Tembok-tembok pertahanan kota ini tidak akan dapat ditembus dengan mudah, tetapi suatu pengepungan tentu menimbulkan banyak masalah. Atas kepentingan apakah maka Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang masih merasa perlu menekan Chang'an? Mungkinkah ini arus yang berbalik karena pengejaran orang-orang Shannan yang masih terus dilakukan?
Melihat besarnya pasukan yang melakukan pengepungan itu, kukira ini dilakukan bukan demi tercurinya Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri. Mungkin sebaliknya, tetapi mungkin pula demi sesuatu yang belum kuketahui, terutama dengan terdapatnya peti uang emas di tempat yang semula terandaikan sebagai tempat penyimpanan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu, yang jumlahnya sangat meyakinkan sebagai bagian dari perbendaharaan negara.
Kuingat lagi bagaimana aku mendapatkan pedang itu. Bagaikan jatuh dari langit langsung ke tanganku! Siapakah dia orangnya yang telah mencurinya lebih dahulu, tetapi kemudian memberikannya kepadaku?
Pedang dan peti berisi uang emas. Dua masalah yang belum jelas. Aku teringat lagi orang-orang kebiri itu, dan bagaimana pendekar berambut lurus panjang dengan dua pedang panjang melengkung yang mencegatku, yang sebetulnya belum terlalu jelas bagiku apakah memang Harimau Perang atau bukan.
"Puan dan Tuan Pendekar! Mohon berangkat sekarang juga!"
Kini mereka semua bersimpuh lantas mengetuk-ngetukkan dahi mereka ke tanah.
"Baiklah," kataku.
Tiada lain yang bisa dilakukan Yan Zi selain mengikutiku. Kami memang telah mendapatkan pedang itu, tetapi tujuanku adalah mencari Harimau Perang. Sedangkan jika benar ia telah tewas tadi, aku masih tetap penasaran dengan kesamaan gelar pertahanan dan pengepungan yang keduanya teracu kepada I Ching.
Sun Tzu berkata:
Jika seorang panglima tidak bernyali
ia tak akan mampu menaklukkan keraguan
atau menggubah rancangan-rancangan besar 1
Dari 20 orang itu, sepuluh orang mengantar kami dan sepuluh yang lain memasuki kota. Kami berdua masing-masing mendapatkan seekor kuda dari yang mereka tunggangi, berarti dua orang dari mereka yang memasuki kota akan berjalan kaki, menyelusup di antara penduduk Chang'an yang sedang panik. Bisakah dibayangkan jika penduduk kota yang makmur dan selalu tidur nyenyak dengan mimpi terindah pada malam hari, suatu ketika terbangun dalam ancaman maut karena kota sungguh-sungguh telah terkepung?
Mula-mula mata kami harus ditutup dengan ikatan kain hitam. Namun dengan Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang dapatlah diketahui bahwa dari sepuluh orang yang mengantar kami itu, lima berada di depan dan lima yang lain di belakang. Jarak 4 li ini ketika ditempuh dengan kuda ternyata kami rasakan cukup jauh juga. Seseorang dari dalam kota dapat memacu kuda sampai mencapai jarak 2 li bahkan 3 li dan balik lagi, tanpa harus terkena bidikan anak panah atau lemparan tombak, tetapi terhadap pengepungan semacam ini jangan terlalu berharap bisa menembusnya.
Pada setiap jarak tertentu mereka bertukar kata sandi, yang setiap katanya membuktikan keteracuan gelar pengepungan ini kepada I Ching.
Dari arah tenggara yang teracu kepada Ch'ien atau langit mereka akan mendapat suatu kata dari pa kua, yang agaknya harus dijawab dengan menyebut pa kua di sebelah-menyebelahnya dalam mandala I Ching yang diacukan terhadap arah angin.
"Air!"
"Gunung dan langit!"
"Guntur!"
"Angin dan gunung!"
"Angin!"
"Guntur dan api!"
Kali ini jiwa kami memang tergantung kepada mereka, ketika kudengar suara rentangan tali busur yang menunjukkan betapa para pembidik jitu siap merajam kami dari segala arah dengan panahnya.
Dengan apa yang kuketahui tentang arah, kukira mereka membawa kami ke arah Gerbang Yanping yang tadi telah dilewati Yan Zi, dan masih berjalan terus ke arah Gerbang Jinguang tempat bagi pemimpin pengepungan ini telah didirikan sebuah tenda.
Tenda yang terbuat dari kulit binatang itu kudengar terbuka dan tertutup. Pemimpin regu yang membawa kami masuk menghadap, tapi sebentar kemudian telontar keluar sambil memuntahkan darah.
"Tolol!" Terdengar suara dari dalam. (bersambung)
1. Melalui Sprague, op.cit., h. 164
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak