#141 Para Pembelot di Pihak Lawan

November 20, 2014   

AKU seperti pernah mendengar suara ini.

"Buka tutup matanya!"

Kain hitam penutup mata kami pun dibuka.

Aku pun melihat orang itu. Panglima Zhen!

Yan Zi berbicara kepadaku melalui Ilmu Bisikan Sukma.

"Orang ini membelot. Semalam ia seperti pengabdi kerajaan yang setia dan memusuhi golongan hitam."

Bentrokan antarpengawal yang terjadi di Istana Daming semalam adalah bentrokan antara pasukan Jagal Maut yang didatangkan Harimau Perang dari rimba hijau dan pasukan Panglima Zhen. Kuingat wajahnya yang tajam menatapku sambil menyebut istilah satu itu dengan penuh kebencian, "Orang asing..."

Bangsa besar, kebudayaan besar, tak luput dari rongrongan jiwa-jiwa kecil.

"Kita tidak pernah tahu isi hati seseorang," kataku, "tunggu saja apa yang mau dia lakukan."

Panglima Zhen segera mengenali kami.

Segera pula ia bersimpuh dan menyembah-nyembah, mengetuk-ketukkan dahinya ke bumi.

"Mohon ampun Puan dan Tuan Pendekar! Kami tidak mengenali Puan dan Tuan semalam! Kami juga mohon ampun bagi perlakuan para utusan! Mereka tak paham bahwa menutup mata Pendekar Tanpa Nama dan Pendekar Yan Zi Si Walet adalah kesia-siaan, bahkan juga penghinaan! Sekali lagi mohon ampun!"

Aku segera menjura.

"Panglima Zhen yang perkasa! Kesalahan dilakukan oleh semua orang! Karena kita manusia maka kita pasti akan berbuat kesalahan! Panglima Zhen bangkitlah! Selalu ada cara memperbaiki kerusakan yang diakibatkan kesalahan!"

Lantas kuangkat dia agar berdiri lagi, tetapi aku segera mendekati kepala regu yang terlontar dan memuntahkan darah itu. Ia mengalami luka dalam, meskipun tidak terlalu parah, pukulan dengan tenaga dalam sebaiknya segera disembuhkan.

Kepala regu ini masih hidup karena juga memiliki tenaga dalam, tetapi mengapa Panglima Zhen perlu memukulnya dengan tenaga dalam, itulah yang menjadi pertanyaan. Jika seseorang memukul seseorang lain yang tidak siap dengan tenaga dalam, dapat diandaikan betapa dia ingin membunuhnya. Mengapa Panglima Zhen ingin membunuhnya? Apabila kesalahannya memang karena tiada gunanya ia menutup mataku dan mata Yan Zi dengan kain hitam, setidaknya itulah yang dijadikan alasan, aku merasa wajib menolongnya. Persaingan antarkelompok kukira adalah alasan yang paling memungkinkan.

Kudekati kepala regu itu, kubalikkan tubuhnya yang tengkurap seperti orang mati. Ia mendesis ketika melihatku.

"Pendekar Tanpa Nama, hati-hatilah," katanya dengan suara sangat pelan, sehingga kemungkinan hanya akulah yang mendengarnya.

Kutenangkan dirinya dengan pandangan mata, kutempelkan telapak tangan pada uluhati tempat dia terpukul, untuk menyalurkan ki atau tenaga prana yang kuserap melalui telapak tangan kanan dari matahari. Tenaga prana yang memasuki tubuhnya mendorong limbah dari bagian tubuh yang rusak itu keluar, sehingga tubuh bisa lebih cepat menyembuhkan dirinya sendiri 1.

Laozi berkata:

Ia yang mati

tetapi dayanya tetap

akan hidup lama 2

Setelah orang itu dibawa pergi, Panglima Zhen mengajak kami memasuki tenda, tetapi aku berkata, "Kawan yang dipukul oleh Panglima Zhen itu mengajak kami untuk bertemu dengan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang. Jika di dalam tenda itu tidak dapat kami menjumpainya, lebih baik kami pergi saja."

Panglima Zhen mengedarkan pandang kepada orang-orang di sekitarnya, lantas berkata pula, "Tidakkah Pendekar Tanpa Nama mengetahuinya bahwa Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itu tidak pernah memperlihatkan dirinya?"

"Itulah yang pernah kami alami, tetapi jika Yang Mulia bisa berbicara tanpa harus bertatap muka, tentu tidak perlu mengutus duapuluh penyusup andal untuk mencari kami."

Mendengar jawabanku itu, Panglima Zhen memberi tanda, dan segera setelah itu kami telah dikepung sepasukan pengawal bersenjata. Mereka mengenakan seragam Pengawal Burung Emas, tetapi berada di pihak para pengepung.

Yan Zi tampak sudah gatal mencabut pedangnya, tetapi kuberi isyarat agar jangan terlalu cepat bertindak. Aku memang sangat khawatir bahwa Yan Zi ingin selalu menguji kedahsyatan kedua pedangnya itu. Jika dengan sekali cabut satu pedangnya saja 50 nyawa bisa langsung melayang hanya karena pantulannya, maka jumlah itu tentu bisa berkali-kali lipat jika keduanya dikeluarkan dan dimainkan dengan jurus-jurus penyebar maut pula.

Padahal mereka sudah siap menyerang! (bersambung)


1. Merujuk kepada Choa Kok Sui, Ilmu dan Seni Penyembuhan dengan Tenaga Prana [1988 (1983)], h. 19.
2. Melalui Lin Yutang (peny.), The Wisdom of China and India (1942), h. 602.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 3:08 PM
#141 Para Pembelot di Pihak Lawan 4.5 5 Unknown November 20, 2014 Laozi berkata: Ia yang mati tetapi dayanya tetap akan hidup lama - The Wisdom of China and India (1942), h. 602. AKU seperti pernah mendengar suara ini. "Buka tutup matanya!" Kain hitam penutup mata kami pun dibuka. Aku pun melihat orang...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak