"Maafkanlah kami pengembara lata yang bodoh ini, yang telah sampai ke tempat ini hanya dengan satu pengertian, yakni diminta untuk menemui Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang, yang akan mempertanyakan perihal kematian Kaki Angin dan Kipas Sakti. Kami akan tetap tinggal di tempat jika Yang Mulia Paduka dapat kami temui. Kiranya ini bukan permintaan berlebihan."
Terdengar suara tawa yang menunjukkan pengertian. Namun tawa itu segera berhenti. Saat tawa itu berhenti, mereka yang menyungkum tanah semuanya berdiri, menghunus senjata, termasuk 200 pemanah yang mementang tali busur dengan anak panah siap meluncur.
"Utusan kami salah mengerti, bahkan dewa-dewa pun tidak akan dapat menghadirkan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang, itulah sebabnya ia mengalami kematian."
Jadi bukan masalah ikatan kain hitam yang sebetulnya merupakan tindakan terbaik seorang pengawal terhadap tahanan dan tawanan.
Lagi-lagi aku menjura.
"Jika demikian halnya, maafkan! Tidak semestinya kami berada di sini!"
Seusai kalimat itu kami pun menyerang lebih dulu. Dengan Jurus Tanpa Bentuk putuslah 200 tali busur, dan dalam sekali pantulan dari sepasang Pedang Mata Cahaya, segenap senjata yang terhunus dapat dipentalkan.
Yan Zi lantas berkelebat memutari tenda sambil mengiris bagian bawahnya, dan merosotlah tenda itu tanpa memperlihatkan seorang pun di dalamnya.
"Lihat," kataku kepada para pengepung itu, "kalian diperintah oleh seseorang yang tidak ada."
Mereka ternganga, tetapi saat itu pula terdengar suara aba-aba yang bersahutan sepanjang padang dari panglima satu ke panglima lain, diiringi aba-aba gerak pasukan melalui bendera dan umbul-umbul, sehingga balatentara yang mengepung seluruh Chang'an itu pun bergerak maju bagaikan binatang melata raksasa yang belum diketahui jenisnya, dengan kotaraya sebagai santapannya!
Para pengepung kami tak lama ternganga. Dengan segera mereka menggabungkan diri dengan pergerakan balatentara, yang meskipun tampak lambat tetapi kerampakan langkahnya menggetarkan. Tambur dan terompet kerang bersahut-sahutan bagai meramalkan isak tangis dan jeritan berkepanjangan. Sun Tzu berkata:
karena suara-suara
tak mengatasi suara pertempuran
digunakan tambur dan gong;
karena prajurit tak dapat
melihat jelas dalam pertempuran
digunakan bendera dan panji-panji;
gong, tambur, bendera, panji-panji
digunakan agar
gerak pasukan tersatukan.
Apakah balatentara sebesar ini, jika tidak 80.000 tentu 160.000 jumlahnya, terjamin akan menang? Sun Tzu berkata lagi:
selama pasukan dapat dipadukan
yang berani tak dapat maju sendiri
yang pengecut tak mungkin mundur;
inilah seni mengatur balatentara
waktu bertempur malam hari
gunakan banyak lampu dan tambur
siang hari gunakan pataka dan bendera
agar prajurit tetap bersama
melalui pandangan dan suara 1
Segera terbayang pengalaman perang di An Nam yang mengenaskan. Apakah semua itu akan berulang?
Pertahanan Chang'an sepanjang tembok tampak meyakinkan, setidaknya untuk hari ini. Namun jika serangan dilakukan silih berganti berhari-hari dan bermalam-malam dalam waktu terpanjang, sampai berapa lama Chang'an bisa bertahan? Kotaraya itu memerlukan pasokan bahan pangan dari pedalaman, dan ibarat kata semut pun sulit menembus lingkar pasukan seketat ini.
Barisan yang berjalan kaki melangkah rampak di depan bagaikan gelombang yang tenang tetapi penuh kepastian. Pasukan pemberontak ini tidak mengenakan seragam tetapi berbusana tempur dan tampak sangat terlatih, karena mungkin berasal dari kesatuan pasukan kerajaan!
Pasukan berkuda masih berdiam diri dan menunggu agar seluruh barisan yang berjalan kaki melewatinya. Siasat apa yang akan mereka gunakan? Kami harus membaca gerak bendera dan umbul-umbul itu.
Dengan ilmu Naga Berlari di Atas Langit aku melesat diiringi Yan Zi menempuh jarak 4 li kembali ke Chang'an.
"Kita putari sekali lagi dan baca bahasa sandi gerak benderanya," kataku.
Demikianlah kami berpisah setelah jarak kami tinggal 2 li. Yan berbelok menuju tembok selatan dan aku berbelok menuju tembok pertahanan timur. Kami masing-masing akan melayang ke atas tembok, dan sambil mengelilinginya akan memperhatikan bahasa kibaran benderanya di setiap sisi untuk menafsirkan siasat apa kiranya yang dijalankan balatentara Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang.
Namun tindakan memata-matai ini dalam setiap pertempuran selalu telah dipersiapkan pencegahannya. Waktu aku melayang seperti burung dan hinggap di puncak Gerbang Yanxing di sisi timur, ternyata melayang pula seorang penyoren pedang, yang sembari meluncur dengan pedang terhunus ke arah dadaku, telah melesatkan lima pisau terbang ke lima titik di tubuhku yang akan mematikan! (bersambung)
1. Sun Tzu, The Art of War: The cornerstone of Chinese strategy, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Chou-Wing Chohan dan Abe Bellenteen (2003), h. 44.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak