#117 Terpeleset Genangan Darah...

October 27, 2014   

KIPAS Maut ambruk dengan semburan darah yang segera menggenangi lantai ketika pingfeng itu ditendang oleh pembunuhnya, yang tampak segera merangsek Putri Anggrek yang telah mematikan penerangan lilin dengan kibasan pedangnya. Aku berkelit dari tebasan Rubah Jantan yang sebat dan cepat seperti kilat sambil memejamkan mata, karena dengan Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang sambaran pedangnya dalam kegelapan tampak sebagai cahaya yang terlalu jelas.

Terdengar suara benturan logam dan terlihat letik api dari tangkisan pedang Yan Zi atas serangan Rubah Betina yang disebut-sebut jauh lebih kejam dari Rubah Jantan. Dengan segera terbukti betapa tingginya ilmu silat Sepasang Rubah dari Sungai Kuning itu. Apalagi tampak keduanya bergerak dalam jurus-jurus yang berpasangan, sehingga kedudukan diriku dan Yan Zi segera terkepung. Di satu pihak aku merasa beruntung tidak membawa pedang Elang Merah, karena tentu akan diambil dalam penggeledahan ketika tadi ditahan; tetapi aku juga menyesalinya karena jurus pedang sebaiknya dilawan dengan jurus pedang.

Dalam aliran silat Shansi disebutkan:

Pukulan tepat tak terlihat. Musuh harus jatuh tanpa melihat tanganmu. 1

Maka kiranya kami harus segera meningkatkan kecepatan, yang bukan hanya karena cepatnya, tetapi juga karena berlangsung dalam gelap akan membuat jurus-jurus Sepasang Rubah teratasi dan keduanya dapat dilumpuhkan.

Aku pun tak lupa betapapun hebatnya jurus berpasangan, ketika salah satu pasangan terlumpuhkan berarti separo kekuatannya telah hilang. Sebagai anak asuh Sepasang Naga dari Celah Kledung kuketahui kunci-kunci jurus berpasangan ini dan kuketahui pula betapa orang tua asuhku itu telah membuat jurus-jurus berpasangan itu dikuasai orang demi diriku, hanya untukku, dan tiada lain selain aku sehingga meski tidak berpasangan, ketika kugunakan jurus-jurus berpasangan itu lawanku akan merasa berhadapan dengan dua orang. Dengan cara seperti itu, meski kugunakan hanya satu pedang, ketika menggunakan jurus bagi dua pedang yang dimainkan berpasangan maka lawanku sebetulnya berhadapan dengan empat pedang.

Kulirik Putri Anggrek Merah, sejumlah pengawal berbusana merah meski telah melindunginya dengan ketat tampak sedang terbantai oleh kecepatan dua pedang lengkung yang tampak dipegang dengan cara yang aneh seperti jika seseorang menancapkan pedang ke batang kayu di atas tanah. Setiap kali ia berputar selalu dilanjutkan dengan darah bersemburan. Aku harus segera mengatasi lawanku, jika tidak maka pemegang sepasang pedang lengkung berambut lurus dan panjang akan membuat kedudukan Putri Anggrek Merah sangat terancam, sedangkan keterangan yang telah kudengar sejauh ini sama sekali belum tuntas!

Pedang Rubah Jantan menyambar kepalaku, dengan mata masih terpejam aku menarik kepalaku ke belakang, merebut pedangnya dengan tangan kiri sambil memberikan angin pukulan Telapak Darah ke dadanya dengan tangan kanan. Ia terpental dengan semburan darah ke udara yang tak terlalu terlihat dalam kegelapan, tetapi cukup membuat kewaspadaan Rubah Betina terkacaukan dan saat itulah ujung Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan menembus jantungnya.

Yan Zi tak menunggu sampai napas penghabisannya terhembus, kami segera melesat ke arah pemegang kedua pedang melengkung berambut panjang yang jika sempat menyelesaikan putarannya niscaya tamatlah riwayat Putri Anggrek Merah, yang meski tak kurang tinggi ilmu silatnya, tetapi ilmu silat pemilik kedua pedang melengkung itu rupanya memang amat sangat tinggi.

Ujung pedang yang kupegang sempat menyentuh ujung pedangnya sehingga arahnya berubah dan luputlah leher jenjang Putri Anggrek Merah dari kemungkinan terbelah. Namun ujung pedangnya yang lain lebih cepat dari pedang Yan Zi.

"Aaaaahhhh!"

Belum dapat kulihat bagaimana pedang melengkung yang panjang itu telah menyayat busana serba merah Putri Anggrek Merah berikut kulit punggungnya yang kurasa pernah disebut-sebut Ibu Pao sebagai terindah di Negeri Atap Langit, sehingga tiada alasan apa pun bagi maharaja untuk tidak memungutnya sebagai selir tercinta di Istana Daming, sebagaimana memang dikehendaki oleh Putri Anggrek Merah sendiri.

Dengan kecepatan pikiran pedang Rubah Jantan yang kurebut telah seribu kali berbenturan dengan kedua pedang panjang melengkung yang gerakannya tak terlihat itu. Aku masih memejamkan mata karena dalam kegelapan lebih baik aku menggunakan Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang. Namun suatu kejadian tak terduga muncul ketika kami berdua jatuh karena terpeleset oleh genangan darah... (bersambung)


1. Melalui Minick, h. 130.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 1:53 PM
#117 Terpeleset Genangan Darah... 4.5 5 Unknown October 27, 2014 KIPAS Maut ambruk dengan semburan darah yang segera menggenangi lantai ketika pingfeng itu ditendang oleh pembunuhnya, yang tampak segera merangsek Putri Anggrek yang telah mematikan penerangan lilin dengan kibasan pedangnya. KIPAS Maut ambruk dengan semburan darah yang segera menggenangi lantai ketika pingfeng itu ditendang oleh pembunuhnya, yang tampak segera m...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak