#92 18: Malam Penyusupan

October 2, 2014   

DALAM feng shui, air, unsur yin seperti rembulan, gelap, liat, betina, bisa mendesakkan daya kebaikan hati maupun kedengkian di suatu kota, kediaman, atau kuburan, bergantung tempat dan wataknya. Dalam hal ini, danau itu tidak mengalir sama sekali. Menetap dan tidak hidup. Untuk mengobatinya, para juru feng shui menawarkan penempatan sesuatu yang tinggi, seringkali sebatang pohon untuk suatu rumah, yang menghadirkan kembali unsur yang seperti matahari, cahaya, keras, api, dan jantan, di antara bangunan itu dengan air. Suatu pagoda akan sangat bagus untuk itu. Maka, pada tahun 611, seorang maharaja membangun pagoda dari kayu yang tingginya 330 langkah ke atas dengan 120 langkah pada lingkarannya di sudut tenggara Chang'an 1.

Aku masih menyerap Chang'an, juga bergantian dengan Yan Zi untuk saling bertukar kedudukan dan arah pandang, agar kami berdua menguasai hal yang sama. Meski hanya samar-samar dapat kuketahui keberadaan Taman Barat di belakang Istana Barat, dan terletak di sebelah barat Istana Daming, sementara di sebelah timurnya terdapat Taman Timur yang lebih kecil. Namun yang terpenting kukira adalah mengamati kanal-kanalnya, sehubungan dengan rencana serangan Chang'an oleh gabungan pasukan pemberontak di bawah kepemimpinan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang, sekadar untuk mengalihkan perhatian dari pencurian Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri. Mungkinkah para penyusup akan dikirim melalui kanal-kanal, bahkan bila perlu meracuninya?

Aku masih asyik menduga ketika Yan Zi memberi isyarat bahwa kami harus segera pergi. Namun ketika kami memandang ke bawah ternyata para bhiksu penjaga yang berasal dari Perguruan Shaolin telah mengerumuni mayat Kaki Angin!

Apa yang harus kami lakukan? Sebelum para bhiksu Shaolin itu dengan segala kepekaannya mendongak ke atas, kami harus segera menghilang. Maka aku dan Yan Zi pun saling menjejak telapak kaki untuk meminjam tenaga masing-masing. Yan Zi melesat dan menghilang ke barat sedangkan aku ke arah timur.

Pada saat langit terang dengan sempurna kami sudah berada di sebuah kedai di Pasar Barat menyantap bubur panas dan sayur asin dengan sumpit. Tentu bubur itu tidak mungkin dipindahkan ke mulut dengan sumpit, jadi aku menuangkannya sedikit demi sedikit ke mulutku sambil meniupnya lewat bibir mangkok kayu. Kulihat Yan Zi menyeruputnya sekali tenggak hanya dengan sekali tiup. Pendekar Walet itu melihat diriku yang bertanya-tanya.

"Untuk apa punya tenaga dalam kalau tidak bisa mendinginkan bubur," katanya sambil tersenyum.

Namun kami segera berbincang tentang Kaki Angin. Kehadirannya di Kuil Pagoda Angsa Liar mengingatkan kembali perjanjian kami dengan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang. Mengingat kesaktian Yang Mulia Paduka Bayang-bayang yang mampu mendengar percakapan dari jarak jauh, dan mata-mata dari mana pun yang sangat mungkin berkeliaran di pasar, kami berbicara dengan Ilmu Bisikan Sukma.

Dengan Ilmu Pemisah Suara seseorang dapat mendengar dan berbicara dari jauh, semakin tinggi ilmunya semakin jauh ia dapat terpisah dari suaranya; sedangkan dengan Ilmu Pemecah Suara siapa pun tidak dapat mengetahui sumber suara itu ketika suaranya terdengar di mana-mana.

"Kaki Angin berada di sana pasti karena mengikuti kita," kata Yan Zi.

"Belum tentu," kataku, "bisa saja hanya karena kebetulan. Tidak mungkin Kaki Angin mengawasi kita siang dan malam. Pergerakan kita sangatlah kita rahasiakan."

"Tapi semua percakapan kita, juga dengan Ibu Pao dan utusannya itu, tentunya sudah tersadap oleh Yang Mulia Paduka Bayang-bayang yang memiliki Ilmu Pemisah Suara maupun Ilmu Pemecah Suara."

"Apakah ia bisa mendengar juga ketika tidur? Aku tak terlalu yakin ia menggunakan seluruh waktunya untuk mengawasi kita."

"Berarti kita tidak bisa berdebat untuk memastikan hal itu, tetapi kita bisa mempertimbangkan kehadiran Kaki Angin itu."

Betapapun kemungkinan bahwa Kaki Angin memang membuntuti tidak bisa diabaikan, setidaknya mengingatkan betapa perjanjian kami dengan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang tetap harus diperhitungkan.

Satu-satunya petunjuk yang diberikan Kaki Angin adalah kata-kata terakhirnya sebelum tewas.

"Harimau Perang...," katanya.

Harus segera kumaklumi bahwa keduanya sama-sama bergerak sebagai petugas rahasia. Aku pun teringat Sun Tzu: segenap peperangan didasarkan kepada muslihat 2

(bersambung)


1 Benn, op.cit., h. 62.

2 Melalui Sprague, op.cit., 72.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 2:17 PM
#92 18: Malam Penyusupan 4.5 5 Unknown October 2, 2014 DALAM feng shui, air, unsur yin seperti rembulan, gelap, liat, betina, bisa mendesakkan daya kebaikan hati maupun kedengkian di suatu kota, kediaman, atau kuburan, bergantung tempat dan wataknya. Dalam hal ini, danau itu tidak mengalir sama sekali. DALAM feng shui , air, unsur yin seperti rembulan, gelap, liat, betina, bisa mendesakkan daya kebaikan hati maupun kedengkian di suatu kota...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak