"Apakah kiranya yang masih meragukan bagi Pendekar Tanpa Nama? Apakah pembantaian tanpa belas itu tidak cukup meyakinkannya?"
Barangkali aku berpikir terlalu banyak di tengah peperangan seperti ini, tetapi diriku tidak bisa menghindarinya. Betapapun sebetulnya aku berpikir cepat sekali di tengah kekalutan ini. Kenyataan bahwa terdapat para pendekar golongan putih maupun orang-orang golongan hitam di dalam pasukan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang membuatku merasa harus memahami tujuan pengepungan. Ketika sebuah pengepungan bertahan lebih dari tiga bulan, harus dikatakan merupakan suatu pencapaian, yang terutama diakibatkan oleh tujuannya.
Apakah tujuannya? Itulah persoalannya. Kepada golongan putih dikatakannya segala sesuatu yang akan disetujui oleh seorang pendekar, dan itu mungkin perlawanan atas penindasan umum terhadap keluarga besar Yang Guifei. Kesayangan Maharaja Daizong yang turun takhta tahun 779 itu sangat dibenci, karena sepupunya Perdana Menteri Yang Guozhong menempatkan anggota keluarganya di berbagai kedudukan dalam pemerintahan. Sedangkan, kepada golongan hitam tentulah dijanjikannya apa pun yang memenuhi kepentingan mereka, dan dugaanku adalah sesuatu yang berhubungan dengan harta benda, atau senjata mestika.
Ini belum menjelaskan tujuan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang, yang menjadi semakin tidak jelas dengan pengepungan sangat lama itu.
"Jika kamu masih ragu, aku tidak akan memaksamu," kata Panah Wangi sambil membidik, "tetapi diriku tidak bisa menundanya lebih lama lagi."
Lantas anak panahnya pun meluncur dengan kecepatan pikiran, seperti yang pernah kuduga, karena hanya dengan menentukan sasarannya saja, maka anak panahnya akan melesat dan menancap pada sasarannya itu.
Namun sebelum anak panah itu mengenai sasaran, sepasang pedang panjang melengkung telah membuat dua garis merah saling menyilang pada dada sasarannya itu, sehingga ketika anak panah itu menancap, aku sudah menghabisi tiga sosok golongan hitam lainnya.
Zhuangzi berkata:
manusia tidak melihat air mengalir sebagai cermin
tetapi pada air yang diam;
hanyalah air diam dapat menahan
dan membuat semuanya menetap 1
tetapi pada air yang diam;
hanyalah air diam dapat menahan
dan membuat semuanya menetap 1
Pertempuran berkecamuk di segenap empat sisi benteng Chang'an. Pengepungan itu sudah koyak-moyak, karena dengan jumlah 25.000 berbanding 80.000 orang, pasukan pemerintah berhasil memancing yang 55.000 orang ikut menyerbu titik-titik serangan mendadak itu. Terbagi dalam satuan-satuan yang lebih kecil, tetap saja jumlah setiap satuannya pada setiap titik serangan masih besar, sehingga gelombang serbuan masih saja menggentarkan. Jumlah pasukan pemberontak yang lebih dari tiga kali besarnya tidak berarti banyak, dalam serangan mendadak seperti ini satu prajurit kerajaan bisa dengan segera membunuh lima orang dari pasukan pemberontak yang baru saja bangun tidur.
Namun kesempatan seperti itu tidak berlangsung lama, bahkan ketika orang-orang persilatan mulai bergerak, sekali kibas jarum-jarum beracun golongan hitam yang tersebar bisa langsung menerbangkan seratus nyawa. Jika keadaan seperti itu berlangsung terus, tidak mustahil kedudukan pasukan pemerintah yang sekarang ini masih di atas angin bisa berbalik. Kiranya pertimbangan semacam itulah yang membuat ribuan anak panah kini melesat dari atas benteng menuju punggung pasukan pemberontak yang masih terus didesak mundur. Bahkan tampak seperti diandaikan belum cukup, gerbang-gerbang kota pada empat sisi serentak terbuka dan mengalirlah pasukan berkuda yang selama ini menjaga kota, dengan dendam menumpuk lebih dari tiga bulan lamanya, demi penuntasan kerja dengan segera.
Pedang membabat tengkuk, tombak menusuk perut, kelewang memapas kaki kuda, bandul besi menjirat leher penunggangnya, panah-panah menancap di jantung, kapak terayun membelah kepala, cambuk berduri menghancurkan mata, sementara api terus berkobar dan ledakan masih terdengar di mana-mana. Di tengah pertempuran besar yang berkecamuk diriku dan Panah Wangi melesat, berkelebat, dan melenting-lenting dalam pertarungan menghadapi orang-orang dari dunia persilatan agar mereka tidak terus berpesta mencabuti beratus-ratus nyawa seperti sabit membabat rerumputan.
Dengan sepasang pedang panjang melengkung kumainkan Jurus Dua Pedang Menulis Kematian, sehingga tidak seorang pun lawan yang kutewaskan mengalami penderitaan. Mereka yang baik melayang ke surga, mereka yang jahat jatuh ke neraka, tetapi dalam perkara ini tentu diriku tak bisa campur tangan.
"Heheheheheh! Menewaskan tanpa rasa kesakitan," kudengar suara dari arah belakang, "baik hati benar, Harimau Perang?" (bersambung)
1. Melalui James Legge, The Text of Taoism [1962 (1891)], h. 225
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak