#157 Para Penjahat Kambuhan

December 6, 2014   

PEKIK kesakitan, jerit kepedihan, raung amukan, bentak kenekatan, dan rintih keputusasaan terdengar silih berganti dibawa angin dari atas tembok pertahanan Kotaraja Chang'an. Balatentara pasukan pemberontak yang dipimpin Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang masih juga berusaha menembus sudut tenggara, yang tidak bertembok melainkan bertaman dan berdanau, karena dianggap merupakan titik terlemah, tetapi di sinilah korban terbesar pada pihak pemberontak berjatuhan.

Setelah kehilangan 8.000 anggota pasukan berkuda lengkap dengan kudanya pada serangan pertama, kesatuan di bawah umbul-umbul Langit memang segera menahan diri, tetapi dalam keterlanjuran sudah maju terlalu dekat dengan semak gerumbul taman, berhamburanlah jarum-jarum beracun dari balik rimbun xiong ke arah sisa pasukan, dan hanya yang serentak memutar pedangnya seperti baling-baling berkemungkinan mendapat keselamatan. Racun jarum sumpit telah dikenal ganas dan kejam, ketika sedikit saja tergores segera saja merusak darah dan menghentikan jantung.

Semakin tinggi matahari pertempuran tidak semakin mereda, bahkan semakin menggila dengan gelombang serbuan yang seperti tiada habisnya. Sudah jelas bahwa gagasan tentang pengepungan kotaraja, yang semula disebut untuk mengalihkan perhatian dari pencurian pedang, harus dilupakan, karena yang terjadi adalah justru pencurian pedang itulah yang seperti merupakan pemecah perhatian demi berhasilnya penyerbuan - meski pencurian berpeti-peti uang emas milik negara di Istana Daming sangat mungkin pula harus dipertimbangkan sebagai bagian dari rencana keseluruhan. Aku hanya belum mengetahui bagaimanakah semua itu saling berhubungan.

Aku juga tidak tahu di mana Yan Zi sekarang. Korban besar-besaran di pojok tenggara memang mengakibatkan serangan dihentikan, tetapi di bagian lain sama sekali tidak ada perubahan, bahkan pasukan berkuda yang semula digabungkan dengan maksud menerobos sudut tenggara yang tanpa tembok, telah ditarik kembali ke tempat semula, bersiap menerobos gerbang setiap saat jika terbuka. Demikianlah Kotaraja Chang'an terancam dari empat jurusan, termasuk dari utara yang ternyata juga mulai dikepung seperti terjadi pada sisi-sisi tembok pertahanan lainnya. Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang agaknya mengerahkan seluruh jaringan pemberontak sekutunya.

Tertulis dalam I Ching:

bertemu yang lain di padang terbuka

jaya!

mangkus

guna menyeberangi sungai besar

ketekunan itu mangkus

guna suatu kuasa yang berharga 1


Keadaan itulah yang membuat perjalananku ke Penginapan Teratai Emas tertunda-tunda, karena terutama di jalan terdekat sepanjang tembok pertahanan berlangsung kekacauan luar biasa akibat perang. Bukan hanya sebagian dari ribuan anak panah yang turun dari langit telah menyambar ke balik tembok pertahanan, menancap kepada tubuh siapa pun, apakah sedang berlari atau sedang makan, tetapi para penyerbu yang lolos dari segala hambatan pun, ketika menuju gerbang terus-menerus menyebar maut, tanpa memilih-milih korban, apakah itu anggota pasukan kerajaan atau orang awam di jalanan.

Tidak dapat kutinggalkan begitu saja orang tua, perempuan, dan kanak-kanak yang terkapar bersimbah darah karena tertancap panah atau tersambar sabetan pedang. Dari atas genting aku melayang turun, menyambar seorang gadis kecil yang tampak akan terinjak kuda lepas. Kularikan anak gadis itu dengan melenting kembali dari genting ke genting, dan turun di sebuah tempat perawatan yang dibuat oleh para Pengawal Burung Emas. Kuserahkan anak yang menangis terus-menerus itu di sana.

Aku masih harus mencari Yan Zi. Kenapa ia tiba-tiba menghilang?

Suasana panik menguasai seluruh Chang'an, karena bukanlah sekadar para penyerbu yang berhasil lolos dari hadangan dengan sendirinya menimbulkan kepanikan, tetapi juga para penjahat kambuhan merajalela karena kurangnya pengawasan. Ketika para penyerbu masih tertahan di luar tembok, para penjahat itu sudah menjarah dan penjagaan ketertiban sungguh terbelah, antara mengatasi ancaman dari luar atau menangkap penjahat yang bersembunyi dari lorong ke lorong.

Aku melewati jalan biasa menuju ke Penginapan Teratai Emas. Dalam suasana kepanikan kuperhatikan ada saja orang melihatku dengan pandangan heran.

Baru kemudian kusadari, bukanlah diriku yang menarik perhatian, melainkan kedua pedang panjang melengkung yang saling melintang di punggungku itu!

Hanya soal waktu sebelum pemilik pedang itu mengetahuinya - dan memang begitulah harapanku!

Ke manakah Yan Zi? Di manakah dia sekarang? Apa yang dilakukannya?

Aku sudah memasuki Petak Teruna dan melihat Penginapan Teratai Emas. Sudah jelas tempat itu telah dijarah. Padahal kutinggalkan Pedang Cakar Elang yang mewakili diri Elang Merah untuk membela diriku di dalam bilik! (bersambung)


1. Hexagram ke-13, dalam The Original I Ching, terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Margaret J. Pearson (2011), h. 98
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 9:39 PM
#157 Para Penjahat Kambuhan 4.5 5 Unknown December 6, 2014 Tertulis dalam I Ching: bertemu yang lain di padang terbuka jaya! mangkus guna menyeberangi sungai besar ketekunan itu mangkus guna suatu kuasa yang berharga. - The Original I Ching oleh Margaret J. Pearson (2011) PEKIK kesakitan, jerit kepedihan, raung amukan, bentak kenekatan, dan rintih keputusasaan terdengar silih berganti dibawa angin dari atas te...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak