Air sungai itu sangat dingin meskipun musim dingin belum tiba. Pada musim dingin air sungai itu membeku, jadi saat ini pun sudah bisa dianggap sebagai sangat dingin. Namun rasa dingin itu bukan saja dapat diatasi dengan tenaga dalam, melainkan tersamarkan oleh ketegangan. Bagaimana jika ketika kami muncul para pengawal istana sudah menantikan kami? Betapapun kami percaya pemberitahuan Ibu Pao bahwa para pengawal maharaja yang tangguh tentu menyertainya keluar istana, meski percaya juga bahwa tidak sembarang pengawal yang akan memikul tanggung jawab keamanan dalam kekosongan istana.
Begitulah arus sungai membawa kami melewati pula Gerbang Wang Xian, dan kami harus berhenti dan keluar di balik tembok dekat Gerbang Ting Zeng. Pada setiap gerbang itu ada penjaganya dan jika kami kepergok sehingga terjadi bentrokan maka kami akan segera terkepung pasukan pengawal istana yang berilmu tinggi.
Kami bertiga memunculkan kepala lebih dulu. Setelah yakin tiada suara langkah maupun napas manusia, kami merayap keluar dari dalam air. Yan Zi yang pertama kali mengeringkan baju dengan tenaga dalam yang disalurkan melalui sekujur tubuhnya yang dibalut baju hitam.
"Jangan sampai terbakar," kataku melalui Ilmu Bisikan Sukma.
Mereka yang tidak terbiasa mengeringkan baju dengan tenaga dalam akan mengerahkan tenaga seperti orang bertarung, dan sedikit saja kelebihan dalam pengerahan itu akan membuat bajunya bukan hanya kering melainkan terbakar. Sedangkan jika bajunya terbakar dan hancur, mendadak saja tubuhnya akan telanjang.
"Kamu pikir aku ingin telanjang dalam malam dingin seperti ini?" Yan Zi menjawab melalui Ilmu Bisikan Sukma juga.
Dalam sekejap busana hitam kami sudah kering semua. Kami tutup lagi wajah kami sampai hanya sepasang mata yang tersisa, lantas bergerak maju di tengah lapangan yang sungguh luas itu. Malam tanpa rembulan bagai selimut kegelapan sangat membantu dalam kerja penyusupan. Hanya saja setiap langkah penyusupan tentunya sudah dipelajari dalam cara-cara penjagaan istana.
Maka, seperti kata Sun Tzu:
Serang lawan ketika ia tidak siap
Kejutkan ia ketika tidak menduganya
Inilah kunci kemenangan ahli siasat
Ini tidak bisa dirancang sebelumnya 1
Yan Zi memberi tanda dan kami melesat. Para pengawal yang berada di Balai Hanyuan kami lumpuhkan segera, nyaris dalam waktu bersamaan. Yan Zi sengaja membawa senjata-senjata rahasia yang biasa digunakan dalam penyusupan, Kipas Sakti rupanya juga memang memilikinya, dan aku cukup menggunakan pukulan jarak jauh saja. Para pengawal itu mengulai seperti karung kosong, sebelum jatuh ke tanah kami telah tiba dan menahan tubuhnya. Mereka hanya dilumpuhkan, karena jika dibunuh, kami takut ketika kami mengambil senjata itu besok malam, penjagaan akan menjadi jauh lebih kuat.
Angin bertiup kencang. Pohon-pohon xiong yang gemerisik sungguh mengganggu, karena kami tak akan mendengar jika terdapat pergerakan yang mengancam kami. Kuberi tanda agar Yan Zi dan Kipas Sakti menunggu angin berhenti, setelah itu barulah kami menggunakan ilmu meringankan tubuh untuk berlari tanpa menapak tanah, menuju ke utara, ke arah Balai Xuanzheng.
Dari jauh sudah terlihat para penjaga yang pura-pura tidur. Menurut utusan Ibu Pao, sudah banyak penyusup, baik dari perkumpulan rahasia maupun pencuri biasa, yang terkecoh dengan sikap para penjaga itu, dan menjadi lengah. Namun pemberitahuan ini tidak membuat kami lagi-lagi menyerangnya dengan serangan mendadak, karena untuk serangan macam itu pun kuandaikan mereka selalu siap. (bersambung)
1 Sun Tzu, The Art of War: The Cornerstone of Chinese Strategy, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Chou-Wing Chohan dan Abe Bellenteen (2003), h. 14.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak