#121 Persekongkolan Orang-orang Kebiri?

October 31, 2014   

KALAH dan menang. Apakah itu? Tidak dapat dilihat dan tidak dapat dipegang, tetapi penafsirannya telah menggerakkan roda-roda sejarah dan menumpahkan darah begitu rupa sampai seorang penguasa dapat merasa dirinya sebagai pemenang, dan tiada mungkin pihak yang dianggap kalah itu akan menerima untuk tetap kalah dan karena itu dengan segala cara akan melakukan pembalasan.

Namun dalam bentrokan antara kedua belah pihak di bawah itu, jika harus ada yang kalah dan menang menurutku yang harus kalah adalah unsur-unsur golongan hitam, seperti memang sudah semestinya mereka tidak berada di istana ini.

Betapapun seluk-beluk kerahasiaan sungguh membingungkan diriku. Kipas Sakti dapat mengajak golongan hitam agar mau bersekongkol karena seolah-olah mereka berada di pihak yang sama, yakni jaringan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang. Tempat penyusupanku ini pun menjadi bagian dari rencana mereka.

Benarkah Putri Anggrek Merah dibunuh karena juga menjadi bagian dari jaringan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang?

"Apa yang dikatakan Putri Anggrek Merah?"

Hanya Yan Zi yang mendengar kata-kata terakhirnya itu.

"Ssu jen," kata Yan Zi mengutip Putri Anggrek Merah.

"Ssu jen?"

Aku terbiasa mendengar kata huan kuan dalam penyebutan orang kebiri, yang juga berarti orang yang menjadi pelayan di istana kerajaan. Apabila disebut ssu jen, ini berarti orang kebiri yang melayani selir-selir maharaja maupun putri-putri istana, yang memang terlarang bagi pelayan laki-laki. Bukan an jen, yang berarti orang kebiri yang menjadi pengawal istana 1.

Apakah artinya ini? Segera terpikir olehku betapa tersinggungnya orang-orang kebiri ini jika seluruh pengawal maupun pelayan di Balai Anggrek Merah semua perempuan dan tak seorang pun orang kebiri. Mungkin ini tidak akan menjadi masalah terlalu besar kepada para an jen, orang kebiri yang menjadi pengawal dan sudah terkenal kesetiaannya kepada maharaja, tetapi memang sangat memungkinkan terjadi pada orang kebiri golongan ssu jen.

Apakah maksudnya persekongkolan orang kebiri golongan ssu jen ini yang membunuhnya? Kuingat seorang bijak di Negeri Atap Langit berkata:

Ketidakadilan kecil bisa ditenggelamkan oleh secawan anggur

Ketidakadilan besar hanya bisa ditenggelamkan oleh sebilah pedang 2.

Kukira aku tidak bisa, tidak perlu, dan tidak punya waktu untuk memecahkan teka-teki itu sekarang. Keberadaan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itulah yang harus dipastikan malam ini juga.

"Kita harus pergi ke kolam itu," kataku, dan kami pun menjejak wuwungan dan melayang.

Seperti burung kami hinggap di wuwungan Balai Cheng Xiang atau Balai Penyandang Keharuman. Agak lebih dekat ke selatan, tetapi belum sedekat Gedung Han Liang atau Gedung yang Berisi Kesejukan, maka kami pun menjejakkan kaki lagi dan melayang ke Gedung Han Liang.

Sekali lagi seperti burung kami hinggap di wuwungan Gedung Han Liang. Tampak gundukan kehitaman bukit di Pulau Penglai, yang berarti Pulau Suci bagi penganut Dao, tetapi yang lebih sering menjadi tempat tetirah maharaja dan selir-selirnya.

Angin kencang membuat permukaan kolam bergulung. Dari kisah Putri Anggrek Merah, tak dapat kuperkirakan dengan tepat letak tenggelamnya peti berisi Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, yang telah menjadi sangat berat tanpa pasangannya itu.

Bagaimana ia melihatnya dari Balai Anggrek Merah yang cukup jauh? Aku percaya Putri Anggrek Merah melihatnya, tetapi mungkin saat bercerita itu ia masih menyembunyikan keberadaannya sebagai seorang penyoren pedang. Kukira sebetulnya Putri Anggrek Merah melihat dari dekat. Ia menyelinap keluar karena mendengar percakapan orang-orang kebiri yang mendorong gerobak lantas mengikuti segala kejadiannya.

Namun aneh juga jika sementara Putri Anggrek Merah memberitahukan segalanya, menyatakan sesuatu yang terlalu mudah diketahui sebagai tidak memungkinkan? Apakah sebetulnya kami pun akan dijebak pula?

Pikiran ini segera kusingkirkan, tetapi aku tetap belum menemukan kejelasan.

"Kita akan menyelam berdua atau bagaimana? Biar aku saja."

Yan Zi tampak sudah tidak sabar. Aku khawatir dia datang dari gunung, tak pernah bertarung di dalam air. (bersambung)


1. Taisuke Mitamura, Chinese Eunuch: The Structure of Intimate Politics (1963) diterjemahkan dari bahasa Jepang ke bahasa Inggris oleh Charles A. Pomeroy (1970), h. 21-6.

2. Dari ujaran Chang Chao dalam Minick., op.cit., h. 132.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 4:42 PM
#121 Persekongkolan Orang-orang Kebiri? 4.5 5 Unknown October 31, 2014 Aku terbiasa mendengar kata huan kuan dalam penyebutan orang kebiri, yang juga berarti orang yang menjadi pelayan di istana kerajaan. Apabila disebut ssu jen, ini berarti orang kebiri yang melayani selir-selir maharaja maupun putri-putri istana, yang memang terlarang bagi pelayan laki-laki. Bukan an jen, yang berarti orang kebiri yang menjadi pengawal istana KALAH dan menang. Apakah itu? Tidak dapat dilihat dan tidak dapat dipegang, tetapi penafsirannya telah menggerakkan roda-roda sejarah dan me...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak