#170 Jurus-Jurus yang Tidak Dikenal

December 19, 2014   

MALAM begitu gelap, sangat amat gelap, bagaikan tiada lagi yang lebih gelap, dan dalam kegelapan seperti itulah delapan orang berbusana hitam menyerangku dengan jurus-jurus berpasangan yang belum kukenal. Kelompok Delapan Naga ini tidak hanya mengandalkan keberpadanan mereka, yang dengan keterampilan tingkat tinggi sungguh mampu mengunci, melainkan juga mengandalkan kegelapan sebagai bagian dari jurus-jurusnya, sehingga sungguh mampu mendesakku dan memang akan membelah-belah tubuhku jika tidak segera melayaninya dengan jurus-jurus Ilmu Bayangan Cermin.

Demikianlah kuhadapi anak panah bertali yang seperti punya mata sendiri, bandul besi bertali yang sekali sambar bisa menghancurkan batu kali, sepasang cincin terbang yang ketajamannya tak perlu dipertanyakan lagi, belati beronce yang dimainkan dengan sangat piawai sekali, pengait yang seperti selalu nyaris mengait kaki, sepasang pentungan dengan te­naga menggebuk yang menjamin mati, tombak berkait yang selalu mengincar ulu hati, dan tombak bulan sabit yang selalu menanti pengelitan terakhir lawan, yang ketika tanpa pertahanan terlalu mudah dihabisi.

Delapan pendekar berilmu silat tingkat tinggi, berkelebat lebih cepat dari kilat dalam gelap, dengan jurus berpadanan penuh perangkap, membuatku menahan diri untuk tidak menyerang, sebelum Ilmu Bayangan Cermin menyerap semua jurus dari setiap orang satu per satu, sampai tidak ada yang bisa ditambahkan lagi. Dalam pekatnya kegelapan aku tak berusaha melihat, karena justru dalam keterpejaman Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang dapat kulihat segala bentuk dan segala gerak dalam gelap. Betapapun ini belum menjamin keselamatan apa pun ketika jurus-jurus berpadanan Delapan Naga ini dalam kenyataannya sulit kukenali, sehingga aku hanya bisa menghindar dan menahan diri untuk balas menyerang, sebelum Ilmu Bayangan Cermin menyerap segala jurus yang mereka keluarkan.

Sun Tzu berkata:

menghindari kekalahan

tergantung kepada diri

tetapi peluang

mengalahkan lawan

diberikan lawan sendiri 1


Namun jurus-jurus itu belum habis, ketika yang bersenjata sepasang belati beronce mendadak tersentak ke belakang dan terpelanting untuk terguling dan melayang jatuh dari atas ke sisi luar tembok, dengan anak panah menancap di dadanya.

Belum habis tertegun, tiga anak panah terdengar menancap pada tiga leher, dan tiga tubuh pun terpental karena kuatnya daya dorong anak panah itu. Ketiganya juga jatuh melayang ke sisi luar tembok.

Tidak kulihat siapa pun di sekitar tempat kami bertarung yang dapat diperhitungkan sebagai tempat dari mana panah-panah itu dilepaskan. Panah-panah itu telah dilepaskan dari tempat yang jauh di balik kegelapan. Tak dapat kubayangkan betapa tinggi kemampuan yang telah melepaskan panah-panah itu.

"Hihihihihi! Delapan Naga sekarang tinggal Empat Naga! Hihihihi!"

Terdengar suara itu lagi.

Satu di antara Delapan Naga yang tinggal empat itu mendengus.

"Hmmmhh! Pembokong! Siapa dirimu, siapa gurumu, dan apa perguruanmu? Buruk benar pelajaranmu dari tempat itu!"

"Hihihihihihi! Siapa yang mengajari kalian mengeroyok? Aku tidak perlu menjawab pertanyaan orang mati!"

Jawaban seperti ini tentu hanya memancing serangan lagi. Namun kini bukan delapan orang yang mengeroyokku, melainkan hanya dua orang, karena sisa Delapan Naga yang dua lagi telah menyerang pendekar panah bersuara merdu itu. Aku kembali memejamkan mataku agar Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang tetap memperlihatkan garis tubuh mereka yang bergerak itu, karena berkurangnya delapan lawan menjadi dua orang tidak membuatnya lebih mudah. Jurus-jurus mereka tetap tidak kukenal, sehingga kuharap Ilmu Bayangan Cermin segera menangkap kelengkapannya agar dengan secepatnya bisa kugunakan untuk menghadapi mereka.

Senjata keduanya yang begitu asing bagiku, masing-masing sepasang pentungan yang tidak kembar dan sepasang cincin terbang yang kali ini dipegang, merupakan paduan yang sangat menyulitkan dalam kegelapan dan kecepatan yang melebihi kecepatan pikiran. Rupa-rupanya itulah yang harus dilakukan apabila padanan jurus delapan orang berkurang menjadi dua orang.

Jika disebutkan betapa menyerang adalah pertahanan terbaik, dalam pertarungan ini aku hanya bisa menghindar karena menyerang dalam pancingan penjebakan jelas hanya seperti mempersembahkan nyawa.

"Serahkanlah kedua pedang itu sekarang hai orang asing! Orang yang tidak memiliki nama tidak pantas memiliki apa pun jua!"

Bagaimanakah harus kutanggapi kalimat seperti itu? (bersambung)


1. Dari Sun Tzu Quotes, The Art of War Quotes dalam www.military-quotes.com/Sun-Tu.html, diunduh 14 Desember 2014
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 2:13 PM
#170 Jurus-Jurus yang Tidak Dikenal 4.5 5 Unknown December 19, 2014 menghindari kekalahan tergantung kepada diri tetapi peluang mengalahkan lawan diberikan lawan sendiri - The Art of War Quotes MALAM begitu gelap, sangat amat gelap, bagaikan tiada lagi yang lebih gelap, dan dalam kegelapan seperti itulah delapan orang berbusana hita...


2 comments:

  1. Gak sabar menunggu kelanjutan kisah Naga Jawa pak. Luar biasa petualangan sang Pendekar Tanpa Nama...

    ReplyDelete
  2. PTN belum menemukan lawan yg benar2 seimbang..

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar dengan bijak