Ilmu silat Harimau Perang konon tinggi sekali, dan ilmu silat dari siapa pun yang bentrok denganku juga sangat tinggi. Jika yang pertama berhasil dibabat lehernya oleh Yan Zi tadi pagi, terhadap yang kedua ini juga terbuka peluang setipis kecepatan cahaya bagiku untuk membuatnya mengalami nasib yang sama.
Namun ternyata kubiarkan saja dia berkelebat menghilang. Pedangnya turun dan menancap di tanah berdampingan saling bersilang seperti pasangan yang sulit dipisahkan.
Aku merasa bersyukur telah berhasil menahan diri untuk tidak membunuhnya, meski peluang setipis kecepatan cahaya untuk membabat putus lehernya mungkin tidak akan pernah datang lagi. Aku tidak membunuhnya bukan karena aku berpura-pura berjiwa besar, melainkan karena jika ia adalah Harimau Perang dan tidak bernyawa lagi sekarang, maka aku tidak akan pernah mendapat jawaban atas selimut kabut yang menyelimuti gugurnya Amrita di Thang-long, ketika ia berucap dengan lemah di pangkuanku, "Harimau Perang... Merusak segalanya..."
Kubuang kedua pedang yang kupegang dan kuambil kedua pedang panjang melengkung itu. Aku akan kembali ke Kolam Taiye. Kuingat penyandera Yan Zi itu juga menyoren dua pedang panjang melengkung yang sama, dan karena itu membawa sarung pedang panjang yang saling melintang di punggungnya.
Aku akan mengambilnya dan menyarungkan kedua pedang panjang melengkung itu dan memasangnya saling melintang di punggungku. Aku akan terus memasangnya karena dunia persilatan kukira mengenal cerita tentang dua pedang panjang melengkung milik Harimau Perang, meskipun belum tentu pernah melihatnya. Selama kedua pedang itu dilihat banyak orang tersoren di punggungku, baginya akan merupakan penghinaan dan akan menjadi bahan cerita yang terus diperbincangkan dari kedai ke kedai.
Akan kulenyapkan kedua pedang panjang yang pemiliknya kehilangan kedua lengan sebelum kehilangan kepalanya itu, dengan cara melelehkannya melalui penyaluran tenaga dalam, agar tidak ditemukan oleh pemilik pedang yang kubawa sekarang untuk menggantikannya.
Kuharap dengan begitu dialah yang akan mencariku dan merebut kedua pedangnya, karena jika diriku yang mesti mencarinya, terbukti sama saja seperti mencari jarum pada tumpukan jerami. Dialah yang harus datang kepadaku untuk mengambilnya, dan pada saat itulah akan kutanyakan perihal rahasia kematian Panglima Amrita Vigneshvara yang diserang dari belakang. Apakah dia akan meminta kembali pedang itu dengan santun, menantangku bertarung, ataupun menyerangku secara gelap saat aku tidur, makan, berjalan, maupun berperang, biarlah dia datang, karena bagaimanapun caranya itulah yang sangat kuharapkan!
Seorang pendekar memang diharapkan rendah hati dan merendahkan diri, tetapi pada saat yang dibutuhkan ia harus maju dengan berani.
Dalam I Ching disebutkan:
wuwungan terkulai adalah disukai
mempunyai tujuan dalam pandangan jaya! 1
Telah kutinggalkan Taman Terlarang, telah kuambil sarung pedang panjang melengkung yang masih berada pada punggung tubuh tanpa kepala dan tanpa lengan di tepi Kolam Taiye, lantas melayang masuk kota dan melenting dari genting ke genting menuju Penginapan Teratai Emas.
Suasana kotaraja penuh dengan kepanikan, karena pasukan penyerbu yang merayapi tembok dengan tangga maupun ilmu cicak, mulai lolos dari pagar betis sepanjang empat sisi tembok. Bukan para Pengawal Burung Emas yang mempertahankan kota saja yang dilengkapi pasukan pemanah dan penyumpit jitu, tetapi juga setelah pasukan berjalan kaki yang berlari-lari mendekati tembok sambil membawa tangga habis dan mengerumuni empat sisi, muncul pasukan pemanah di belakangnya.
Tampaknya saja ribuan anak panah yang dilepaskan para penyerbu itu mengarah ke langit, tetapi justru ketika turun itulah panah-panah tertajam itu seperti mendapat daya dorong tambahan, dan melesat secepat kilat ke arah mangsanya . Tidaklah begitu mudah menangkis, menepis, atau berkelit dari hujan anak panah yang turun dari langit hanya untuk merajam, jika perisai, baju zirah, baju tamsir, yang biasanya tak tertembus senjata tajam kini dengan mudah berlubang. (bersambung)
1. Hexagram ke-28, dalam I Ching: The Book of Change, terjemahan ke bahasa Inggris oleh John Blofeld [1980 (1965)], h. 141.
Lanjutannya mana???
ReplyDeletemaaf postingnya telat :)
Delete