Hmm. Apakah dia yang disebut Harimau Perang itu? Kuingat kelebat bayangan yang membantai para pengawalnya sendiri di lautan kelabu gunung batu, karena para pengawalnya berbicara buruk tentang orang-orang kebiri. Kubuntuti dia menembus terowongan maut yang menghubungkan Daerah Perlindungan An Nam dan Negeri Atap Langit, yang tak selalu bisa dilewati orang dengan selamat, hanya berdasarkan petunjuk dari seutas rambutnya yang panjang.
Apakah dia sadar betapa diriku memang telah lama membuntutinya? Tanpa sempat kusadari kedudukan lambat laun berganti. Dari orang yang semula memburu, kemudian aku menjadi orang yang diburu. Ke manakah kiranya harus kualamatkan segala serangan gelap dari saat ke saat yang terus-menerus mengalir bagai tiada habisnya semenjak kuarungi lautan kelabu gunung batu?
Sebagian dari penyerang gelap itu mengakui atau dapat dipaksa mengakui keberasalan tugasnya, apakah itu dari Golongan Murni, Mahaguru Kupu-Kupu, bahkan Naga Hitam nun di Yavabhumipala, tetapi bagi sebagian besar lagi yang tidak jelas keberasalannya, mengapa tak harus datang dari Harimau Perang? Dengan caranya sendiri ia telah membuat Amrita terbunuh dalam penyerbuan ke Kota Thang-long, dan tiada alasan betapa ia tidak merasa diriku juga harus dibunuh.
Sejauh telah digenggamnya segenap keterangan tentang Amrita, harus diandaikan juga telah digenggamnya segenap keterangan tentang diriku, meski tak pernah dapat kuketahui seberapa jelas dan seberapa tepat semua keterangan itu. Apakah kiranya yang telah diketahui seorang Harimau Perang tentang diriku? Kukira telah diketahuinya segala sesuatu yang berhubungan dengan Amrita, setidaknya bahwa diriku selalu tampak bahu-membahu bertempur di sisinya, dalam setiap pertempuran antara gabungan pasukan pemberontak melawan pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam. Dalam kedudukannya sebagai kepala mata-mata pasukan pemberontak, sebelum menyeberang ke pihak lawan, tiada rahasia yang perlu disembunyikan dari Harimau Perang, karena dirinya memang berada di pihak kami.
Kukira diingatnya bahwa tak terhitung banyaknya prajurit maupun perwira lawan yang tewas di tangan kami berdua, dan terutama kukira dicatatnya bahwa siapa pun pembunuh yang dikirim dan disusupkan di antara pasukan lawan hanya untuk membunuh Amrita, akan selalu mati di tanganku. Dengan terdapatnya hubungan antara kami berdua, yang merupakan hubungan cinta, tidaklah terlalu mengherankan jika diriku akan tampak sebagai pengawal pribadinya. Maka tewasnya Panglima Amrita seorang tentu belum dapat dianggap cukup, jika tidak menamatkan pula riwayat pengawal pribadinya! Kuingat betapa di Kuil Pengabdian Sejati pun penyusup menyamar sebagai bhiksu dengan tugas membunuhku...
Kini, itukah Harimau Perang yang selama ini membayangi? Ciri-cirinya memang mirip. Rambut lurus panjang yang bahkan melebihi bahu, dua pedang panjang melengkung saling melintang di punggungnya, bertubuh tinggi besar dengan busana yang seperti melebarkan kedua bahunya, sehingga tampak gagah perkasa.
Apakah tatapannya dapat menembus permukaan air dalam kelam seperti ini? Yan Zi tentu sudah mengambil napas, tetapi aku sama sekali, dan berbeda dengan Naga Kecil yang hampir membunuhku jika tidak ditolong Amrita, aku tidak bernapas dengan insang. Namun jika kumunculkan kepalaku ke atas permukaan air kolam, kutahu apa pun itu, baik senjata rahasia beracun ataupun lesatan cahaya mematikan, pastilah akan menerjangku.
Yan Zi yang tampak mengerti segera memberikan sebatang buluh. Mungkin tadi ia menggunakannya, mencabutnya dari semak-semak tempat itik suka berenang mencari makanan. Dengan buluh itu aku bisa mengambil napas.
"Itu pedangnya?"
Di dalam air kami hanya bisa berbicara dengan Ilmu Bisikan Sukma.
Kami turun kembali menggunakan ilmu memberatkan tubuh. Di dasar kolam kami menyalurkan tenaga dalam kepada pedang yang masing-masing kami pegang, sampai pedang itu dapat diperhatikan bentuk maupun gurat ukirannya. Seperti pedang kembar, hanya yang dipegang Yan Zi guratan gambarnya adalah telapak tangan kanan, sedangkan yang kupegang guratan gambarnya adalah telapak tangan kiri. Inilah pasangan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan dan tangan kiri, artinya dibuat untuk membawakan Ilmu Pedang Mata Cahaya yang dimainkan satu orang.
Kuulurkan tanganku untuk menyerahkan pedang itu kepada Yan Zi. Bukankah untuk pedang ini segala alur cerita telah berlangsung dan terjadi?
Namun Yan Zi tidak segera menyambutnya. Bahkan tampak ragu-ragu.
Aku belum mengatakannya, meski dalam hati sudah berucap, "Mengapa?"
Saat itulah sesosok bayangan berkelebat dan datang menyerang! (bersambung)
#130 26: Dalam Tatapan Harimau Perang
November 9, 2014 - Posted by Unknown in Bagian 26
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 2:06 PM
#130 26: Dalam Tatapan Harimau Perang
4.5
5
Unknown
November 9, 2014
Kubuntuti dia menembus terowongan maut yang menghubungkan Daerah Perlindungan An Nam dan Negeri Atap Langit, yang tak selalu bisa dilewati orang dengan selamat,
Hmm. Apakah dia yang disebut Harimau Perang itu? Kuingat kelebat bayangan yang membantai para pengawalnya sendiri di lautan kelabu gunung ba...
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak