#160 Bercak Darah Semburat Sepanjang Tembok

December 9, 2014   

MATAHARI sudah tinggi dan alam terang benderang, tetapi harus pula kukatakan betapa pada bulan yang di Yavabhumipala disebut bulan Caitra atau bulan kesembilan 1, meskipun suhu udara disebut hangat dan menyenangkan oleh penduduk Chang'an, bagiku yang datang jauh dari selatan masihlah terlalu dingin, apalagi bila malam 2.

Aku tidak tahu seberapa jauh suhu telah diperhitungkan, tetapi dapat kubayangkan betapa dengan suhu seperti ini orang-orang Negeri Atap Langit yang suka bertempur akan berkata, saat menggeliat sambil menatap langit, ''Cuaca yang baik untuk berperang.'' Maka, apabila perang telah menjadi kegemaran, apalagi yang bisa dikatakan tentang yang menyerang maupun yang diserang, ketika pertarungan dan peperangan dinikmati sebagai permainan?

Perbentengan Kotaraja Chang'an di sisi timur, yang memutih berkilauan dalam sorotan cahaya, mulai berkurang kilauannya karena bercak-bercak darah yang semburat di sepanjang tembok. Semua tidak mengurangi nyali para penyerbu, yang terus berdatangan seperti semut, yang setiap kali diusir selalu kembali lagi. Kemampuan para Pengawal Burung Emas tak dapat disangkal, tetapi tugas mempertahankan kota sebetulnya dijalankan pasukan tempur, yang tersita oleh penjagaan dalam ketegangan tiada habisnya di perbatasan barat dan utara. Sisa pasukan yang seharusnya berada di dalam kota sebagian mengikuti maharaja ke luar kota, dan sisa dari yang tersisa itulah kini bahu-membahu sepanjang tembok menahan arus serbuan balatentara kaum pemberontak yang bergelombang.

Maka betapapun unggulnya pasukan pemerintah Wangsa Tang, selain Pasukan Hutan Bersayap tak bisa dimanfaatkan karena terutama untuk menjaga Istana Daming, gelombang serbuan itu sungguh tampak mengkhawatirkan.

Kuingat pengalamanku bersama gabungan pasukan pemberontak di Daerah Perlindungan An Nam dalam pengepungan Kota Thang-long, bahwa salah satu cara membobol titik pertahanan terkuat adalah mengirim penyusup berilmu tinggi. Misalnya terdapat suatu kubu, tempat satu regu pemanah jitu yang terdiri atas dua belas orang telah menjatuhkan puluhan orang, termasuk mengincar, membidik, dan menjatuhkan para perwira andalan yang sangat menentukan dalam kalah menangnya perang. Kubu seperti ini biasanya menjadi titik penting yang dijaga prajurit pilihan, karena diketahui akan menjadi sasaran untuk dilumpuhkan. Namun jika yang dikirim berasal dari dunia persilatan, seperti yang dilakukan para pemberontak pada waktu itu, tiada jaminan bahwa kubu yang sangat penting itu bisa tetap dipertahankan.

Elang Muda tahu apa yang kumaksudkan. Biarlah prajurit bertarung melawan prajurit, dan biarlah mereka yang berasal dari dunia persilatan menghadapi lawan yang juga berasal dari dunia persilatan, tempat jurus maut dihadapi dengan jurus maut, kelebat ditandingi dengan kelebat, tenaga dalam dilawan dengan tenaga dalam.

Kulihat bagaimana ia melesat dan melenting untuk turun menyambar mangsanya seperti burung elang terbang melayang, ke arah Gerbang Yanxing dan terus ke arah tenggara yang tanpa tembok itu, sementara aku melesat ke arah sebaliknya.

Dari Gerbang Chunming aku melesat ke utara, berlari di atas tembok dengan Ilmu Naga Berlari di Atas Langit. Kecepatan yang begitu tinggi membuat segalanya tampak begitu lambat, amat sangat-sangat lambat, bagaikan tiada lagi yang lambat, nyaris bagaikan berhenti, sehingga dengan mudah aku bisa menotok jalan darah siapa pun yang dianggap cukup tinggi ilmunya untuk melumpuhkan kubu-kubu ini.

Kadang ada yang sempat melihatku tetapi tidak sempat berbuat apa pun untuk menangkis atau mengelak apalagi membalas dan dengan sedih hanya bisa menerima totokan. Namun lebih banyak lagi yang tidak menyadari betapa sebuah totokan pada tengkuk, leher, atau bagian tubuh manapun, telah membuat tubuh mereka mendadak lemas dan membuat mereka terkulai seperti karung yang mendadak kehilangan isi.

Namun bukan tak sering kubu itu sudah terkalahkan, para pemanah jitu maupun seregu pengawalnya tewas bergelimpangan. Kadang karena pembunuhnya masih sempat terlihat menembus masuk kota, melompat dan melenting tak terkejar ke atap bangunan di seberang tembok perbentengan, aku masih sempat pula mengirimkan totokan dari jarak yang jauh. Namun jika sudah tidak terlihat lagi, maka jejaknya harus dilacak sampai penyusup itu dilumpuhkan, hidup atau mati! (bersambung)


1. Antara 12 Maret - 11 April. Mengacu "Nama Bulan" dalam I Ketut Riana, Kakawin Desa Warnnana uthawi Nagara Krtagama: Masa Keemasan Majapahit (2009), h. xxiv.

2. Terdapat empat wilayah musim di Tiongkok, utara, timur, barat dan selatan. Chang'an yang terletak di Xi'an sekarang berada di tengah, agak ke utara dan agak ke timur. Di utara maupun timur pada bulan Maret sampai Mei suhu antara 15-20 derajat Celcius, tetapi hanya untuk utara disebut suhu bisa dingin bila malam. Tengok peta dalam Helen Wong's Tour: China (2013-14), h. 4-5.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 3:54 PM
#160 Bercak Darah Semburat Sepanjang Tembok 4.5 5 Unknown December 9, 2014 MATAHARI sudah tinggi dan alam terang benderang, tetapi harus pula kukatakan betapa pada bulan yang di Yavabhumipala disebut bulan Caitra atau bulan kesembilan, meskipun suhu udara disebut hangat dan menyenangkan oleh penduduk Chang'an, bagiku yang datang jauh dari selatan masihlah terlalu dingin, apalagi bila malam MATAHARI sudah tinggi dan alam terang benderang, tetapi harus pula kukatakan betapa pada bulan yang di Yavabhumipala disebut bulan Caitra at...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak