#139 28: Dalam Permainan Kekuasaan

November 18, 2014   

PARA penyusup, yang kuduga merupakan pembuka jalan bagi pasukan penyerbu, kembali ternganga. Dedaunan pohon xiong gemerisik di atas danau. Aku menelisik dengan pendengaranku, adakah seorang pengintai yang bisa membokong di balik dedaunan yang terus-menerus gemerisik karena angin, sehingga begitu tepat sebagai tempat persembunyian itu.

"Sekutu? Siapa namamu?"

Lagi-lagi pertanyaan itu!

"Oh, aku tidak mempunyai nama."

Mereka saling berpandangan. Aku sudah bersiap dengan tanggapan seperti yang biasa kuterima bila mendengar diriku tidak memiliki nama. Namun mereka membuat aku terkejut.

Mereka semua serentak menjura.

"Pendekar Tanpa Nama! Kami memang ditugaskan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang untuk menghubungi Tuan!"

Lantas mereka pun menjura lagi sambil menghadap Yan Zi.

"Kalau begitu Puan adalah Pendekar Yan Zi Si Walet! Maafkanlah segala kelancangan kami!"

Aku tertegun. Bagaimanakah sebenarnya siasat Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang ini? Mengepung kota untuk mengalihkan perhatian atas pencurian pedang mestika? Ataukah sebaliknya pencurian pedang mestika untuk mengalihkan perhatian atas pengepungan kota?

Aku teringat peti berisi uang emas di dasar Kolam Taiye, yang begitu berat menindih orang kebiri itu...

Apakah akan dengan tenang berada di sana sampai akhir zaman, atau menjadi rebutan dan barangkali sudah lenyap pula?

"Ah, besar sekali perhatian Yang Mulia Paduka terhadap maling-maling kecil seperti kami," kataku, "apakah kiranya yang ingin disampaikannya?"

"Yang Mulia meminta agar Tuan dan Puan berdua menghadap kepadanya," jawabnya, "Yang Mulia mendapatkan penjelasan yang simpang siur perihal kematian Kaki Angin dan Kipas Sakti."

Permintaan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itu tidak keliru, tetapi tidak ada pertanyaan sama sekali apakah pedang mestika sudah ditemukan, sedangkan pasukannya tetap saja menyerang Chang'an. Barangkali tujuan utamanya memang menyerang dan merebut Chang'an, bukan sekadar mengalihkan perhatian atas pencurian pedang.

Aku bertanya kepada Yan Zi melalui Ilmu Bisikan Sukma.

"Apa yang kamu lihat di sisi barat?"

"Sama seperti di sini," katanya.

Aku menoleh ke arah selatan. Tampak umbul-umbul merah dengan tulisan hitam berbunyi K'an atau air yang diikuti puluhan ribu pasukan berkuda.

"I Ching?" tanyaku lagi.

"Aku melihat umbul-umbul dengan tulisan Sun, Chen, dan Ken," jawabnya pula.

Angin, guntur, dan gunung. Lengkap sudah gelar pengepungan yang merujuk kepada mandala Kitab Perubahan atau I Ching. Apakah sekadar kebetulan jika Harimau Perang dan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang menata gelar pertahanan dan gelar penyerangan, dengan sama-sama mempergunakan I Ching?

''Mohon Puan dan Tuan dapat berangkat sekarang," kata mereka sahut-menyahut bergantian, "jika kami gagal mengajak Puan dan Tuan, tidak terbayangkan hukuman yang akan kami dapatkan."

Kali ini Yan Zi yang menyahut.

"Bagaimana dengan teman-teman kalian yang mati itu? Aku tidak meminta mereka menyerangku."

Orang yang berbicara itu menghela napas panjang sebelum menjawab.

"Kami akan menyampaikan bahwa saudara-saudara kami sudah bersikap gegabah terhadap Pendekar Walet, kiranya nasib mereka dapat diterima sebagai akibat yang setimpal.''

Aku menatap Yan Zi, mencari sesuatu dari wajahnya yang akan membuat diriku merasa lebih baik menolak ajakan menghadap Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang. Namun aku tidak menemukannya.

Kuingat Sun Tzu:

jika engkau tak bisa memilih pertarunganmu

haruslah engkau kembali kepada siasat

yang menambah kekuatanmu

dengan memecah kekuatan lawan 1

Seluruh barisan berhenti pada jarak 4 li 2. Cukup dekat sebagai kepungan, tetapi cukup jauh sebagai serangan. Ini berarti pengepungan itulah yang menjadi tujuan. Dulu disebutkan betapa kepentingan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang dengan tercurinya pedang mestika sebagai bagian dari pusaka kerajaan adalah jatuhnya kewibawaan istana. Namun jika kini Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri telah berada di tangan Yan Zi, apakah gunanya lagi kepungan ini?

Kukira sebaiknya aku berpikir bahwa Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang memiliki tujuan-tujuannya sendiri; atau juga mempertimbangkan kemungkinan terdapatnya suatu pihak yang mengendalikan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang, demi kepentingan yang dengan segala cara belum dapat kuduga.

"Bagaimana Tuan Pendekar? Mohon dengan hormat agar bersedia!"

Apakah ia mendesak atau terdesak demi keselamatan jiwanya sendiri?

Kupandang Yan Zi. Sepasang Pedang Mata Cahaya telah lengkap berada di tangannya.

"Kita turuti saja," katanya melalui Ilmu Bisikan Sukma, "Atas nama kehormatan pendekar, tetapi juga untuk menyatakan bahwa perjanjian kita dengan mereka sudah berakhir."

Aku berpikir keras. Betapapun Kaki Angin tewas di tanganku dan aku belum tahu bagaimana tanggapan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang tentang hal itu! (bersambung)


1 Melalui Sprague, op.cit., h. 145.

2 1 li telah disepakati sebagai 500 meter . Tengok Wikipedia.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 2:29 PM
#139 28: Dalam Permainan Kekuasaan 4.5 5 Unknown November 18, 2014 Aku berpikir keras. Betapapun Kaki Angin tewas di tanganku dan aku belum tahu bagaimana tanggapan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang tentang hal itu! PARA penyusup, yang kuduga merupakan pembuka jalan bagi pasukan penyerbu, kembali ternganga. Dedaunan pohon xiong gemerisik di atas danau. A...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak