! Hahahahaha! Majikan! Rupanya orang-orang gagah ini adalah hamba sahaya tanpa kemerdekaan! Hahahahaha!"

Mendadak terdengar siutan jarum-jarum beracun. Yan Zi secepat kilat menggerakkan pedangnya. Criiiiinng! Serangan dari empat jurusan itu bukan hanya berhasil ditangkisnya, melainkan juga dibuatnya berbalik meluncur dengan cepat ke arah para pelemparnya!

Setiap orang rupanya telah melepaskan jarum-jarum beracun ini dengan kecepatan sangat tinggi, sehingga ketika jarum-jarum beracun ini berbalik kembali dengan kecepatan yang sama, mereka tak bisa lagi menghindar dan hanya bisa menyampoknya dengan sisi lebar pedang masing-masing. Saat itulah pertahanan mereka terbuka, sehingga pedang Yan Zi dengan mudah membuka kulit perut mereka.

Keempat pencegat itu segera bergelimpangan tanpa suara dengan isi perut yang keluar semua. Darah menganak sungai dari empat jurusan memenuhi jalanan, hanya seorang di antaranya yang masih hidup. Yan Zi menginjak dadanya. (bersambung)


1 Wangsa Tang memang memiliki kepercayaan diri besar atas warisan budayanya sendiri. Pada masa inilah Tiongkok sangat menerima pengaruh asing dan siap meminjam bentuk dan corak kesenian dari luar, dan bahkan melebur kepercayaan bangsanya dengan negeri tetangga. Dalam latar seperti itulah Kristen Nestorian untuk pertama kalinya masuk, seperti juga memudar dan berakhirnya Dinasti Tang adalah juga akhir riwayat Nestorianisme di Tiongkok. Ibid.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 2:41 PM
#76 15: Pesan Ibu Pao 4.5 5 Unknown September 16, 2014 PADA masa Maharaja Suzong dibentuklah pasukan tentara yang beranggotakan suku-bangsa dari berbagai negeri di luar Negeri Atap Langit seperti Turkestan, Kashgar, Kucha, dan Khotan untuk mengatasi berbagai pemberontakan. PADA masa Maharaja Suzong dibentuklah pasukan tentara yang beranggotakan suku-bangsa dari berbagai negeri di luar Negeri Atap Langit seperti...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak