#78 Berkelebat Papas-memapas di Atas Genting

September 18, 2014   

KEREMANGAN lebih terang daripada kegelapan malam, tetapi itu tidak menjadikan keremangan lebih kurang berbahaya daripada kegelapan. Sebaliknya keremangan memberikan lebih banyak peluang tipuan, karena hakikat keremangan memanglah ketidakjelasan, tempat yang tampak bukanlah seperti tampaknya dan yang tak tampak jauh lebih berbahaya dari yang tampak. Demikianlah kedua petarung itu berkelebat papas-memapas di atas genting-genting rumah Kotaraja Chang'an, sementara kegiatan hidup sehari-hari tetap berlangsung di bawahnya. Pada suatu titik pedang mereka saling menempel tanpa bisa saling melepaskan diri lagi sambil tetap melayang di udara, sebagai akibat penyaluran tenaga dalam, dan saat itulah sekilas Yan Zi melihat suatu wajah dalam keremangan di bawah caping.

"Ah! Kamu!"

Maka sang empunya wajah melepaskan pedangnya dan menjatuhkan diri ke bawah, menghilang di tengah keramaian.

"Hhhh!"

Yan Zi menyusulnya ke bawah sambil membawa pedang lawannya dengan tangan kiri. Dengan dua pedang ia mendarat di sebuah lorong antara dua petak, keramaiannya terletak di ujung lorong, jalanan besar tempat buruannya menghilang. Jika tadi mereka bentrok di bagian barat laut Chang'an di dekat Kuil Ta ch'in dan Muhu, rupanya kejar-mengejar itu telah sampai di pojok tenggara kotaraja itu.

Diperiksanya pedang itu, ternyata pedang anggota pasukan kerajaan. Meskipun pedang itu jelas merupakan hasil tempaan terbaik, betapapun bukanlah suatu pedang mestika, jadi bisa dilepaskannya begitu saja. Apakah ini berarti pemilik pedang itu memang anggota pasukan kerajaan? Kemampuannya sendiri jelas berada di atas kemampuan rata-rata pasukan kerajaan. Setidaknya kepala pasukan, bahkan mungkin perwira. Yan Zi tahu bahwa di balik tembok terdapat penginapan yang sering digunakan sebagai barak dan pusat pengendalian pasukan gerak cepat. Jika memang ini berhubungan dengan sosok yang tadi diburunya, apakah urusannya seorang perwira pasukan gerak cepat harus memata-matai Yan Zi?

"Siapa yang kau lihat sebetulnya?"

"Pengemis itu!"

Waktu itu Chang'an sedang berada di hari terakhir dari tiga hari perayaan Hari Kelimabelas pada bulan ke delapan dalam penanggalan mereka, yang jika menggunakan tahun Saka yang berlaku di Javadvipa adalah bulan Palguna. Pada saat itu ada kebiasaan mengamati rembulan jika langit tak berawan, yang hanya berlangsung di luar Chang'an karena di kotaraja berlaku jam-malam. Para pegawai pemerintah Wangsa Tang diliburkan tiga hari 1 sehingga jalanan lebih meriah dari biasa karena perayaan tetap berlangsung sebelum malam tiba.

Yan Zi keluar dari lorong dan melangkah di jalan besar. Pedang Mata Cahaya telah disarungkannya, dan pedang pasukan kerajaan itu dipegangnya dengan ujung lurus ke bawah agar tidak seperti membawa hawa kekerasan.

Jalan besar itu rupanya memang dipenuhi serdadu. Mungkin mereka sebagian dari yang mendapat giliran diliburkan dan kini memenuhi jalanan, berbaur dengan orang-orang kebanyakan meski tetap mengenakan seragam. Yan Zi bermaksud mengembalikan pedang itu ke barak dan pura-pura mengaku telah menemukannya, siapa tahu akan menjadi lebih jelas siapa pemiliknya.

Namun di tepi jalan, dilihatnya pengemis itu lagi! Pengemis itu menengadahkan tangannya seperti sudah lama sekali berada di tempat itu. Namun Yan Zi berpikir bahwa pengemis itu telah memanfaatkan daya kecepatannya untuk menyelipkan dirinya di sana, tanpa seorang pun melihatnya datang dan mengambil tempat, sehingga memang tampak seperti sudah lama berada di sana.

Menyadari betapa kecepatan pengemis itu tidak dapat diabaikan, Yan Zi mendatanginya perlahan-lahan. Kemudian, di tengah orang berlalu-lalang, dan perhatian diserap pertunjukan sulap dari Jambhudvipa, dengan kecepatan yang tidak dapat diikuti mata, Yan Zi membacokkan pedang yang dipegangnya ke tangan tengadah itu, seperti akan memotongnya!

Tangan yang menengadah meminta belas kasihan itu sama sekali tidak bergerak. Pedang itu berhenti dalam jarak seutas rambut pada pergelangan tangannya. Kepala pengemis bercaping itu tetap tertunduk, seperti tidak tahu-menahu betapa pergelangan tangannya nyaris menyemburkan darah.

Siapakah pengemis itu? Ada kalanya aku membayangkan bagaimana orang semacam itu hidup. Jika dia pulang, misalnya, pulang ke mana? Menunggu tak ada seorang pun melihatnya sebelum melejit dari atap ke atap? (bersambung)


1 Pada masa kini disebut Festival Rembulan, dalam Benn, op.cit., h. 153.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 3:28 PM
#78 Berkelebat Papas-memapas di Atas Genting 4.5 5 Unknown September 18, 2014 KEREMANGAN lebih terang daripada kegelapan malam, tetapi itu tidak menjadikan keremangan lebih kurang berbahaya daripada kegelapan. Sebaliknya keremangan memberikan lebih banyak peluang tipuan, karena hakikat keremangan memanglah ketidakjelasan, tempat yang tampak bukanlah seperti tampaknya dan yang tak tampak jauh lebih berbahaya dari yang tampak. KEREMANGAN lebih terang daripada kegelapan malam, tetapi itu tidak menjadikan keremangan lebih kurang berbahaya daripada kegelapan. Sebalikn...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak