Tampaknya mereka dalam kedudukan yang berlawanan, tetapi dalam kerja jaringan rahasia, segala sesuatunya dimungkinkan. Makna ucapan Kaki Angin betapapun masih terselaputi kerahasiaan. Zhuangzi berkata:
Jalan setapak terbentuk oleh sepatu yang melewatinya;
mereka tiada lain sepatu dalam diri mereka sendiri.1
Kami berbincang tentang keberadaan kami dalam dua kemungkinan, masuk ke Istana Daming dan mencuri Pedang Mata Cahaya berdasarkan petunjuk guptaduta atau pembawa pesan rahasia Ibu Pao, pada saat bulan mati ketika maharaja pergi; ataukah pada saat Yang Mulia Paduka Bayang-bayang mengerahkan pasukannya untuk mengepung kota agar perhatian teralihkan. Jika kesepakatan kami dengan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang itu masih harus kami pegang, kami tentu berada dalam kesulitan, karena dengan menyelidiki segala sesuatunya sendiri seperti selama ini sebenarnyalah perjanjian itu telah terlanggar. Dengan kematian Kaki Angin, satu-satunya penghubung yang kami kenal dari pihak Yang Mulia Paduka Bayang-bayang, kami hanya bisa berpikir untuk menjalankan rencana Ibu Pao.
"Kita tidak usah merasa bersalah," kata Yan Zi, "Selain tidak ada perkembangan apa pun dengan mereka, kita tidak mungkin hanya menunggu saja, dan Kaki Angin juga tidak pernah muncul bahkan sekarang mati."
"Baiklah kita lanjutkan saja apa yang sudah kita mulai," jawabku, "sedangkan akibatnya kita hadapi bersama."
Namun ketika kami kembali ke Penginapan Teratai Emas, di salah satu lorong Petak Teruna seseorang telah menunggu. Ia mengenakan caping dan tongkat pengembara, busananya cukup lusuh sehingga kiranya tidak ada yang akan curiga jika ia menyamar sebagai pengemis lata. Ia membiarkan kami lewat, setelah itu ia menyusul dan berjalan di samping kami. Dengan segera tampaklah bagi kami, dan bagi siapa pun yang hidup di dunia persilatan, betapa langkahnya adalah langkah seorang pendekar.
"Semoga Pendekar Tanpa Nama dan Pendekar Yan Zi Si Walet masih mengenali hamba sahaya Yang Mulia Paduka Bayang-bayang ini, yang telah menjemputnya pada suatu senja di muka gua di daerah Sungai Yangtze."
Suara perempuan yang renyah tersebut dengan segera mengingatkan aku kepada perjalanan kami di anak Sungai Yangtze. Inilah perempuan pendekar bersenjata kipas besi yang bekerja untuk Yang Mulia Paduka Bayang-bayang. Jika orang kepercayaan yang tampaknya juga menjadi pengawal pribadi itu dilepas sampai ke sini, tentulah karena suatu tugas yang penting sekali.
Apakah diketahuinya kami telah melanggar kesepakatan waktu itu, bahwa segenap langkah kami menjadi bagian rencana bersama dengan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang, dan bahwa seluk beluk penyelidikan dan pencarian keterangan akan menjadi tanggung jawab pihak Yang Mulia Paduka Bayang-bayang?
Aku baru akan membuka mulut ketika Yan Zi telah menjawab dengan ketus.
"Dirimu yang mengawasi telah kukenali dari tadi, tapi aku sedang tidak berselera membunuh orang pagi ini."
Perempuan pendekar yang muda itu tampaknya cukup sabar.
"Tentu saja belas kasih Pendekar Yan Zi membuat hamba sahaya ini masih bisa menghirup udara pagi," katanya, "sehingga hamba sahaya ini bisa menyampaikan pesan junjungannya, Yang Mulia Paduka Bayang-bayang."
Aku segera menyahut agar pertengkaran terselubung keduanya selesai. Tampaknya kematian Kaki Angin sudah diketahui, tetapi lebih baik aku mengujinya sekarang ini juga!
"Sampaikan penyesalan pengembara dari Javadvipa yang gegabah ini bahwa kematian Kaki Angin tidak dapat dihindarkan."
Perempuan pendekar yang sangat ringan langkahnya itu tertawa kecil.
"Setiap perbuatan ada akibatnya, Kaki Angin telah menerima akibat yang sewajarnyalah diterima seorang pengkhianat."
Pengkhianat?
"Segala sesuatu yang seharusnya disampaikan kepada Yang Mulia Paduka Bayang-bayang justru disampaikan kepada Harimau Perang, kepala mata-mata pemerintah Wangsa Tang sehingga hubungan kerja sama kita menjadi terhalang." (bersambung)
1 Melalui "To Know and Not Be Knowing: Taoist Philosophy and Kindred Matters" dalam John Blofeld, The Secret and Sublime: Taoist Mysteries and Magic (1973), h. 156.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak