#123 Menjaga Malam dengan I-Ching

November 2, 2014   

PARA pengawal istana yang menjaga malam berserak dan bergerak tanpa dapat kuperkirakan apakah ruang kosong akan tetap tinggal kosong dan begitu pula apakah ruang gelap akan tetap tinggal gelap selama malam masih malam.

Urusan di depan mata kini adalah Pedang Mata Cahaya yang berada di dasar Kolam Taiye itu. Jika aku tak dapat bergerak dalam kegelapan malam yang terkelam begitu kelam bagaikan tiada lagi yang lebih kelam kami akan masih terkurung di dalam tembok Istana Daming seperti tikus dalam jebakan.

"Ayo!"

Yan Zi sudah tidak sabar untuk berkelebat masuk kolam. Kemampuan Yan Zi untuk mengatasi dingin kolam kutahu akan dapat diatasinya dengan tenaga dalam, tetapi cara-cara penjagaan istana menurut pertimbanganku tidak dapat dipandang sebelah mata.

Sejauh dapat kuamati ketika berada di ketinggian tadi, para penjaga istana pada malam itu memang seperti terserak, tetapi keterserakannya sungguh tertata, karena segenap ruang kosongnya adalah kosong hanya dalam arti menjadi lawan dari isi. Tata penjagaan ini mengacu kepada mandala yang dimungkinkan dalam penggambaran I-Ching atau Kitab Perubahan, yakni pada apa yang disebut Pa Kua.

Jika kutub Yin dan Yang masing-masing digambarkan sebagai garis sambung dan garis putus, jadi hanya dua baris. Tambahan baris ketiga telah mengembangkannya sebagai delapan tiga-baris utama yang menjadi dasar I-Ching tersebut.

Mandala delapan tiga-baris utama itu diberi nama dengan lambang tertentu, yakni Li atau api yang berlawanan dengan Kan atau air; Chen atau guntur yang berlawanan dengan Tui atau danau; di antara api dan danau terdapat Kun atau bumi yang berlawanan dengan Ken atau gunung; di antara kolam dan air terdapat Ch'ien atau langit yang berlawanan dengan Sun atau angin; di antara air dan guntur terdapat gunung yang tadi berlawanan dengan bumi; di antara guntur dan api terdapat angin yang tadi berlawanan dengan langit. 1

Kedudukan delapan tiga-baris ini sebagai lambang dengan makna tertentu adalah setara dan berdasarkan perpaduan atas makna-makna bakunya tersebut, dengan bantuan seorang penafsir yang sangat menguasai maknanya, orang-orang Negeri Atap Langit mencari jawab atas persoalan hidupnya, karena I-Ching memang merupakan Kitab Perubahan. Namun cara penjagaan di sekitar Kolam Taiye ini, karena sifatnya yang berjaga-jaga daripada mengetahui dengan tepat sasaran penyusupan yang mungkin terjadi, dengan melihat kedelapan lambang sebagai empat poros pembentuk mandala, telah meletakkan bangunan di Pulau Penglai atau Pulau Suci itu sebagai titik pertemuan empat poros tersebut, yang merupakan titik lingkaran Yin dan Yang.

Siapa pun yang diketahui menyusup ke dalam gedung tetirah yang juga menjadi tempat sembahyang, yang semula dipersiapkan untuk menyimpan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu, akan terkepung dan terajam dari delapan jurusan.

Jika regu-regu penjagaan pada setiap titik saling berhubungan, berdasarkan poros maupun dengan titik-titik terdekat, akan sangat sulit menembus penjagaan ini tanpa diketahui.

Kukatakan kepada Yan Zi penjagaan ini mengacu kepada mandala Pa Kua.

"Tetapi dengan titik pusat pulau itu," kataku, "sedangkan tujuan kita bukan pulau."

Yan Zi mengangguk. Setiap orang di Negeri Atap Langit mengerti tentang I-Ching, tetapi bahkan Sun Tzu sekalipun tak pernah kuketahui mengacu mandala delapan kua itu sebagai siasat penjagaan atas penyusupan. Mungkinkah karena Penglai berarti Pulau Suci lantas meletikkan gagasan semacam ini?

Namun, walau kami tidak bertujuan menuju pulau di tengah kolam, kami tetap harus mengenali pada bagian mana dari mandala Pa Kua itu kami berada, sedangkan mandala Pa Kua tentunya tidak berhubungan dengan arah apalagi mata angin, seperti yang bisa menjadi salah sangka dari penggambaran delapan tiga-baris pembentuk empat poros tersebut.

Kami juga belum tahu cara mengenali lambang mana yang digunakan oleh regu-regu penjagaan ini, sehingga kami tahu hubungan-hubungan macam apa yang akan melibas kami, dan karena itu harus kami siasati.

Sementara waktu terus berjalan. Yan Zi sudah sangat gelisah. Aku mengerti pedang itu haknya, miliknya, seperti sudah siap di depan mata untuk diambilnya. Kugamit tangannya, kami masih punya waktu.

Saat itulah seseorang terdengar memanggil-manggil. (bersambung)


1. Will Addock, "I Ching", dalam Will Addock, et.al., Arts of Divination: Unlock the Secrets of Ancient Symbols (2008), h. 39-41,
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 11:30 PM
#123 Menjaga Malam dengan I-Ching 4.5 5 Unknown November 2, 2014 Mandala delapan tiga-baris utama itu diberi nama dengan lambang tertentu, yakni Li atau api yang berlawanan dengan Kan atau air; Chen atau guntur yang berlawanan dengan Tui atau danau; di antara api dan danau terdapat Kun atau bumi yang berlawanan dengan Ken atau gunung; di antara kolam dan air terdapat Ch'ien atau langit yang berlawanan dengan Sun atau angin; di antara air dan guntur terdapat gunung yang tadi berlawanan dengan bumi; di antara guntur dan api terdapat angin yang tadi berlawanan dengan langit. PARA pengawal istana yang menjaga malam berserak dan bergerak tanpa dapat kuperkirakan apakah ruang kosong akan tetap tinggal kosong dan beg...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak