#83 Para Penyerbu Berselimut Angin

September 23, 2014   

"SEMENJAK beredar kabar bahwa ada usaha mencuri senjata-senjata mestika, senjata-senjata terpenting dipisah-pisahkan letaknya, dan hanya disisakan yang tak penting saja dalam tempat penyimpanan, yang sementara itu tetap dijaga dengan ketat. Sampai saat ini belum diketahui pedang yang kalian cari itu termasuk yang dipindah atau tidak dipindah, dan jika dipindahkan pun belum diketahui ke mana, tetapi kalian akan mengetahuinya setelah berada di dalam Istana Daming."

"Siapa yang akan memberi tahu kami?"

"Orang yang akan menemui kalian itu...."

Yan Zi memandangku. Aku tahu maksudnya. Bagaimana jika orang itu tidak muncul sama sekali, atau muncul dan menemui kami tetapi belum tahu tempat penyimpanan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu? Namun yang lebih berbahaya tentunya jika ternyata orang lainlah yang muncul dan kemudian menyesatkan kami!

Seperti bisa membaca pikiran, perempuan parobaya itu pun berkata, "Ini adalah kesempatan yang tidak akan diketahui kapan terbuka lagi. Jika Maharaja berada di istana, sangatlah sulit menembus penjagaan yang ketat sekali."

Tentu ini pun kami maklumi. Sejauh kami tidak dapat memeriksa sendiri segenap petunjuk itu, tampaknya kami mesti mengandalkan kepercayaan kami kepada Ibu Pao saja.

"Ibu Pao bukan tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya ini sangat berbahaya, bahkan nyawanya sendiri jadi taruhan, tetapi sekali ia telah memutuskan untuk menolong seseorang, maka hal itu pastilah dilakukannya dengan sungguh-sungguh."

Sekali lagi, perempuan parobaya itu seperti bisa membaca pikiran kami, dan kami hanya bisa manggut-manggut kembali.

"Menurut Ibu Pao, lakukanlah ketika bulan tertutup awan, dan jangan lupa memberi tahu lebih dulu."

Maka kuingat Laozi berkata:

Ada yang bergerak maju
dan ada yang ketinggalan
Ada yang kepanasan
dan ada yang kedinginan
Ada yang berkekuatan
dan ada yang serba lemah
Ada yang bersemangat
dan ada yang lesu darah
Maka Orang Bijak menghindari
dampak, pemborosan, dan keangkuhan 1


Para Pengawal Burung Emas yang tertotok telah dibangunkan dengan Totokan Lupa Peristiwa, ilmu langka yang diturunkan Angin Mendesau Berwajah Hijau kepada Yan Zi. Dengan totokan seperti itu, mereka hanya akan merasa seperti bangun tidur, dan lupa apa yang menyebabkan mereka tertidur. Apa pun yang mereka pikirkan, kejadian sebenarnya akan selalu terlupakan. Yan Zi ternyata lebih sakti dari yang pernah kuperkirakan. Apa jadinya jika Si Walet itu memegang kedua Pedang Mata Cahaya di tangan?

Mereka digeletakkan di depan gerbang Petak Teruna dan utusan Ibu Pao itu segera menghilang ke balik kelam. Angin yang dingin dan basah bertiup dari luar tembok kota. Kudengar bunyi seperti siulan, penanda ini bukan sembarang angin, melainkan angin sangat kencang yang membuat semua tembok berbunyi seperti sedang dirayapi ular raksasa. Segenap jalan dan lorong Chang'an yang serbalurus, dan yang secara teratur saling memotong serta membentuk petak-petak empat persegi panjang, tembok-temboknya yang tinggi bagaikan pengendali angin yang bertiup dengan bunyi menggiriskan.

Aku merasa seperti sesuatu akan terjadi. Mungkin terbawa suasana. Mungkin pula karena memang ada bahaya mengancam yang datang bersama segala tiupan.

Yan Zi ternyata juga merasakannya. Pedang Mata Cahaya mendadak sudah dipegangnya.

"Mereka datang bersama angin," bisiknya.

Bersembunyi di balik angin memang merupakan cara menyerbu yang dianjurkan untuk mendapatkan hasil terbaik, terutama dilakukan oleh mereka yang menguasai ilmu meringankan tubuh dengan sempurna, begitu rupa sehingga mampu menggunakan angin sebagai kendaraannya.

"Mereka datang!"

Yan Zi mengucapkan itu sambil menggerakkan pedangnya, dan aku pun mengibaskan tangan sembari menghindari sambaran maut yang mengancam terputusnya nyawa. Dalam gelap kulihat pedangnya sudah bersimbah darah. Para penyerbu yang berselimutkan angin itu bergerak dengan kecepatan luar biasa. Kami harus bergerak lebih cepat dari cepat bukan hanya karena harus berkelit dan menghindar, tetapi juga agar dapat menangkis dan membalasnya. Dalam sekejap tak dapat kuhitung sudah berapa nyawa beterbangan percuma tanpa dapat kulihat tubuhnya, karena angin telah membawanya pergi tak jelas ke mana.

Sama tak jelasnya dengan kait kelindan peristiwa dunia rahasia yang tak pernah memberi kepastian sebab dan musababnya. (bersambung)


1 Sebagian dari Daodejing ayat 29, mengacu kepada terjemahan ke bahasa Inggris oleh Blakney (1955) maupun D. C. Lau (1963).
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 3:45 PM
#83 Para Penyerbu Berselimut Angin 4.5 5 Unknown September 23, 2014 Ada yang bergerak maju dan ada yang ketinggalan. Ada yang kepanasan dan ada yang kedinginan. Ada yang berkekuatan dan ada yang serba lemah. Ada yang bersemangat dan ada yang lesu darah. Maka Orang Bijak menghindari dampak, pemborosan, dan keangkuhan. "SEMENJAK beredar kabar bahwa ada usaha mencuri senjata-senjata mestika, senjata-senjata terpenting dipisah-pisahkan letaknya, dan hany...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak