Dia yang tahu tidak berbicara
Dia yang berbicara tidak tahu 1
ISTANA Daming tidak kukira begitu luasnya, karena istana di sini tak hanya berarti sebuah bangunan istana, melainkan sebuah wilayah di utara, atau timur laut jika dari tengah Kotaraja Chang'an. Jika dibandingkan dengan Chang'an, maka kukira luasnya sama dengan satu dari delapanbelas bagian kota itu.
Keluasan istana itu sudah sering kudengar, tetapi berada di tempat yang sesungguhnya sama sekali berbeda dengan perkiraannya. Kedudukannya berada di luar tembok kota, yang tampaknya menjelaskan perkara angin yang seperti bertiup tanpa putus-putusnya, karena segenap wilayah di dalam tembok dan perbentengan kota terlindungi dari angin gurun itu.
Namun yang terpenting bagiku, dengan keluasan itu tidak berarti para pengawal istana lantas mengerahkan sebanyak-banyaknya penjaga, melainkan menjaga gedung-gedung saja. Adalah perondaan dari saat ke saat dari malam sampai pagi yang mengimbangi kekosongan penjaga di ruang yang luas itu. Saat-saat perondaan itulah yang harus diketahui lebih dahulu oleh para penyusup, dan sebaliknya saat-saat perondaan itu dapat diubah sewaktu-waktu, untuk menjebak para penyusup yang tak dapat dipastikan kapan akan melakukan penyusupan.
Bahkan utusan Ibu Pao yang sangat pandai berpura-pura bodoh itu pun tidak mengetahuinya.
"Kalian harus hati-hati dalam urusan itu, menurut Ibu Pao yang terbaik adalah menunggu para peronda, karena setelah mereka lewat dapat dipastikan untuk sementara ada kekosongan," katanya.
Ia selalu mengatakan segala sesuatunya menurut petunjuk Ibu Pao, yang sangatlah kuragukan, karena meskipun Ibu Pao berada di tengah jaringan rumit kerahasiaan itu sendiri, aku tidak menganggapnya harus mengerti seluk beluk pengamanan istana secara rinci. Namun aku tidak bisa terlalu lama memikirkan hal itu, bukan saja karena angin dingin yang menderu-deru cenderung membekukan pikiran, tetapi karena rencana penyerbuan kota besok malam, untuk mengalihkan perhatian atas penjagaan senjata-senjata mestika, seperti memburu-buru penyelesaian tugas penyusupan.
Kami sembunyikan korban-korban Kipas Maut dengan cara mengikatnya pada cabang pohon xiong menggunakan sobekan bajunya, yang jika tidak kebetulan seseorang tidur telentang di bawah pohon, tidaklah akan ada seorang pun yang melihatnya dalam beberapa hari ini. Kami lihat para pengawal yang urung terbunuh tadi sudah bangkit kembali dan hanya merasa seperti orang bangun tidur.
Dari balik kegelapan, kami lihat seseorang berbaju ringkas datang dari arah Balai Xuan Zheng atau Balai Pengumuman Kebijakan. Tampaknya, meskipun tidak mengenakan seragam pengawal istana, jabatannya lebih tinggi dari para pengawal yang baru tersadar dari Totokan Lupa Peristiwa, bahkan pengawal berbusana hitam, yang kehilangan kedua orang temannya itu tak sadar telah terlibat pertarungan.
"Kelelawar Putih! Apalah artinya istana membayar kamu dengan sangat mahal, kalau dirimu hanya tidur bersama orang-orang bodoh ini!"
Rupa-rupanya ia sangat merendahkan para pengawal istana itu, suatu sikap yang hanya bisa muncul dari seorang pendekar golongan merdeka.
"Siapa yang tidur? Akulah yang membangunkan orang-orang bodoh ini! Di manakah dirimu selama ini Kucing Peot?"
Dipanggil Kucing Peot, pengawal istana yang tidak berseragam itu agaknya sangat tersinggung dan langsung menyerang Kelelawar Putih.
"Kucing Garang dari Tiantaishan tidak datang ke Chang'an untuk menerima penghinaan! Kita lihat siapa yang hari ini akan menjumpai leluhurnya di balik langit malam!"
Ia menyerang Kelelawar Putih yang telah mencabut pedangnya, kedua tangannya telah mengenakan sarung tangan kulit berkuku logam beracun. Kedua-duanya sudah jelas adalah pendekar golongan merdeka, yang menyewakan kepandaiannya kepada pemerintah, jika bukan karena tergiur, mungkin memang membutuhkan uang.
Para pendekar golongan merdeka selayaknya adalah pendekar kelana yang mengembara dari guru ke guru mencari ilmu, yang mencari nafkah sekadar untuk makan dan biaya perjalanan, untuk mencapai kesempurnaan dalam ilmu persilatan. Semakin mereka tak terkalahkan semakin jauh mereka berkelana mencari lawan. Tidak jarang bahkan kepada gurunya sendiri mereka ajukan tantangan.
Jika mereka berada di sini malam ini sebagai orang bayaran, tampaknya boleh dianggap minat memburu kesempurnaan itu sudah luntur. (bersambung)
1 Ibid., h. 148.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak