Sekarang aku percaya betapa Istana Daming memang dijaga oleh pengawal istana yang tinggi ilmu silatnya. Dalam dunia persilatan, semakin sederhana senjata seseorang semakin waspada yang menjadi lawannya. Jika bertangan kosong sangat berbahayalah dirinya, karena hanya mereka yang ilmunya sangat tinggi tidak perlu membawa senjata.
Ternyata jurusnya pun jurus-jurus Ilmu Silat Bayang-Bayang yang untuk sementara ini telah kukuasai sepenuhnya.
"Serahkan padaku," kataku, "kita harus cepat!"
Maka Yan Zi mengeluarkan dirinya dari lingkaran pertarungan dan aku masuk menggantikannya dan langsung menyerang dengan Ilmu Silat Bayang-Bayang yang telah berganti wajah dan membingungkannya.
Betapapun, ternyata pengawal istana ini mengenal Jurus Bayangan Cermin sebagai sumbernya.
"Jurus Bayangan Cermin!"
Ia melompat mundur, seperti ingin berbicara. Sejenak aku ragu, apakah harus membungkam atau mendengarkannya, tetapi Kipas Maut yang rupa-rupanya tanpa sempat kucegah telah membunuh lawannya mendadak langsung melepaskan pukulan dengan ujung kipasnya. Pengawal berbusana hitam itu sempat menangkis, tetapi ujung kipas itu telanjur menyentuh dadanya, sehingga terpental dan tersedak memuntahkan darah.
Kipas Sakti melesat dan mengayunkan kipas baja tipis yang mematikan itu, seperti ingin menghabisinya, yang tidak bisa kubiarkan begitu saja. Dengan segera kipasnya telah berpindah ke tanganku, tetapi sesegera itu pula langsung kuletakkan ke tangannya kembali, karena betapapun serangannya terhenti.
Kuhampiri pengawal itu, darah hitam terlihat di sudut bibirnya. Sudah jelas ujung kipas itu menyalurkan racun ke tubuhnya. Matanya terbuka lebar menatap Kipas Maut dan tangannya seperti berusaha menunjuk. Yan Zi mendekat dan kami bertatapan singkat dan sepakat bahwa ada sesuatu yang belum kami mengerti dari Kipas Maut ini. Kuingat sebuah pepatah gung fu:
ketiadaan tak bisa dikurung,
yang terlembut tak bisa disentakkan 1
Aku menyangga punggungnya. Angin yang masih saja bertiup kencang membuatku sulit menangkap apa yang ingin diucapkannya dan jika mendengarnya pun belum tentu aku akan memahaminya.
Yan Zi dan Kipas Maut kini bersitegang.
"Lihatlah apa yang kamu lakukan, perempuan bodoh! Kita sudah sepakat tidak ada korban dalam pengintaian! Jika yang lain tidak akan bicara apa-apa karena Totokan Lupa Peristiwa, apa yang harus kita lakukan dengan mayat ini? Hilang penjaga satu orang akan membuat cara-cara penjagaan mengalami perubahan, dan barangkali semua benda penting dipindah-pindahkan!"
"Temannya itu hampir membunuhku. Kamu juga hampir terbunuh jika tidak ditolong Pendekar Tanpa Nama. Jika tidak dibunuh, kitalah yang akan terbunuh!"
Kuangkat tanganku agar mereka diam. Angin masih bertiup kencang. Di satu pihak ini menguntungkan karena suaranya yang kadang-kadang seperti orang bersiul dapat menghindarkan terdengarnya suara-suara keributan kami, tetapi di lain pihak bagi telinga yang peka, angin ini justru mengantarkan segala suara itu, sedangkan telinga para pengawal istana boleh diharapkan akan sangat peka!
Betapapun bukan hanya matinya bulan besok malam yang telah kuperhitungkan, sehingga malam ini kegelapan mendekati kepekatan, selain bahwa para pengawal raja yang terbaik mengiringi perjalanan maharaja ke luar kota. Perhitungan lainnya adalah pemberitahuan utusan Ibu Pao bahwa sebetulnya sudah lama Istana Daming tidak kedatangan tamu yang tidak diundang, yakni para penyusup itu, dan karenanya mungkin saja terdapatnya penurunan kewaspadaan.
Meskipun terbukti tidak berlaku bagi para pengawal yang telah kami lumpuhkan ini, dan kami masih dapat membatalkannya dengan mundur teratur serta melompat ke balik tembok lagi, tetapi kuperkirakan hal itu akan menimbulkan kesulitan baru, karena pengawal yang terbunuh oleh Kipas Maut ini. Kami tinggalkan mayatnya maupun kami bawa pergi, tetap saja kehilangannya membuat kewaspadaan akan menjadi sangat tinggi, dan kesempatan seperti ini sungguh tidak mudah dicari.
Maka tetap kuputuskan untuk segera mencapai Anjungan Qing Hui atau Cahaya Matahari yang Cerah, tempat seorang petugas rahasia akan menemui kami dan menunjukkan tempat Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu disimpan. (bersambung)
1 Dipinjam dari John Little, Bruce Lee, The Tao of Gung Fu: A Study in the Way of Chinese Martial Art (1997), h.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak