#79 Seperti Sudah Ada, Sebelum Ada Dunia

September 19, 2014   

Ternyata lagi-lagi mulutnya menggumamkan suatu ayat dari Daodejing.

Dao itu kosong
Betapapun digunakan tetap tak kosong
Tanpa harus diisi
Tanpa dasar
Asal dari segalanya di dunia
Dalam ketajaman yang ditumpulkan
Segala kekusutan diuraikan
Segala kilauan diredupkan
Segala kebisingan diheningkan
Seperti dasar kolam nan tak pernah kering
Aku tak tahu dia anak siapa
Seperti sudah ada sebelum ada dunia 1


Yan Zi bergerak sekali lagi dan kali ini pedang membacok dari atas ke bawah, seperti bermaksud membelah kepalanya!

Namun sekali lagi pedang itu berhenti dalam jarak seutas rambut.

Lantas terdengar suara tertawa dari balik caping, tidak keras dan agak tertahan.

"Jangan terlalu jumawa pengemis busuk," kata Yan Zi, "Jika dikau bermain-main denganku, jangan dikau pikir aku tidak akan tega mencabut nyawamu."

Pengemis itu tidak menanggapi.

"Apakah kiranya pengemis malang ini berhak mendapatkan kebahagiaan, dengan menerima sedekah sebuah pedang, yang mungkin akan bisa dijualnya agar tidak mati kelaparan?"

"Hari ini sudah terlalu banyak kebaikanku untukmu, aku tidak akan bersedekah kepada siapa pun yang hanya pura-pura menjadi pengemis."

Pengemis itu tertawa lagi, meski hanyalah Yan Zi yang mendengarnya.

"Aku memang hanya seorang pengemis, tapi bukan sembarang pengemis," katanya perlahan, "Apakah Yan Zi Si Walet tidak tertarik menukar pedang yang dipegangnya dengan pasangannya?"

Bagaikan tersambar halilintar, Yan Zi tertegun dan terpaku. Ia hampir saja bertanya, tetapi tidak ingin terpancing tipu daya jaringan rahasia nan licin. Ia menggerakkan lagi pedangnya.

Trrrrraaaangngng!

Untuk kedua kalinya Yan Zi terkejut, karena sebuah pedang telah menangkis pedangnya, dan pada saat yang sama pengemis itu berkelebat menghilang...

"Orang kedua ini pun menghilang secepat datangnya," ujar Yan Zi menutup ceritanya.

Bagaimana menyimpulkan ceritanya? Pertama, Harimau Perang memang telah tiba di Chang'an. Berarti aku memang harus memusatkan perhatian untuk mencarinya. Kedua, memang belum pasti, apakah telah diketahui betapa Yan Zi sangat menghendaki Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, tetapi lebih baik kami berpikir bahwa pedang mestika itu harus diambil segera. Ketiga, keberadaan kami jelas telah diketahui jaringan rahasia tertentu sebagai bagian dari rahasia itu sendiri - dan kenyataan bahwa pengemis itu seperti memberitahukannya kepada kami, harus menjadi catatan tersendiri.

Ia telah menyatakan dirinya bukan sembarang pengemis. Tentu saja ini cukup jelas. Jaringan Partai Pengemis? Aku meragukannya, karena anggota Partai Pengemis sangat terikat kepada partainya itu, sedangkan sikap yang ditunjukkannya lebih tampak seperti gelandangan merdeka. Namun siapakah dia dan apakah kepentingannya? Sebegitu jauh aku menganggap bahwa keberadaannya tidak dimaksudkan untuk mengganggu, bahkan dengan suatu cara mungkin saja sebetulnya membantu.

"Bagaimana dengan Ibu Pao?" Yan Zi bertanya.

Disadarinya kini, bisa saja Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu tidak berada di tempatnya saat kami menemukan tempat penyimpanannya, dan pikiran seperti ini tentu saja membuatnya gelisah. Meskipun telah diketahui betapa berat Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu, Yan Zi tentu berpikir bahwa seseorang yang sakti akan bisa mengatasinya.

Kukatakan bahwa Ibu Pao menyanggupinya.

"Kapan?" katanya tak sabar.

Aku menghela napas. Seharusnya kematian Elang Merah menjadi pelajaran, betapa dunia perkumpulan rahasia itu begitu penuh dengan jebakan. Aku sendiri tidak sepenuhnya paham bahwa jika kami masih selamat sampai hari ini, apakah itu karena kami memang telah cukup berhati-hati, tetapi yang tampaknya jelas tidak dapat dianggap cukup berhati-hati sehingga Elang Merah terkorbankan, ataukah hanya karena kebetulan dan keberuntungan. Aku bahkan kadang-kadang merasa mungkin kami memang sengaja dibiarkan hidup karena tidak terlalu mengganggu kepentingan siapa pun, terutama dalam pertarungan kekuasaan yang sedang berlangsung.

Perjanjian kami dengan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang, misalnya, bagiku tampak sekali tidak berpihak kepada kepentingan kami, melainkan dengan membantu kepentingan kami maka kepentingan mereka akan terlancarkan, yakni menyerang Chang'an ketika kekuatan istana dipercaya sebagai terlemahkan oleh hilangnya senjata mestika.

Betapapun, tampaknya kami tak bisa mengandalkan hanya salah satu jaringan, karena kubayangkan jika kepercayaan atas hilangnya daya kekuatan istana akan ditunjukkan dengan hilangnya senjata mestika, maka terlalu banyak senjata mestika lain, yang bukan saja lebih terkenal, melainkan barangkali saja lebih mudah dicuri. (bersambung)


1 Ayat 4 dari Daodejing, ditafsirkan mengacu terjemahan ke bahasa Inggris oleh James Legge (1891), Arthur Waley (1934), R. B. Blakney (1955), D. C. Lau (1963), dan ke bahasa Indonesia oleh Tjan K. (2005).
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 1:02 PM
#79 Seperti Sudah Ada, Sebelum Ada Dunia 4.5 5 Unknown September 19, 2014 Dao itu kosong. Betapapun digunakan tetap tak kosong. Tanpa harus diisi. Tanpa dasar. Asal dari segalanya di dunia. Dalam ketajaman yang ditumpulkan. Segala kekusutan diuraikan. Segala kilauan diredupkan. Segala kebisingan diheningkan. Seperti dasar kolam nan tak pernah kering. Aku tak tahu dia anak siapa. Seperti sudah ada sebelum ada dunia. Ternyata lagi-lagi mulutnya menggumamkan suatu ayat dari Daodejing . Dao itu kosong Betapapun digunakan tetap tak kosong Tanpa harus dii...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak