Mereka yang lolos tampaknya hanya mendapatkan satu tugas yang sama, yakni membuka pintu gerbang, sehingga dari titik mana pun mereka berhasil menembus pertahanan, semuanya mengalir ke arah pintu gerbang. Maka di sana pula penjagaan dipusatkan, karena sekali pintu gerbang terbuka, dan pasukan berkuda mengalir masuk ke dalam, tiada jaminan apakah kotaraja menjadi lebih mudah dipertahankan. Dengan semakin banyaknya mereka yang lolos dari atas tembok dan langsung berloncatan ke pintu gerbang, pertahanan di tempat itulah kurasa yang harus diberi bantuan.
"Bantu mereka yang di pintu gerbang," kataku kepada Elang Muda, "supaya nanti malam tidak ada lawan masih berada di dalam, dan kita semua bisa tidur dengan sedikit lebih tenang."
Tanpa perlu menjawab, Elang Muda langsung berkelebat ke Gerbang Chunming di sisi timur yang paling dekat dengan Penginapan Teratai Emas, dan setidaknya lima Pengawal Burung Emas langsung kehilangan lawan, karena mereka menjadi korban Jurus Elang Menyambar Mangsa, yang menjadi semakin berbahaya apabila Elang Muda sekarang menggunakan Pedang Cakar Elang.
Dalam kekacauan pertempuran yang serbakasar, ganas, dan kejam, Elang Muda tampak melenting-lenting dengan ringan seperti terbang, meski setiap kali menukik dan menyambar turun, para penyerbu yang semula cukup beruntung lolos dari maut segera kehilangan keberuntungannya, bergelimpangan tanpa nyawa dan tanpa kepastian apakah tempat berkuburnya akan terjelaskan. Demikianlah kusaksikan betapa segala keindahan geraknya mengingatkanku kepada Elang Merah yang memberikan perasaan rawan.
Kong Fuzi berkata:
tanpa itu sudah beruntung
jika hidupnya selamat 1
Sempat kuhela napas panjang. Seberapa jauh kami telah bersikap jujur? Elang Merah tidak pernah menyatakan perasaannya kepadaku, aku pun tidak pernah menyatakan perasaanku kepada Elang Merah. Bukankah tidak pernah ada keadaan yang memungkinkan dan memberi kesempatan untuk itu? Kukira kami masing-masing bahkan tidak pernah memikirkannya. Namun sekarang di tengah pertempuran yang begitu purba dan penuh darah bercipratan ini, aku tidak bisa berhenti memikirkan Elang Merah.
Kulihat seorang penyerbu yang sedikit berilmu melenting ke atas seperti ingin mengimbangi Elang Muda, tetapi Jurus Elang Menyambar Mangsa segera menggulungnya dan dengan segala hormat Pedang Cakar Elang secepat kilat telah menancap dan dicabut kembali dari jantungnya. Ia pun melayang jatuh dan terbanting ke tanah sebagai benda mati.
Dalam waktu singkat Elang Muda sudah kehilangan lawan, tiada satu pun anggota pasukan musuh di tempat itu. Para Pengawal Burung Emas melihat kepada Elang Muda dengan perasaan tak terucapkan. Meskipun cerita tentang dunia persilatan sudah sering mereka dengar dari kedai ke kedai, tetapi tidak semua orang cukup beruntung untuk melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana dengan ilmu meringankan tubuh seorang pendekar bisa melenting-lenting di atas kepala mereka, lantas berkelebat, dan menghilang.
Kuberi tanda kepada Elang Muda agar mengikutiku, dan kami pun segera melayang dari bawah dan hinggap dengan ringan seperti burung bangau di atas tembok perbentengan. Tembok yang begitu tebal dan panjang di atas Gerbang Chunming itu kini semakin penuh dengan pasukan penyerbu yang berhasil menepis segala panah dan tombak betapapun telah terbidik dan terlemparkan dengan jitu. Tidak sedikit di antara mereka bertarung dengan panah masih menempel pada bahu atau punggungnya, apabila panah itu memang menancap pada bagian tubuh yang tidak mematikan.
"Kita bersihkan empat sisi tembok ini," kataku, "tapi jangan menambah korban, beri saja mereka totokan."
"Semuanya?"
"Ya, semuanya!" (bersambung)
1. Arthur Waley, The Analects of Confucius [1938 (1980)], h. 119.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak