Dengan menghablurnya tubuh dan segala yang berada bersamanya, diriku hadir seperti udara yang bisa menembus benda padat, dan sebaliknya benda-benda padat tak memberi pengaruh apa pun jika melintas dan menembusi diriku. Namun karena aku bukan hanya benda, dapat kupadatkan tanganku agar benda padat atau benda cair yang ingin kupegang dapatlah dipegang tanganku. Kemampuan terakhir ini yang terpenting dalam ilmu penyusupan, karena tugas seorang penyusup bukan hanya mengamati, melainkan juga mencuri dan tidak jarang juga mengakhiri riwayat hidup seseorang. Pengetahuan semacam ini membuat ilmu penyusupan tidak hanya dipelajari perkumpulan rahasia yang biasa menjalankannya, melainkan juga yang berkepentingan untuk mencegahnya!
Dalam ilmu halimunan, seseorang harus juga menggunakan ilmu yang sama untuk memergoki kemungkinan penyusupan. Ibarat kata meronda, meskipun kepekaan seorang pengawal atau penjaga malam akan sangat membantu, hanya jika dirinya memiliki dan menggunakan ilmu halimunan maka penyusup yang juga menggunakan ilmu itu dapat dipergokinya. Betapapun, meski merupakan pengetahuan yang jamak, tidak terlalu mudah menguasai ilmu ini, sehingga tidak banyak lagi yang menguasainya, dan bukan tidak sering hanya dianggap sebagai dongeng.
"Siapa kamu?!"
Orang ini menyerang dengan dua pedang dan menurutku gerakannya sangat cantik. Kedua pedangnya mengurungku bagaikan diriku berada di dalam kurungan baling-baling. Dalam keadaan biasa diriku tentu dapat menghilang dan muncul lagi di belakangnya, tetapi mendapat serangan dari lawan yang juga menggunakan ilmu halimunan, aku tidak mungkin menghilang untuk kedua kalinya. Maka aku pun hanya bisa mengandalkan kecepatan untuk mengatasinya.
Dalam I Ching disebutkan:
serang si bodoh muda 1
Kata-kata itu bisa berlaku bagiku, yang merasa setelah menggunakan ilmu bunglon dan ilmu halimunan secara bersamaan, dengan gegabah mengira tak seorang pun akan bisa melihatku. Ternyata Pasukan Hutan Bersayap itu memang setiap orangnya terbukti sakti.
"Penyusup!" Katanya lagi.
Maka semua orang yang berada di sekitar itu menoleh ke arah kami, dan semua orang itu ternyata menyerangku!
Bagaimana aku tidak akan terperanjat? Benarkah mereka semua dapat melihatku? Setidaknya enam pendorong gerobak yang pertama ditambah enam pendorong gerobak yang kedua, dan satu orang yang memergokiku itu, semuanya dapat melihatku, dan artinya penghabluran tubuh tidak berlaku - mereka dapat melukai dan membunuhku! Apakah ilmu halimunanku yang berhasil dipudarkan ataukah memang benar ketigabelas orang ini menguasai ilmu halimunan sebagai persyaratan ilmu penjagaan?
Gelombang serangan menggulungku dengan jurus-jurus maut. Mereka tidak hanya ingin membunuhku, mereka juga ingin mencacah-cacah tubuhku, tetapi siapakah kiranya yang mau tubuhnya dicacah seperti itu? Jurus-jurus ilmu pedang mereka begitu padu dan tampak telah sering digunakan dalam pertarungan kelompok melawan kelompok, membuktikan pekerjaan mereka yang terpuji sebagai pengawal maharaja. Bukankah orang yang berbakti dan mengabdi memang harus dihargai?
Kutambah kecepatanku sampai kepada tingkat gerakan mereka tampak begitu lambat, lantas satu per satu kutotok mereka dengan Totokan Lupa Peristiwa, agar mereka tak mengenaliku jika pada suatu hari bertemu lagi di jalanan Chang'an. Ya, aku masih belum membongkar rahasia ketidakjelasan Harimau Perang, sehingga meski Yan Zi sudah bisa pulang dengan sepasang Pedang Mata Cahaya di tangannya, aku tidak bisa melakukannya. Apalagi penduduk Chang'an kini terancam malapetaka besar yang tak terbayangkan, dan Yan Zi sendiri tak kunjung bisa kutemukan!
Duabelas orang roboh terkulai seperti karung kosong tanpa harus kucabut nyawanya. Ilmu halimunan mereka pudar dan kupudarkan pula ilmu halimunanku. Kusisakan orang yang tadi menyerangku, kedua pedangnya sudah berada di tanganku. Seperti yang lain, ia juga mengenakan seragam Pasukan Hutan Bersayap, yang bukan sekadar bertugas mengawal istana, tetapi bertugas menjaga keselamatan maharaja.
Ia menatapku dengan tajam, dalam ketakberdayaan karena totokan biasa, bukan Totokan Lupa Peristiwa, ia masih mengajukan pertanyaan yang selalu sulit kujawab.
"Siapa kamu?!" (bersambung)
1. Hexagram ke-4, baris ke-6. Melalui ''Strategy 17'' dalam Moriya, op.cit., h. 120.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak